17. Dejavu

25 3 1
                                    

"Z-Zalleon" kaget Malvin membuat pemuda lain menatap kearahnya dengan tatapan datar dan dingin andalannya.

"Anda mengenal boss saya tuan?" tanyanya dengan yang terkesan tidak enak didengar.

"Andy, sopan sedikit. Maafkan kelakuan sekretaris saya tuan." sahutnya ramah sambil memukul lengan pemuda jangkung disebelahnya.

Andy hanya meringis pelan dan perlahan berjalan disamping sang bos galaknya itu. Malvin yang tadinya terdiam pun hanya bisa memberikan senyuman sampai kedua matanya ikut tersenyum. Zalleon yang melihat raut wajah yang menurut tak asing itupun mencoba mengingat membuat kerutan di dahinya terlihat jelas.

Andy menepuk bahu sahabat sekaligus bosnya itu agar tidak terlalu dipikirkan karena itu tidak baik untuk kesehatannya.

"Le, kita sudah terlambat. Lebih baik kita ke ruang meetingnya," ucap Andy dibalas anggukan singkat oleh sang empu.

Andy dan Zalleon pun berjalan pergi meninggalkan Malvin yang belum memberikan sepatah katapun. Ia tersadar jika pemuda tadi adalah anak sulungnya yang sudah berpulang beberapa tahun atau malah sebaliknya. Dia berpikir mungkin hanya suatu kebetulan saia karena dia tidak bisa menyimpulkan apa yang ia lihat hanya sekali.

Malvin berlari menuju ruang meeting karena melihat waktu yang berjalan dengan cepat rasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malvin berlari menuju ruang meeting karena melihat waktu yang berjalan dengan cepat rasanya. Ia terlambat datang ke rapat dan rapat kali ini sangat berbeda dari sebelumnya. Dia mendobrak pintu dengan kuat membuat semua orang disana terkejut bukan main. Sang sekertaris pun hanya memberikan ucapan maaf atas tingkah laku bosnya itu.

"Maaf saya terlambat datangnya," ucap Malvin sambil berjalan kearah kursi kebanggaannya.

"Tidak apa-apa tuan Malvin. Kami bisa maklumi keterlambatan anda di meeting kali ini." sahut salah satu petinggi di sana.

Meeting pun mulai dilaksana dan banyak beberapa dari mereka mempresentasikan hasil produksi dari perusahaan masing-masing, dari keuntungan yang didapat saat menjalin kerja sama nantinya. Sampai akhirnya sekertaris Andy berdiri dan mulai menjelaskan tentang isi proposal yang ia bawa. Tepuk tangan meriah pun terdengar setelah menjelaskan.

Banyak orang yang ingin menjalin kerja sama dengan perusahaan mereka. Malvin yang mendengar bagaimana pemuda jangkung itu mempresentasikan hasil proposalnya.

"Saya tertarik dengan proposal yang anda buat ini dan saya ingin menjalin kerja sama dengan perusahaan kalian Tuan Andy." ucap Malvin setelah membaca isinya dibalas anggukan oleh sang empu.

Zalleon yang sedari tadi diam pun mengundang tanda tanya dibenak Andy yang kebetulan duduk disebelahnya.

"Kau kenapa diam aja? Tidak seperti biasanya kau diam saat meeting." bisik Andy pelan.

"Aku merasa dejavu makanya aku diam saja. Aku merasa sesuatu ikatan tak kasat dengan tuan Malvin. Rasanya seperti ada hal yang hilang tapi sekarang sudah kembali lagi." balasnya sambil menatap punggung Malvin yang sedang sibuk menjelaskan sesuatu didepan sana.

Andy terdiam sesaat dan menghela nafas pelan mendapatkan tatapan heran dari semua orang yang ada disana.

"Tuan, anda tidak apa-apa?" tanya Riana sekertaris Malvin.

Andy mengangguk pelan, dia malu karena kepergok tidak fokus dan langsung meminta maaf.

Meeting pun selesai dilaksanakan dan banyak yang berpamitan untuk pergi meninggalkan ruang rapat, kecuali Andy, Zalleon dan juga Malvin yang masih betah disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meeting pun selesai dilaksanakan dan banyak yang berpamitan untuk pergi meninggalkan ruang rapat, kecuali Andy, Zalleon dan juga Malvin yang masih betah disana. Beberapa saat kemudian, Malvin pun beranjak dari duduknya di ikuti oleh sekretarisnya.

"Tuan, saya ingin kerja sama dengan perusahaan anda." ucapnya pelan

"Baiklah,terimakasih. Anda tidak akan kecewa kerja sama dengan saya Tuan Zalleon, tuan Andy." balas Malvin sambil tersenyum.

Zalleon ikut tersenyum, entah kenapa saat melihat senyuman itu membuat dirinya ingin selalu tersenyum. Hatinya hangat, ada perasaan asing yang masuk dan itu membuatnya terdiam. Andy yang paham akan keterdiaman sang sahabat pun langsung berpamitan pada Malvin.

"Baik, kalau begitu saya permisi tuan Malvin." pamit Andy sembari menarik tangan sang empu.

"Hey! Kenapa menarik tanganku?" tanya Zalleon yang tersadar dari lamunannya.

"Kau banyak melamun, aku khawatir kau kenapa-napa. Haruskah kita kerumah sakit? Untuk periksa keadaanmu." Jawab Andy dengan tatapan bertanya.

Zalleon mengangguk pelan. "dokter psikolog, ada yang ingin aku tanyakan padanya."

"Baiklah."



















"Sudah lima tahun berlalu, kenapa kamu belum bangun dari tidur panjangmu nak. Daddy kangen sama tingkah lakumu."
































































Semoga suka dengan ceritanya
Maaf kalo ga bagus

Jangan lupa meninggalkan jejak ya
Seperti komentar, vote dan follow kalau perlu hehe.

Mahendra Fams Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang