7

176 25 2
                                    

Tandai typo
_____


''KURANG AJAR!''

PLAK!

Pekik Ziya spontan menampar kuntilanak yang berada di depannya.

Hampir saja jantung copot. Bagaimana tidak? Ia baru saja membuka pintu kamar mandi namun di kagetkan dengan wajah kuntilanak yang berada di hadapannya.

Jelas saja setelah Ziya menamparnya, kuntilanak itu menghilang.

Ziya berdecak sebal lalu menghampiri para sahabatnya yang berada di ruang keluarga.

''Kenapa teriak?'' tanya Hila penasaran di balas anggukan dari yang lain.

''Coy! Lu pada tau kagak!? Bayangin aja baru buka pintu di kagetkan kuntilanak nongol depan mata ya reflek ku tampar lah. Salah sendiri tiba-tiba nongol!'' ucap Ziya menggebu-gebu.

Sedangkan ketiga sahabatnya tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Ziya.

''Ssss! Perempuan harus anggun. Ketawa jangan keras-keras, di sebelah banyak Abang TNI lagi kunjungan ke rumah Kakek Abdul.'' ucap Ziya membuat para sahabatnya spontan diam.

''Kenapa kamu malah baru bilang,'' gemas Wani lalu berdehem membenarkan pakaiannya di balas anggukan dari yang lain.

Ziya memutar bola matanya malas lalu menghidup lagu karauke berjudul Meriang yang di populer kan Cita Rahayu atau Cita Citata dan selanjutnya lagu Ayu Ting-ting berjudul Geboy Mujair.

Jelas saja membuat ketiga sahabatnya bergoyang. Mereka tak kan menyia-nyiakan waktu karauke hari ini, karena kedua orang tua Ziya sedang berada di toko.

''ASEEEEK!'' seru keempatnya.

''BUKA DIKIT JOS!''

Berbeda lagi rumah sebelah. Lebih tepatnya di kediaman Kakek Abdul. Para prajurit sedang mengolah singkong menjadi berbagai macam makanan.

''Asik juga tetangga sebelah Jendral Abdul.'' celetuk Deka salah satu anggota TNI berusia 23 tahun.

''Lan? Nggak join? Biasanya kamu suka dangdutan kalau di Barak,'' celetuk Fano pada Halan membuat mereka semua tergelak.

''Boleh juga tuh!'' sahut Halan antusias.

''Suaranya bagus,'' ucap Faizan kala musik dangdut yang belum selesai berganti dengan lagu Arab berjudul Enta Eyh.

''Itu suaranya Ziya.'' celetuk Abdul yang baru datang dari arah dapur lalu duduk diantara mereka.

''Ziya sama tiga temennya suka cosplay jadi biduan kalau pulang kuliah. Kadang istri saya join bersama mereka lalu bernyayi qosidahan bersama.''

''Kayanya seru!'' celetuk salah satu prajurit.

Abdul tertawa ringan, ''Anaknya memang aktif dan ceria. Nggak pernah bisa diem. Kalau gabut suka bantu saya dan istri di kebun belakang rumah.''

''Anaknya istimewa dan spesial. Mungkin, kira orang Ziya gadis gila yang suka berbicara sendiri. Padahal, ia memiliki kemampuan yang bisa berinteraksi dengan makhluk lain.'' ucap Abdul di balas tepukan tangan dari para anggota prajurit.

''Lah, kok pada tepuk tangan?'' heran Jendral Handri yang sedari tadi diam menyimak.

''Kan hebat kalau seseorang punya kemampuan seperti itu, Jendral.'' jawab salah satu prajurit di balas anggukan dari yang lain.

Setelah mereka terdiam kala nyanyian berganti dengan lagu berjudul ada mbah dukun. Namun kali ini dengan suara berbeda. Tetapi, masih bisalah di terima oleh telinga mereka.

''Sambil komat-kamit mulut Mbah dukun baca matra! Dengan segelas air putih lalu pasien disembur! BYUUURH!''

''Ya kagak di sembur ke muka aku juga, Hila!''

''Hahahahah!'' spontan mereka semua tertawa mendengar pekikan seseorang yang berteriak menyebut nama Hila itu.

''Hila itu sebelas dua belas dengan Ziya. Dan yang berteriak tadi adalah Wani. Mereka bersahabat empat orang. Ziya, Hila, Wani dan Ola. Ayah Hila adalah seorang prajurit pasukan khusus, namun kini beliau sudah pensiun baru dua tahun lalu.'' jelas Abdul.

''Waaah keren!'' takjub salah satu prajurit bernama Tiko seraya bertepuk tangan.

''Sabi lah di jadiin ibu persit saya, Jendral.'' lanjutnya.

''Heleh gaya mu!'' ucap Fano mengapit kepala Tiko di ketiaknya.

''Aduh! Ampun Kapten!'' seru Tiko membuat mereka semua tergelak.

***

''Anak-anak! Ayo makan!'' teriak Gina dari arah dapur.

Ziya dan para sahabatnya yang baru saja selesai membersihkan ruang tamu langsung bersorak gembira.

''Ayo makan!'' ajak Dion yang melewati ruang keluarga menuju dapur.

Para sahabat Ziya mengangguk antusias. Mereka sudah terbiasa dengan keluarga Ziya maupun Kakek Abdul dan istrinya. Mereka merasa nyaman di sini karena merasa di anggap keluarga oleh orang tua Ziya maupun Abdul dan istrinya.

''Wiiih ayam balado!'' seru Ziya dengan semangat duduk di bangku.

''Udah selesai beres-beresnya?'' tanya Gina setelah menaruh nasi di atas meja.

''Udah, Tan!'' jawab mereka. Sedangkan Ziya? Gadis itu sedang sibuk menaruh nasi dan lauk pauk ke atas piringnya.

''Jangan lupa berdoa, Ziya!?'' tegur Dion melihat keantusias Ziya.

''Nggak sabar kali lah wawak Ziya ni. Kita baru pun ambil nasi dia udah mau nyantap aja.'' ucap Hila menggelengkan kepalanya heran.

Ziya hanya menyengir lalu menyantap makanannya dengan khidmat begitupun dengan yang lain.

o0o

Sabda Cinta (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang