3

130 21 1
                                    

Tandai typo
______

''Ziya!'' seru para sahabatnya yang berada di parkiran kala menatap Ziya yang turun dari mobil.

Ziya menyengir seraya melambaikan tangannya dari jendela mobil.

''Bunda? Ziya masuk dulu ya, nanti pulangnya Ziya telepon. Soalnya, mata kuliah terakhir dosennya katanya ada rapat yudisium.''

Gina mengangguk, ''Iya. Inget, jangan jajan yang tidak sehat. Bekal yang Bunda siapin di makan sampe habis.'' peringat Gina.

''Iya Bunda ku sayang~'' jawab Ziya lalu mencium punggung tangan sang Bunda.

''Nanti pulangnya bunda masakin rendang kesukaan Ziya.'' ucap Gina sebelumnya Ziya menutup pintu mobil.

''Okey, Bunda! Ziya nggak sabar pengen makanan rendang buatan Bunda.'' antusias Ziya lalu mengucap salam dan berlalu menghampiri tiga para sahabatnya.

''Tumben di anter?'' tanya Hila.

Hila Yuria, sahabat Ziya yang rumahnya dekat namun tidak juga terlalu dekat. Gadis syar'i satu ini memiliki tingkah somplak sama seperti Ziya dan memiliki lidah tajam yang mampu menusuk hati siapa pun yang mengusiknya.

Wina Denia, Wina merupakan anak rantau dari luar kabupaten. Gadis paling anggun dan feminim ini adalah ratunya bucin diantara sahabatnya yang lain. Gadis itu sering mengeluh quota internet sekarat, jelas saja karena tiada hari tanpa gadis itu melakukan telepon dengan sang pacar, pejuang ldr memang berat.

Ola Gracia, Ola merupakan gadis kalem dan pekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya di tempat perantauan ini. Sama seperti Wina, Ola juga berasal dari luar kabupaten.

Ketiga sahabat Ziya memiliki pacar yang sudah terjalin lebih dari dua tahun. Hila yang sudah hampir lima tahun, Wina yang hampir lima tahun juga dan Ola yang hampir memasuki tahun keempat hubungan mereka.

Ziya sudah kebal dan kuat mental saat ketiga sahabatnya memamerkan kemesraan di hadapannya. Gadis itu tidak pernah iri pada hububgan sahabatnya. Namun, ia hanya kesal pada sahabat nya itu.

Ia memang memiliki sahabatnya yang mendekatkannya pada sang kuasa secara tidak lamgsung juga menyesatkan. Seperti menggibah seseorang, mengusili orang, maling buah di depan gedung perpustakaan kampus dan banyak lainnya.

Para sahabatnya jelas tahu bahwa hubungan apa yang mereka jalankan itu haram. Namun, mungkin para sahabatnya belum mampu untuk menyendiri dan menghadapi perasaan mereka.

Ziya memang tak pernah melarang para sahabatnya untuk memutuskan pacar mereka, karena itu semua pilihan para sahabatnya dan biarlah saja mereka melanjutkan hubungan itu. Ziya hanya lelah memberi tahu mereka lewat story-story akun miliknya tentang keharaman hubungan mereka di mata islam, ia juga tidak mau ada keributan atau keretakan hubungan persahabatan mereka.

Ziya hanya mampu berdoa untuk kebaikan para sahabatnya semoga di ridhai sang pencipta.

''Cuy?'' kode Ziya pada Hila melirik ke arah teman sekelasnya yang sedang berbincang hingga tertawa keras.

Hila menggelengkan kepala melihat geng satu itu ketika tertawa sering dengan suara keras sampai menciptakan kehebohan, seperti terjatuh dari bangku, saling memukul dan lainnya.

''Itu juga si Alna kalau ketawa suka mukul. Kasian Deta yang di sampingnya babak belur.'' celetuk Wina.

Ziya menatap sinis Wina, ''Lo lupa temen lo yang satu ini kalau jalan sambil ketawa sampe buat orang nyungsep!?'' sindir Ziya melirik Hila yang menyengir.

Ziya selalu menghindari Hila jika sedang tertawa. Karena gadis itu ketika tertawa akan memukul orang yang berada di dekatnya.

Kembali lagi, Ziya juga lupa jika ia tertawa ia juga akan memukul orang yang berada di sampingnya.

Dua gadis itu sama saja tak ada duanya. Orang-orang akan menyalah artikan tawa keduanya yang seperti orang menangis. Padahal, tawa mereka memamg seperti itu, dan bagaimana pula cara merubahnya?

''Halah kalian ini satu sama aja nggak perlu nyindir gitu!'' celetuk Ola kesal.

''Udah-udah! Mending kita masuk ke kelas,'' sela Wina.

***

''Papa hari ini beneran jadi ke Aceh?'' tanya seorang wanita dengan rambut di gerai indah serta memakai cardigan panjang.

Sang suami menoleh ke arah istrinya seraya tersenyum lembut. ''Iya, sayang. Mau mantau bisnis yang disana.''

Pria tersebut adalah Dion Pranaja. Dan sang istri bernama Anggun Triana, seorang dokter kandungan di salah satu rumah sakit.

Namun, kini Anggun sudah resign dari pekerjaannya dua tahun lalu karena paksaan sang suami dan tiga putranya. Alasannya hanya satu, mereka hanya mau Anggun pokus untuk sembuh dari penyakit  kanker rahim. Karena penyakit itulah mau tak mau Anggun harus merelakan rahimnya hingga impiannya memiliki anak perempuan harus pupus, ia tahu bahwa sang suami sangat menginginkan anak perempuan bamun takdir berkata lain dan itu yang sering membuatnya sedih.

Dion dan Anggun memiliki tiga putra. Arseno Pranaja, seorang pembisnis muda yang sedang gila dengan dunia bisnis di bidang kuliner dan perabotan. Di usianya yang menginjak 28 tahun, pria itu masih betah menyendiri.

Fanozi Pranaja, seorang prajurit angkatan darat  berusia 26 tahun. Pemuda yang akrab di sapa Fano ini berpangkat Kapten. Fano baru satu tahun ini pindah dari satuan sebelumnya ke Kodim 0106 di salah satu aceh ini setelah kenaikan pangkat.

Kodim ini bertanggung jawab atas wilayah daerah tersebut dan sekitarnya.

Tetapi pemuda itu masih melajang walau kini sudah mapan. Alasannya karena pemuda itu masih takut mengenal perempuan setelah apa yang terjadi pada empat tahun lalu yang memberikan goresan luka yang begitu besar di hatinya. Di tinggal nikah membuatnya enggan mengenal perempuan.

Jekan Pranaja, pemuda berusia 23 tahun itu sedang dalam pendidikan S1 kedokteran mengikuti jejak sang Mamah yang menjadi Dokter. Namun, pemuda itu ingin menjadi dokter spesialis nantinya.

''Berapa lama disana?'' tanya Anggun seraya memasukkan keperluan Dion ke dalam koper.

Dion terdiam, ''Belum tentu. Rencana ingin pokus mengembangkan bisnis yang ada di sana.''

Anggun terdiam. Selama bertahun-tahun ini ia bingung dengan bisnis yang di lakoni suaminya itu yang mengharuskan pulang begitu lama hingga berbulan-bulan lamanya.

Ia mncoba percaya apa yang di katakan suaminya walau hatinya menolak keras. Ia tahu jika sang suami memiliki dua ponsel. Dion berkata satu ponselnya khusus pribadi dan yang satunya lagi khusus untuk busnis.

Tiga tahun lalu, Anggun sempat melihat ponsel khusus bisnis milik suaminya itu tertinggal di atas meja samping tv. Ia melihat Lockscreen milik suaminya itu bergambar potret seorang gadis kecil dengan pakaian SD tersenyum bahagia seraya mengangkat piala.

Anggun tahu jika sang suami tidak memiliki keponakan perempuan begitupun dirinya. Anggun adalah yatim piatu juga merupakan anak tunggal. Sedangkan suaminya. Memiliki satu adik laki-laki yang ada di China, begitupun orang tua Dion yang asli China. Keluarga besarnya ada di negara sakura tersebut. Dan dua anak adiknya adalah laki-laki.

Selama ini Anggun berusaha menolak keras apa yang ada di pikirannya. Hatinya begitu yakin jika sang suami memiliki istri lain di luar sana dan ganbar anak kecil yang begitu mirip dengan suaminya adalah anak dari istri lain itu.

Anggun tak pernah bertanya langsung pada Dion atau mencari tahu semuanya. Ia hanya tak siap jika apa yang ia pikirkan selama ini adalah sebuah fakta yang justru akan menyakitkan hatinya.

''Papa kan juga sekalian jenguk Fano disana, Ma.'' lanjut Dion mencoba meyakinkan Anggun.

Anggun hanya mengangguk pasrah. Dengan bibir pucat perempuan itu tersenyum kearah sang suami.

''Tak perlu memikirkan hal yang tidak penting.''  Peringat Dion lalu memeluk sang istri.

Anggun memgusap tangan kekar Dion seraya mengangguk.

o0o

Sabda Cinta (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang