#8 Ketua Kelas😎

8 5 4
                                    

"Noor, hey, Noor kebo bangun!"

Untuk kesekian kalinya Athar menggebrak-gebrak tubuh Noor yang masih bergumul dengan selimut.

Ia berteriak tepat di samping kuping gadis tersebut. "Woi, kebo bangun!!"

"Berisik banget, sih!" Noor menepis kasar wajah Athar. Membalikan badannya-memunggungi Athar yang berjongkok di tepi ranjang.

Athar menepuk jidatnya keras. "Ya ampun, anak ini!"

Dia sudah kehabisan ide. Akhirnya, Athar menggunakan jalan ninja yang lain.

"Aku akan pulang, Noor. Kau tak ingin melihatku untuk yang terakhir kalinya?" ucap Athar mendramatisir keadaan.

"Pergi saja," sahut Noor parau. Kesadarannya belum pulih seratus persen.

"Oh, begitu? Baiklah..." Athar kemudian balik kanan. Ia berjalan keluar.

"Kuharap kau tidak menyesal, Noor!" tukasnya, sebelum menutup pintu kamar Noor dengan keras.

Terdengar suara motor berbunyi membuat Noor terbangun dan mengucek-kucek matanya. Dengan setengah sadar, Noor bangkit dari ranjang.

"Bang Athar," panggilnya tapi tak ada yang menjawab.

Noor keluar dari kamar, ia menguap sebelum bertanya pada ayahnya di ruang keluarga, "Bang Athar mana, yah?"

Tanpa menoleh sedikitpun dari televisi, Arya menjawab singkat, "Keluar tadi, pamit pulang katanya."

Bola mata Noor membulat seketika. Ia segera berlari keluar sambil berteriak-teriak memanggil nama Athar.

Sinta yang melihatnya di kamar seberang, lantas berteriak, "Jangan lari-lari, Noor!"

"Bang Athar! Bang Athar!" Air mata Noor mengalir deras begitu saja. Sudah seperti drama kolosal India.

"Bang Athar!" pekik Noor, setibanya di teras depan.

Orang-orang di luar sana yang tengah bercengkrama ria, seketika mengalihkan perhatian mereka pada gadis berambut kusut dengan wajah yang banjir air mata. Termasuk Athar yang sedang memainkan motor Kawasaki Ninja milik papanya itu sontak tertawa keras.

"Kamu mirip tarzan, Noor!" celetuk Athar yang mengundang tawa Helena di jok belakang sana.

Rani, nenek, dan beberapa tetangga yang ada di sana ikut tertawa. Membuat tangisan Noor semakin nyaring. Seorang wanita berambut gelombang sebahu yang melihatnya lantas menghampiri Noor. Ia berjongkok menyejajarkan tubuhnya dengan Noor.

"Shut... Anak manis. Beritahu bibi, mengapa kamu menangis?"

Safira mencoba menenangkan Noor. Tangannya merapikan rambut berantakan Noor.

"Bang Athar..." ucap Noor tersedu-sedu.

Safira menyipitkan mata pada anak lelakinya itu. "Athar, kau apakan lagi gadis ini?!"

Tawa Athar terhenti saat ibunya berteriak galak padanya. "Apa? Aku hanya mengatakan kalau aku akan pulang sekarang," bela Athar.

Safira menatap Noor kembali. "Benar begitu, Noor?"

Noor tak menjawab. Tangisannya mulai mereda. Ia melihat sekeliling. Terdapat sebuah ransel milik Dewa dan tas selempang Safira yang tergeletak rapi di dekat rak sandal rumah neneknya.

"Kenapa bibi ga nginep aja?" tanya Noor masih diselingi isakan kecil.

Safira tersenyum. "Bang Athar juga sedang ujian, Noor. Jadi, belum bisa menginap di sini," jelasnya.

Naif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang