DLG - chapter 2

123 23 14
                                    

🍂🍂🍂

🍂🍂🍂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--

Amsterdam, Deen Hag, Rotterdam tetap menjadi primadona sebagai kota yang bisa dijadikan pilihan untuk ditinggali atau sekedar memiliki nilai fantastis untuk bekerja dengan keseimbangan kehidupan pekerjaan yang baik, gaji tinggi dan lingkungan teknlogi yang berkembang pesat.

Amsterdam menjadi pilihan Orlando Nathan Tjoe A-on sebagai tempatnya membangun Orland.const.

Salah satu perusahaan konstruksi yang cukup dikenal karena piawai dalam menangani beberapa proyek pembangunan dan masuk dalam 5 daftar perusahaan konstruksi terbaik menurut LinkedIn.

Semuanya karena tidak lepas dari Nathan Tjoe yang memanfaatkan dirinya sebagai lulusan dari University of Westminster (Proyek Konstruksi dan Bisnis Eropa) yang merupakan salah satu universitas terbaik di London.

Ya, walaupun sesekali ia harus mengabaikan profesi dirinya sebagai CEO saat panggilan Timnas datang padanya.

Nathan Tjoe menjalankan dua profesi sekaligus setelah dirinya tidak lagi menjadi bagian dari Swansea sejak dua tahun yang lalu dan memilih kembali ke Belanda.

Perusahaan miliknya itu awalnya dikelolah oleh sang ayah selama ia fokus pada karir sepak bola tapi sekarang ia memilih kembali menggeluti karirnya sebagai CEO sebab berada pada usia 32 tahun tentu membuat dirinya mulai memikirkan masa depan yang lebih layak lagi setelah dirinya nanti penisun sebagai pemain sepak bola.

Hari itu akan tiba, ia tidak bisa hanya mengandalkan karirnya sebagai sepak bola seiring bertambahnya usia dan lahirnya legenda baru yang akan meneruskan perjuangan mereka sebagai punggawa garuda Indonesia.

Nathan Tjoe setelah menyelesaikan sarapannya kini telah siap dengan setelan jas navy dipadukan kameja putih serta dasi kotak lengkap dengan sepatu pentofel desain vintage milik A Testoni itu menambah kesan wibawa dan pancaran aura dominantnya jelas tak terelakan saat dirinya masuk dalam gedung perusahaan dan melewati beberapa kubikel tempat staf-staf kantor bekerja.

Meskipun tanpa senyum tatapan memuja dari staf wanita disana tidak bisa terelakan, Nathan yang memang dikenal sebagai orang yang dingin dan susah senyum menjadi kebiasaan yang sudah dimaklumi oleh staf kantornya.

Kecuali satu orang yang sering berdebat dengannya. Si sekretaris tengil tapi selalu bisa diandalkan. Didepan ruang kantornya, terdapat meja tinggi dimana skretarisnya berada.

Nathan mengetukan telunjuknya diatas meja itu, seseorang yang berada dibaliknya mendongak dengan senyum lebar disana. Rambut kriting berantakan menjadi ciri khasnya.

"Raf.., kamu ini sebelum ngantor mandi nggak ?. Ngantukan terus bawaanya",

Pria dengan tinggi 185 itu mendongak, tersenyum lebar sebelum bergerak membereskan poganya.

"Selamat pagi CEO tampan dan murah senyum", sapanya.

"Selamat pagi juga sekretaris mata duitan dan bucin poga",

Daddy's Little Girl's (can't i be him)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang