Bahkan setelah berhari-hari berlalu, ia masih tidak bisa menerima apa yang waktu itu Theodore katakan kepadanya. Setelah Theodore mengatakan tentang keterlibatan Benjamin pada kecelakaan kedua orang tuanya, Theodore juga mengatakan kalau pria tua itu akan mencarikan seorang wanita untuk Benjamin.
Pia merasa resah dan juga marah. Ia resah, kalau-kalau Theodore serius dengan perkataannya. Ia juga merasa marah karena tidak ada yang bisa bersama dengan Benjamkn selain dirinya. Ada bagian kecil dalam dirinya yang sangat marah, yang mempengaruhi emosinya sekarang.
Sekarang sudah pukul sebelas malam dan Pia masih menyalakan lampu kamarnya. Ia tidak bisa tidur dan jika mematikan lampu, semua perasaan-perasaan aneh itu muncul. Perasaan yang akan membuat dirinya merasa ingin menangis.
"Kak? Kamu belum tidur?" tanya Julian yang membuka pintu kamar Pia. "aku mau ke dapur dan lihat kamar kamu masih terang. Ada apa?"
Pia yang sedang berjalan mengelilingi kamarnya menatap Julian dan kemudian menundukkan kepalanya. Bahkan sekarang ia tidak bisa mengatakan apapun kepada Julian karena ia sendiri pun tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.
"Kamu memikirkan Kak Benjamin?" tanya Julian lagi.
Sekali lagi, Pia diam dan Julian berjalan memasuki kamar Pia. Ia duduk di kursi yang berhadapan dengan kakaknya sekarang. Dipandanginya wajah Pia yang sedikit banyak berubah. Kakaknya sangat cantik, tentu saja. Walaupun tidak mengakuinya secara langsung, namun Pia memang mirip dengan Karina—idolanya.
Akan tetapi, ia bisa melihat kalau sekarang Pia sedang menutupi semua hal darinya. Ia bisa merasakannya dan Julian merasa cukup buruk karena menghalangi kebahagiaan Pia.
"Kak?" panggil Julian lagi. "kamu bisa jujur denganku. Aku akan menjadi pria dewasa. Aku akan memikirkannya dengan pikiran terbuka."
"Aku.." kata Pia yang memilih untuk duduk terlebih dahulu di tepi ranjangnya. Ia memilin tangannya sendiri dan berkata dengan pelan, "aku mencintainya."
"Kamu masih mencintainya walaupun tahu kalau dia adalah orang yang menyebabkan orang tua kita meninggal?"
Cepat-cepat Pia menatap wajah Julian, ingin tahu bagaimana reaksi wajah adiknya itu. Awalnya, ia merasa kalau adiknya pasti marah kepadanya. Namun, ia hanya melihat raut tenang di wajah Julian, seolah adiknya itu serius dengan kata-katanya yang ingin menjadi pria dewasa dengan pikiran terbuka.
Perlahan, ia menganggukkan kepalanya. "Aku marah, tapi perasaan marah itu mulai reda dan rasa cinta aku kepadanya semakin besar."
Julian terlihat mengerti. "Silakan kalian lanjutkan cinta kalian, kak. Aku baru berpikir kalau membenci cuma akan membuat luka semakin dalam. Lebih baik kita berdamai, kan?"
"Tapi aku enggak tahu apakah dia beneran cinta atau cuma merasa bersalah sama aku," kata Pia lagi.
"Ngebiarin dia menjaga kamu karena rasa bersalah juga bagus, Kak. Dengan begitu, dia akan menjalani hukuman seumur hidup dengan menjaga kamu."
Entah mengapa, ucapan Julian terdengar samgat lucu di telinga Pia, membuatnya tertawa. Julian pun ikut tertawa karena akhirnya, otot di wajah Pia mulai merenggang.
Sekarang, mereka berdua sudah memutuskan untuk berdamai dengan semua ini.
***
Malam ini, seperti malam-malam sebelumnya, Theodore bermain catur sendirian. Ia sudah terbiasa menikmati waktunya sendiri di saat seperti ini. Dengan begitu, dirinya bisa membaca situasi dari kedua sisi.
Ia tidak menyalahkan semua anggota keluarga yang tidak bisa menemaninya, karena ia lebih suka jika mereka semua mengurus perusahaan. Dan Wilhelmina.. ia tidak akan mengajak Wilhelmina bermain catur. Istrinya tidak bisa bermain catur dan ia tidak akan mengajari istrinya itu.
Istrinya tidak bisa melakukan apapun. Ia hanya memerlukan istrinya untuk urusan rumah tangga dan hanya akan selalu seperti itu.
"Hm.." kata Theodore menatap ke arah papan caturnya. Walaupun ia sednag bermain catur namun pikirannya sedang berkeliaran memikirkan hal lain.
Setelah beberapa lama terdiam, ia akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan. Ia menghembuskan napas dan mengambil ponselnya untuk menelepon seseorang.
Hanya memerlukan satu kali deringan untuk orang ia ia telepon menerima panggilan telepon darinya, seolah orang itu memang sedang menunggu instruksi darinya.
"Bersiaplah. Kita harus melakukannya malam ini. Hal ini sangat menggangguku. Wanita itu menggangguku," kata Theodore pada orang yang ia telepon.
Setelahnya, ia menutup panggilan telepon dan melanjutkan permainan caturnya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Finally Here, I Found You
RomanceSetelah menyelesaikan kuliahnya dan diterima bekerja di hotel bintang lima sekaligus terbaik di Indonesia, Pia memutuskan untuk berhenti mengencani pria-pria kaya untuk menghidupi dirinya dan adiknya. Ia akan bekerja dengan benar dan tidak akan meng...