11. Bapak

12 4 1
                                    

2022, Present Day.

"Mas Widi, Asmaraloka Resort barusan konfirmasi, katanya jadi nambah Garden Pool Suite tiga unit lagi di area yang baru. Terus mereka juga minta penawaran kalau Suite yang lama di-upgrade interiornya, disamain sama desain yang baru."

Widi yang sudah mencangklongkan tasnya di bahu berhenti, menyimak laporan Tanya. Kedua matanya mengawang beberapa detik sebelum membuat keputusan, "Oke. Banyu dimana?"

"Katanya, sih, OTW balik kantor. Baru beres instalasi kitchen set di Aum Café."

"Jangan suruh balik, langsung ke Asmaraloka aja suruh ngukur. Cek juga Suite mana aja yang mau dimasukin ke penawaran nanti. Kamu bikin janji ke Asmaraloka sekarang ya, Nya. Bilang, siang ini kita bisa survey ke sana. Kamu tanya Banyu, butuh orang buat bantu ngukur enggak. Kamu bantu dia cari tenaga yang bisa ikut siapa."

"Oke, Mas. Terus desainnya gimana? Katanya, sih, minta nggak jauh-jauh amat style-nya sama area lain."

"Kamu tanya Sore, ya. Dulu dia yang ngerjain Asmaraloka. Sore pasti masih simpan file desain yang dulu. Kamu lagi ngerjain apa sekarang?"

"Lagi ngecek pemipaan lapangan bola kerjaan Aji. Udah beres, sih ... Tinggal Aji, tuh! Desain udah ganti dari kapan, pipanya masih gitu-gitu aja!"

Aji yang sedang sibuk memelototi layar komputernya langsung nyengir. "Hehehe .... Maaf, Mas. Habis kemarin katanya jarak pipa drainase mau per dua meter, terus ganti empat meter, suruh ganti lagi jadi per enam meter ... Eeeh, ini katanya mau dirapetin lagi jadi lima meter. Coba? Kapan aku rapetin mata aku buat tidur kalau kayak begini caranya?"

Widi geleng-geleng kepala. Tanpa banyak kata, kedua matanya sudah cukup membuat Ajisaka mengangkat tangan dan menampakkan anggukan 'Siap, Ndan! Nggak ada komplain lagi, segera laksanakan!'.

"Ya udah .... Aji selesaikan dulu urusan itu. Tanya konsultasi tentang Asmaraloka ke Sore. Oke?" Widi melangkah meninggalkan meja kerjanya.

"Ini mas Widi mau kemana?" Tanya memutar kursi, menyadari kalau Widi tampak terlalu siap kalau hanya keluar ruangan untuk pergi ke pantry.

"Aku ada janji makan siang. Tapi nanti baliknya langsung ke pabrik. Ternyata hari ini Pak Suteja ada rapat di kampus, nggak ada yang ngawasin di pabrik. Jadi kalian kutinggal dulu, ya."

Tanya membulatkan mulut, lantas mengangguk-angguk. Pak Suteja punya pabrik tegel klasik. Meski bukan pabrik besar dengan karyawan ribuan orang, tegel gaya jadul buatan pabrik Pak Suteja itu lumayan banyak peminatnya. Banyak dilirik oleh penggemar desain klasik dan digunakan di hotel dan resort. Tidak hanya produksi saja, Pak Suteja juga membuka kelas workshop di sana. Awalnya untuk menunjukkan proses pembuatan tegel cara lama ke mahasiswa bimbingannya. Tapi setelah dibuka untuk publik, ternyata banyak juga peminatnya. Sejak setahun lalu, Widi rajin ke pabrik untuk membantu pekerjaan ayahnya.

"Oh, iya," berpegangan pada gawangan pintu, Widi berbalik. Tanya dan Aji mendongak, menatap Team Leader mereka yang tampak ragu itu.

"Nanti ... kalau kamu konsultasi sama Sore ...," buka Widi, dengan nada ragu dan kalimat menggantung. Baru setelah ia menghela napas pendek, Widi melanjutkan kalimatnya, "Jangan komentari bajunya."

Aji mengerutkan kening, tak mengerti. Tanya melirik ke langit-langit, mengingat-ingat pakaian yang Sore kenakan hari ini. Cukup pintar, gadis berhijab itu langsung melirik Widi naik-turun.

"Pfft!" tawa Tanya meletup.

"Ketawa kayak begitu juga nggak boleh!" Widi menunjuk wajah Tanya yang sudah tergelak lepas.

Undo Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang