13. Rekonsiliasi

4 2 1
                                    


2022, Present Day.

Sambungan telepon diakhiri. Widi kembali ke tempat duduknya nyaris tanpa tenaga. Padahal untuk datang ke café ini, Widi sudah susah payah melawan gugup. Ia harus menyampaikan perasaannya, ia harus mengambil sikap. Tapi telepon dari Tanya malah membuyarkan semua yang sudah Widi susun dalam kepala.

"Telepon dari siapa?"

Sang Mantan Istri tampak kebingungan dengan reaksi Widi. Lelaki itu gelagapan di tempatnya duduk, padahal ia yang mengundang Yasmine untuk bertemu.

"Tanya ...."

"Oooh, Tanya. Apa kabar dia? Kemarin aku lihat story-nya, kayaknya lagi lembur terus, ya?"

Pertanyaan basa-basi Yasmine menguap begitu saja. Mulut Widi kaku, tak tahu harus menjawab apa.

Melihat Widi yang pucat, Yasmine mengangkat tangannya memanggil waiter. Perempuan bersenyum ramah itu meminta air putih di gelas Widi untuk diisi lagi.

"Minum dulu .... Kenapa tiba-tiba pucat begitu? Ada masalah di kantor? Enggak, kan?" tanya Yasmine setelah waiter menuang air ke gelas Widi dan undur diri.

Bagaimanapun, Yasmine pernah menjadi istri Widi. Widi sangat tenang dan jernih jika sudah menghadapi urusan pekerjaan. Hanya urusan keluarga dan pribadinya saja yang bisa membuat Widi sekikuk ini. Yasmine bisa paham alasan pertama hari ini: pertemuan mereka. Yang selanjutnya, ia tak mengerti kenapa.

"Maaf, padahal aku yang ajak kamu kemari," desah Widi, sedikit lega. Gelas air putih langsung berkurang separuh.

"Ketemu aku lagi bikin kamu gugup?" tanya Yasmine. Senyum lebar dalam pulasan lipstick warna coral itu terlihat riang. Nada tawa di sana jelas untuk meringankan kegugupan lelaki di hadapannya, bukan untuk meledek.

"Sedikit ...."

"Kamu nggak sendirian. Aku juga gugup waktu kamu telepon. Kupikir kamu udah nggak mau menghubungiku lagi ...."

"Itu nggak benar ...," jawab Widi cepat. Tapi ia segera sadar, dalihnya tak berguna apa-apa. Ia sama sekali tak pernah menghubungi Yasmine semenjak mereka resmi bercerai. Widi hanya berani menelepon Tara untuk urusan-urusan lain yang berkaitan dengan pemberitaan perceraian mereka kala itu.

"Mumpung aku ketemu langsung ... aku mau bilang kalau nggak papa telepon sesekali. Kalau Kak Wid mau .... Aku memutuskan pergi kan bukan karena membenci Kak Wid ...."

Kak Wid ...?

Widi tercenung mendengar panggilan itu keluar dari bibir Yasmine. Rasanya familiar sekaligus asing. Terdengar aneh, sekaligus tepat.

Ketika pertama kali berkenalan dengan Yasmine di sebuah pesta Grand Launching koleksi sebuah brand furniture high end Indonesia, Yasmine juga memanggilnya dengan sebutan itu.

Kak Wid. Terdengar renyah dan mengundang senyum gemas Widi yang mudah saja jatuh hati pada gadis cerdas itu. Kencan beberapa kali, meresmikan hubungan, nama 'Kak Wid' berubah jadi 'Sayang'. Dua tahun lamanya.

Setelah satu tahun tak benar-benar bicara secara langsung, Widi merasa canggung mendengar panggilan itu lagi. Yah ... Tapi memang sudah begitu seharusnya, kan? Mana mungkin Yasmine memanggil Widi dengan sebutan sayang? Yasmine sudah punya sayang yang lain.

Lengkung senyum menghiasi sudut bibir Widi. Ucapan Yasmine membuat hatinya sedikit tenang. "Ya .... Maaf nggak pernah menghubungi kamu."

"Nggak papa, aku bisa paham. Aku udah bikin Kak Wid kecewa ...."

Undo Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang