BAB 6

63 15 0
                                    

"Siapa ya kira-kira cewek beruntung yang terlibat cinta kantor sama GM kita?" tanya Nata, seorang mahasiswi jurusan hospitality yang sedang magang di departemen front office.

Sudah tiga hari berlalu dan semuanya berjalan dengan sangat baik. Dirinya belajar dengan cepat, bisa beradaptasi dengan karyawan lain dan semuanya baik-baik saja, kecuali satu hal. Berita aneh yang selama tiga hari ini tetap menjadi bahan perbincangan di media sosial dan beberapa acara di televisi.

Awalnya, Pia tidak tahu siapa yang merekam video itu. Namun, ia ingat kalau tiga hari yang lalu, ada group wartawan yang membuat acara di hotel ini. Tentu salah satu dari mereka lah yang menciptakan api ini.

Hingga sekarang, para karyawan masih menerka-nerka siapa wanita yang ada di dalam video itu yang beruntungnya, hanya terlihat bagian kepalanya saja. Namun, Pia pasti diam membeku setiap kali gosip itu kembali dibicarakan.

"Mba Pia, kenapa sih kaku banget? Lama-lama aku curiga, Mba ya yang ada di video itu?" tanya Nata dengan nada bergurau.

"Enak aja," jawab Pia cepat.

"Tapi kamu gak liat apa-apa, Pia? Kayaknya kamu juga ada di toilet di waktu itu karena period pain," tanya Annisa.

Beruntungnya, Pia berhasil keluar dari toilet dengan mendorong tubuh si penguin Kaisar—jenis penguin terbesar—dengan susah payah dan keluar dengan memegangi perutnya, membuat semua karyawan mengkhawatirkannya.

Ia cukup malu karena membuat karyawan di departemen ini khawatir, namun masih bersyukur karena tidak ada siapapun yang melihatnya dengan si penguin kaisar, kecuali wartawan manapun yang merekam mereka itu.

"Enggak ada, Mba. Mungkin aku juga enggak ngehirauin karena lagi keram," jawab Pia.

Nata lalu mengerutkan dahinya. "Gak mungkin Mba Pia gak denger. Pak Benjamin pasti hebat banget. Seenggaknya, dia bisa bikin cewek teriak karena bibirnya. Mba Pia pasti ngerasain hawa panasnya."

Semua karyawan di departemen ini menganga karena mendengar ucapan orang yang usianya paling muda di antara mereka semua. Alastair, salah satu karyawan terlama di sini menggelengkan kepalanya. "Pergaulan anak muda jaman sekarang emang beda. Kalau gue dulu—"

"Ssttt.. Mas Alastair jangan keliatan kayak orang lama beneran dong," kata Annisa sambil menutup bibir Alastair dengan tangan kanannya. Lalu, ia berpura-pura berbisik namun masih bisa didengar semua orang. "Cuma orang kolot yang bilang 'kalau gue dulu."

Semua orang tertawa setelahnya, namun mereka masih mengontrol tawa dan mereka semua sesekali melihat ke sekitar lobi karena bagaimanapun juga, mereka sedang bekerja dan harus menjaga citra hotel terbaik di Indonesia ini.

"Nona Pia?" panggil seseorang, membuat mereka semua menoleh. "Anda harus ikut dengan saya sekarang."

Pia mengerutkan dahinya. Ia tahu siapa pria yang memanggilnya ini. Dia adalah Setyo, sekretaris Benjamin. Namun, yang tidak ia mengerti adalah, mengapa dirinya harus ikut? Ke mana ia harus ikut? Ia harus menemui siapa?

Daripada dirinya terus bertanya-tanya, ia memutuskan untuk mengikuti Setyo tanpa menatap ke arah teman-temannya. Karena, ia tidak tahu ekspresi apa yang akan mereka berikan. Lebih baik dirinya menghadapi mereka semua setelah ia menjawab semua pertanyaan di hatinya ini.

Pia hanya diam sambil mengikuti langkah Setyo yang membawanya ke lift. Ini adalah lift khusus yang hanya bisa digunakan oleh Benjamin dan orang-orang yang ia inginkan saja. Lift terasa bergerak lambat dan ketika pintu terbuka, ia melihat sebuah pintu di depan lift dan hanya ada pintu itu di ruangan ini.

Ia masih diam dan mengikuti langkah Setyo, hingga akhirnya Setyo berhenti di pintu lain setelah ia memasuki pintu pertama. Ia menatap Pia dengan senyuman ramah, mengingatkan Pia dengan tatapan seorang ayah. "Pak Benjamin sudah menunggu Anda. Silakan masuk."

Pia menelan ludahnya karena tiba-tiba saja tenggorokannya terasa berat. Tatapan Setyo membuatnya teringat akan ayahnya. Ia mengangguk dan mengetuk pintu. Lalu, membukanya tanpa mau menunggu jawaban dari dalam. Karena Benjamin pasti sudah menunggunya.

Ia memasuki ruangan yang sangat megah namun terasa kosong. Hanya ada beberapa furnitur dan sebuah meja kerja yang sangat besar di ruangan ini.

Lalu, ada sebuah meja bundar besar dengan banyak kursi di sekitarnya. Mungkin itu adalah tempat dimana Benjamin melakukan rapat dengan karyawan. "Maaf Anda mencari saya, Pak?"

Benjamin mengangkat kepalanya dan seolah baru menyadari keberadaan Pia, ia melepaskan kacamata kerjanya dan berdiri. Ia mempersilakan Pia untuk duduk di sofa sementara ia duduk di sofa lainnya. "Aku tahu kamu sudah membaca berita konyol itu."

"Konyol," Pia menjawab sambil menganggukkan kepalanya.

Ia berusaha untuk melakukan semuanya dengan sopan dan sudah mengunci bibirnya sebelum otaknya mencerna apa yang harus ia lakukan atau katakan.

"Tapi berita konyol itu berdampak buruk untuk Royal Group," kata Benjamin yang masih mengenakan setelan penguin.

Jangan senyum, Pia. Nanti dia kegeeran kayak di toilet waktu itu.

"Jadi, kita harus membetulkan semuanya," kata Benjamin lagi. "Kamu harus menjadi kekasihku."

"Ap...apa?" tanya Pia terkejut dengan kalimat terakhir yang diucapkan oleh Benjamin. "Pak, enggak ada yang tahu kalau wanita di video itu adalah saya. Bapak bisa bilang kalau itu pacar bapak yang bapak ajak ke sini."

"Keputusan ini sudah disetujui oleh direksi," jawab Benjamin.

Ya, tapi ia tidak menyetujui ini.

Dirinya, calon pemeran utama dalam sandiwara ini, ia tidak menyetujuinya. Bagaimana tanggapan semua orang? Bagaimana tanggapan teman-temannya yang mungkin sampai sekarang masih menebak-nebak siapa wanita di video itu?

"Saya enggak setuju, Pak," kata Pia.

"Direksi sudah setuju," balas Benjamin. "satu Minggu lagi adalah gala dinner Royal Group. Kamu akan datang denganku, duduk di sebelahku dan bergandengan tangan denganku. Dengan begitu, publik pasti akan merubah asumsi buruk mereka. Berapa umur kamu?"

Benjamin benar-benar tidak memberikan Pia kesempatan untuk bicara, namun Pia menjadi seperti orang bodoh karena menjawab pertanyaan Benjamin dengan cepat dan patuh. "Dua puluh dua."

"Bagus."

"Bagus?" tanya Pia.

"Aku hanya memastikan kalau kamu sudah cukup umur. Aku tidak ingin ada berita lain yang mengatakan kalau aku berkencan dengan anak di bawah umur."

Pada saat itu, Pia benar-benar kehilangan kata-katanya. Pia bukan orang bodoh yang tidak tahu arti dari ucapan Benjamin. Pria itu sedang membahas tinggi tubuhnya. Tidak ada masalah dengan tinggi tubuhnya. Tingginya adalah 168 cm, cukup tinggi untuk rata-rata wanita Indonesia.

Bukan tinggi tubuhnya yang salah, tapi tinggi tubuh Benjamin. Sama seperti tinggi penguin kaisar yang lebih tinggi dari jenis penguin-penguin lainnya.

Pia tahu kalau dirinya mungkin hanya memiliki satu kesempatan ini saja. Setelah ini, ia mungkin ia tidak bisa berhadapan dengan pria ini. Maka, ia mengumpulkan niat untuk berdiri dan berjalan ke arah Benjamin. Kemudian, ia meneriaki pria itu dengan kalimat, "Dasar penguin kaisar norak! Dan gue gak akan mau jadi pacar pura-pura lo!"

Bersambung

Finally Here, I Found You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang