Tandai typo
____Terlihat seorang gadis sedang asyik mencuci piring seraya mendengar lagu dangdut dari Lesti Kejora berjudul Egois.
''Buka dikit jos!'' serunya dengan melempar gelas atom berwarna hijau kesukaannya ke permukaan air pencuci piring.
Di sela-sela ia membilas semua piring kotor itu, sesekali ia bernyanyi sesuai lirik yang terdengar.
Ziya? Gadis itu memiliki suara emas. Hobi bernyanyi dangdut, tiada hari tanpa ia bernyanyi. Namun, ketika ia sedang badmood, mungkin bisa di hitung berapa kali ia mengeluarkan suara dalam satu hari.
''Ziya?'' suara bisikan itu terdengar di telinganya bersamaan dengan angin yang berhembus kuat hingga membuat gorden jendela kecil di hadapannya tergeser ke samping.
Sedangkan gadis itu? Seperti biasa, ia akan mengabaikannya. Ia sudah sering mengalami hal seperti ini.
Sedari tadi pula ia mengabaikan makhluk yang berada di dekat pintu kamar mandi yang sedang menatapnya.
Ia jarang mendengar suara-suara mereka, ia hanya sering melihatnya saja. Namun, ia selalu merasa kesal jika mereka yang di sebut jin qorin itu usil dengannya.
Pada awalnya ia merasa takut dengan bentuk rupa yang mengerikan dari mereka semua. Lama kelamaan ia jadi terbiasa dengan kelebihan yang ia punyai. Indigo? Ya pada awalnya ia tidak memeprcayai itu.
Namun, ia hanya percaya jika Allah juga menciptakan mereka dan kehidupan ini berdampingan dengan makhluk halus seperti mereka.
Ziya menoleh ke arah sebelah kanannya. Ia melihat seorang perempuan dengan pakaian kuno khas jawa. Cantik? Itu lah kalimat pertama yang Ziya ungkapkan.
Perempuan itu bukanlah jin qorin, atau makhluk yang dulunya pernah hidup sebagai manusia. Sebenarnya Ziya juga masih bingung. Setelah ia mencari tahu ia menjadi paham.
Orang-orang menyebutnya dengan khodam, endang, ada juga yang menyebutnya pagar tubuh. Entah lah, Ziya pun tak tahu. Ia tidak berani mempelajari terlalu dalam, ia hanya takut menjadi syirik. Namun, yang Ziya tahu perihal khodam adalah makhluk yang ikut dengan sendirinya pada seseorang yg ia pilih, sedangkan endang? Seperti seorang pemain kuda lumping atau jaranan yang mendapatkannya dengan di cari mungkin? Entah lah, lerihal itu Ziya pun tak tahu.
Perempuan di sampingnya terlihat selerti seorang ratu yang memakai mahkota emas, pakaian mewah berwarna merah dan hijau khas kuno, juga ada gelang di kedua lengannya. Ziya sering menyebutnya Ndoro Parewi, ia sangat suka sekali mengganti nama panggilan seseorang. Seperti teman satu circlenya yang sering ia panggil Wak, Buk, Ndoro dan panggilan aneh lainnya.
''Ziya?'' panggil Gina memasuki dapur.
Ziya menoleh kearah sang Bunda.
''Di kulkas ada nangka, Bunda lupa bilang kalau tadi pagi ada gerobak buah lewat.'' ucap Gina seraya membenarkan hijabnya. Terlihat dari penampilan wanita itu yang terlihat rapi bersiap menuju toko kue miliknya yang merupakan warisan dari orang tuanya.
Ziya mengangguk lalu menatap Bundanya yang terlihat cantik dengan balutan hijab berwarna coksu dan gamis warna gamis yang senada dengan hijab, tak lupa tas bahu warna hitam kebanggaan sang Bunda.
''Bunda beliin stok parfum kasturi untuk kamu di lemari tv, kalau gitu Bunda ke toko dulu ya? Kamu jangan kemana-kemana.'' peringat Gina menatap sang putri penuh selidik.
''Iya Bunda ku sayang~ Ziya di rumah aja kok.'' jawab Ziya menghampiri sang Bunda lalu memeluknya.
''Yaudah, kalau gitu Bunda pergi dulu.'' ucap Gina lalu mengecup singkat kening sang putri sebelum berlalu meninggalkan Ziya.
Ziya menghela napas perlahan lalu berjalan ke arah kulkas memakan buah nangka yang di beli sang Bunda tadi pagi.
''Kenapa? Mau!?'' tanya Ziya memamerkan nangka yang terasa manis itu ke hadapan mangkhluk astral yang berada di dekat pintu kamar mandi.
Sedangkan makhluk itu hanya diam tak bereaksi.
Ziya merenggangkan ototnya pegal. Jam menunjukkan pukul 9 pagi, sedangkan hari ini adalah hari libur karena gadis itu hanya kuliah pada hari senin sampai kamis saja.
''Bosan ... '' keluhnya lalu menyenderkan punggungnya di bangku.
Ctak!
Tiba-tiba kompor gas hidup sendiri. Ziya memutar bola matanya malas.
''Plis deh! Nggak usah usil ke benda-benda. Di kira beli gas itu murah pake daun!'' kesalnya.
''Buruan matiin!'' kesalnya.
Ziya menghabiskan nangka yang ada di mulutnya lalu menoleh kearah jendela dapur. Terlihat disana seorang perempuan berpakaian lusuh menatap ke arah Ziya.
''Matiin, ngga!?'' kesalnya.
''Iiiiih!'' geram Ziya lalu dengan kesal ia mematikan kompor gas itu.
Setelah mematikan kompor gas, ia berjalan menghampiri sosok itu yang diam menatapnya.
Ia menatap kesal sosok itu, ''Gas emang nggak mahal, tapi jangan lo mainin lah coy! Buset~!'' omel Ziya.
''Nakal sih!'' kesal Ziya lalu mencubit lengan sosok itu lalu membalikkan badannya dan berjalan kearah kamar miliknya.
''Yuk, Ndoro! Kita ke kamar aja!'' teriak Ziya di ambang pintu dapur.
o0o
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabda Cinta (On Going)
Teen FictionSlow up Elnara Ziya Falisha, akrab dengan panggilan Ziya. Ziya seorang mahasiswi biasa yang berusaha hidup di jalan yang benar di zaman ini yang berlomba-lomba menuju kemaksiatan. Ia hanya tinggal bersama sang Bunda yang bernama Gina. Ibunya seorang...