2

147 25 4
                                    

Tandai typo
_____

Ziya menatap sekelilingnya. Ia terkejut, ketika ia sedang tertidur tiba-tiba terbangun di tengah hutan dengan awan mendung.

Ziya menunduk menatap kakinya. ''Cius? Aku nyeker gini?'' monolog Ziya lalu melangkahkan kakinya di bawah antara pohon-pohon besar yang di kelilingi bambu hijau yang lebat.

''Dimana lagi sih ini? Ngapain cobak kesini?'' heran Ziya menatap keatas para pepohonan yang bergoyang terkena sapuan angin.

Ziya bergidik ngeri saat mendengar decitan pohon besar saling bersahutan di sekelilingnya. 

''Takut ntar keambrukan pohon segede-gede gini ...'' monolog Ziya seraya mengusap kedua lengannya seraya berjalan pelan menyusuri hutan.

Cah Ayu~

Cah Ayu~

Ziya menghentikan langkahnya lalu mengedarkan  pandangannya kala mendengar suara perempuan.

Ojo mlayu Cah Ayu~

Nengkene wae~

''Apaan tuh!?'' penasarannya.

Ziya berjalan cepat mencari sumber suara itu.

Cah ayu ojo mlayu~

Ojo ngadoh ndok~

Neng kene karo aku~

Ngancani aku, ojo budhal kene~

Saben wengi dina sing ditunggu~

Dina iku wis tekan kene karo aku~

''Wiiiih! Keren tu sinden bikin merinding gini. Tapi, siapa pemilik suara itu?'' monolognya seraya mencari sumber suara itu.

''Hellow! Apa ada orang!?'' teriak Ziya.

Dari kejauhan netranya melihat seluet tubuh seorang wanita dengan pakaian kuno seperti penari zaman dulu, di sekitar wanita itu ada asap yang mengelilinginya.

ZIYA!

TANGI!

Ziya menatap sekelilingnya kala mendengar suara menggema di antara pepohonan itu.

ZIYA!

TANGI!

Lagi, Ziya mendengar suara seorang wanita. Ia menatap kembali menatap wanita berpakaian kuno tadi berjalan pelan mendekatinya.

Namun, belum sempat ia melihat jelas wajah wanita itu. Tiba-tiba ia merasa tangannya di tarik kuat oleh seseorang.

''Ziya!?'' panggil Gina di ambang pintu kamar.

''Hah!?'' kaget Ziya yang baru saja bangun dari tidurnya.

''Ziya? Ini udah jam 7, Nak? Katanya jam 8 ada kelas, kok malah masih tidur?'' tanya Gina.

Ziya menetralkan napasnya lalu mengangguk kearah sang Bunda.

Ziya menoleh ke arah Ndoro Parewi yang sedang menatapnya.

''Wanita itu ingin kau bersamanya.''

''Bersamanya? Untuk apa?'' tanya Ziya.

''Karena energimu,'' jawab singkat Ndoro Parewi.

''Energi?'' gumamnya penasaran lalu beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi.

Pagi ini ia ada kelas pagi praktek. Seperti biasa, di setiap hari seninnya ia memakai rok span hitam, kemeja putih, jas hitam kerudung maroon.

''Udah siap?'' tanya Gina kala Ziya duduk di bangku  depan meja makan.

''Jangan lupa pake parfum kasturinya, Zi.'' peringat Gina.

''Iya, Bunda~ ku sayang.'' jawab Ziya gemas. Ia terlalu sering mendengar kaliamt berulang seperti ini. Ia tahu jika sang Bunda tak ingin terjadi apa-apa pada dirinya.

Saat Ziya berumur 4 tahun, Ziya selalu menangis histeris. Saat itu, Abah dari sang Bunda atau kakeknya masih hidup.

Beliau sempat mengatakan, jika Ziya adalah istimewa. Ziya persis seperti dirinya yang memiliki kelebihan berinteraksi langsung dengan makhluk halus.

Saat itu sang Kakek menutup mata bathin Ziya. Namun, ia tak tahu bagaimana bisa. Tepatnya ketika usianya menginjak usia 15 tahun, mata bathinnya kembali terbuka.

Saat itu sang Bunda menyuruhnya untuk memakai parfum kasturi. Selain bau kasturi mampu menenangkan jiwa, meningkatkan kosentrasi saat beribadah, bau ini juga di sukai oleh malaikat.

Bau kasturi atau minyak kasturi ini wewangian yang di sunnahkan dan membuat para jin takut karena bau kasturi membuat mereka tersiksa, karena mereka lebih menyukai aroma busuk yang di anggap menyegarkan jiwa dan naluri mereka.

''Yaudah, lanjutin gih sarapannya.'' pungkas Gina, kemudian mereka menikmati sarapan pagi dengan khidmat.

Tujuh menit berlalu sarapan pagi ini pun berlalu. Ziya membantu sang Bunda membersihkan meja makan.

''Hari ini Ayah pulang,'' celetuk Gina seraya mencuci piring.

Ziya terdiam, ia sudah terbiasa di tinggal sang Ayah selama berbulan-bulan seperti ini.

Ia tahu, usaha Ayahnya berada di luar daerah. Lebih tepatnya ia sedang di Aceh, Ayahnya berada di Jakarta, sedangkan usaha perkebunan sawit Ayahnya berada di Garut.

Bundanya tidak pernah mau ikut sang Ayah ke Jakarta, karena sang Bunda tidak mau meninggalkan warisan usaha milik orang tuanya dan perkebunan kopi seluas 8 hektare yang akan di impor ke Amerika, Turkey, China dan Jepang.

Saat ini jelaa saja ia sangat senang ketika mendengar sang Ayah pulang setelah tak pulang tiga bulan.

''Bunda hari ini ke toko?'' tanyanya seraya memasukkan botol minum ke dalam tas.

Gina menaruh piring di rak lalu menoleh ke arah Ziya, ''Bunda hari ini enggak ke toko. Jadi hari ini Bunda yang akan antar dan jemput Ziya ke kampus.''

Ziya mengerutkan kening heran,''Kenapa Ziya di antar?'' herannya.

''Lah? Kan ban motor kamu bocor, sayang~'' gemas Gina.

Ziya menepuk jidatnya. Ia lupa jika kemarin ia sempat mendorong sejauh 3 kilometer.

''Yaudah ayuk, takut telat ntar nggak di bolehin masuk lagi sama Dosen kamu yang killer itu.'' pungkas Gina berjalan keluar dapur mendahului Ziya.

''Bunda! Tunggu Ziya!'' seru Ziya berlari mengejar sang Bunda.

o0o

Sabda Cinta (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang