menemukan kekuatan

0 0 0
                                    


Happy Reading

Hari-hari berlalu, dan Arshaka mulai merasakan perubahan kecil dalam hidupnya. Pertemuan dengan Azalea menjadi semangat baru yang membuatnya berusaha lebih keras untuk menghadapi setiap hari. Setiap kali mereka bertemu di kedai kopi, Arshaka merasa seolah-olah ada sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan di antara mereka. Namun, dia masih meragukan perasaannya. Apakah perasaan ini hanya pelarian dari kenyataan?

Di sekolah, teman-teman Arshaka mulai memperhatikannya. Meskipun dia masih cenderung menyendiri, senyumnya lebih sering terlihat. Fajar, sahabatnya, tidak ragu untuk mengomentari perubahan ini. “Kau terlihat lebih ceria akhir-akhir ini. Apa kau jatuh cinta?” tanya Fajar dengan senyum nakal.

Arshaka hanya tersenyum, tidak ingin mengakui perasaannya. Dia tidak yakin apakah perasaannya untuk Azalea benar-benar cinta atau sekadar ketertarikan sementara. Namun, apa pun itu, dia merasa nyaman berada di dekat gadis itu. Azalea menjadi bagian dari kehidupannya, dan itu cukup untuk membuatnya merasa hidup kembali.

Suatu sore, saat Arshaka sedang menunggu Azalea di kedai kopi, dia memutuskan untuk membuka ponselnya dan mencari informasi tentang kegiatan di sekolah. Tiba-tiba, dia melihat poster tentang lomba melukis yang akan diadakan minggu depan. Terinspirasi oleh Azalea, yang selalu berbicara tentang seni dan bagaimana dia menggunakannya sebagai pelarian dari kenyataan, Arshaka tergerak untuk ikut serta.

Ketika Azalea tiba, Arshaka memberitahunya tentang rencananya. “Aku ingin ikut lomba melukis ini. Sepertinya akan menyenangkan, dan mungkin bisa membantuku mengeluarkan semua perasaan ini,” katanya dengan semangat.

Azalea menatapnya dengan mata berbinar. “Kau harus! Aku yakin karyamu akan luar biasa. Melukis bisa menjadi cara untuk mengekspresikan diri,” ujarnya. “Kalau kau butuh bantuan, aku bisa membantumu.”

Mendengar tawarannya, Arshaka merasa bersemangat. Mereka sepakat untuk bertemu setiap sore untuk berlatih melukis. Dalam seminggu ke depan, mereka menghabiskan waktu bersama, berbagi tawa dan cerita, sementara Arshaka mulai menemukan kembali kecintaannya pada seni.

Saat mereka melukis di taman, Arshaka menyadari betapa menyenangkannya berbagi momen dengan Azalea. Dia merasa seolah-olah mereka berada di dunia mereka sendiri, jauh dari segala beban hidup yang menghimpit. Namun, di tengah kebahagiaan itu, Arshaka tidak bisa mengabaikan bayang-bayang masa lalunya yang kembali menghantui.

Suatu malam, saat mereka sedang melukis di halaman belakang rumah Azalea, suasana tiba-tiba berubah. Raut wajah Azalea menjadi serius saat dia menatap kanvasnya yang setengah jadi. “Arshaka, kadang aku merasa terjebak,” ucapnya lirih. “Aku berusaha keras untuk membuat semuanya terlihat baik, tapi di dalam, aku merasa kosong.”

Arshaka menghentikan gerakannya dan menatap Azalea. “Kau tidak sendirian, Azalea. Aku juga merasakan hal yang sama. Kita semua memiliki luka yang tersembunyi, tetapi kita harus belajar untuk menghadapinya.”

Azalea mengangguk, matanya mulai berkaca-kaca. “Tapi bagaimana jika kita tidak bisa menghadapinya? Bagaimana jika semua ini hanya membuat kita semakin terpuruk?” Suaranya bergetar, dan Arshaka merasakan kepedihan di dalamnya.

Tanpa ragu, Arshaka mendekat dan memegang tangan Azalea. “Kita bisa melakukannya bersama. Kau sudah memberi harapan dalam hidupku. Jangan ragu untuk berbagi semua bebanmu. Aku ada di sini untukmu.”

Azalea menatapnya dengan penuh rasa syukur, dan Arshaka merasa seolah-olah ada ikatan yang lebih kuat antara mereka. Dalam momen itu, dia tahu bahwa mereka saling membutuhkan. Mungkin, inilah yang disebut dengan cinta—saling mendukung dan berbagi beban satu sama lain.

Setelah perbincangan yang mendalam itu, mereka kembali melukis. Namun, kali ini, Arshaka melukis dengan semangat yang berbeda. Dia tidak hanya mengekspresikan perasaannya, tetapi juga mengukir harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Hari lomba pun tiba. Arshaka merasa campur aduk—antara rasa gugup dan antusias. Dia berdiri di depan kanvasnya, melihat semua hasil kerjanya. Sebuah lukisan yang menggambarkan dua sosok yang saling berpegangan tangan, dikelilingi oleh warna-warni cerah yang melambangkan harapan dan kebahagiaan. Arshaka merasa bahwa lukisannya bukan hanya tentang dia dan Azalea, tetapi tentang semua orang yang berjuang menghadapi luka-luka mereka.

Ketika juri mulai berkeliling, Arshaka merasa jantungnya berdegup kencang. Namun, saat melihat Azalea di antara kerumunan, dia merasakan ketenangan. Gadis itu tersenyum padanya, memberinya semangat untuk terus maju.

Setelah beberapa waktu, pengumuman pemenang lomba pun tiba. Arshaka menahan napas saat nama-nama dipanggil. Ketika namanya disebut sebagai juara kedua, ia hampir tidak percaya. Suasana di sekelilingnya terdiam sejenak, sebelum disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari teman-temannya.

“Selamat, Arshaka!” teriak Fajar sambil berlari menghampirinya.

Azalea berlari menghampiri Arshaka, memeluknya dengan hangat. “Kau luar biasa! Aku sangat bangga padamu!” serunya penuh semangat.

Arshaka merasakan kebahagiaan yang meluap-luap di hatinya. Di tengah sorakan dan tepuk tangan, dia tahu bahwa ini bukan hanya tentang kemenangan. Ini adalah simbol harapan dan keberanian untuk menghadapi masa lalu.

Di balik semua itu, Arshaka menyadari bahwa keberhasilannya tidak terlepas dari Azalea. Dia adalah sumber kekuatan yang membantunya bangkit dari keterpurukan. Dan, dengan perasaan itu, Arshaka tahu bahwa ia ingin melanjutkan perjalanan ini bersama Azalea.

Ketika malam tiba dan perayaan berakhir, Arshaka dan Azalea duduk di bangku taman, menikmati keheningan malam. Mereka saling bertukar cerita, dan Arshaka merasa hatinya penuh dengan rasa syukur.

“Aku tidak pernah merasa seberuntung ini sebelumnya,” kata Arshaka, menatap bintang-bintang di langit. “Kau telah mengubah hidupku, Azalea.”

Azalea tersenyum lembut, matanya bersinar. “Kita saling mengubah satu sama lain. Kita tidak sendirian dalam perjalanan ini.”

Arshaka merasakan ikatan yang semakin kuat di antara mereka, dan dia tahu bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan tetap saling mendukung. Dalam kegelapan, mereka menemukan cahaya satu sama lain, dan dengan itu, mereka siap untuk menghadapi apa pun yang ada di depan.

LUKA DAN HARAPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang