Dua Sisi
Denting sendok dan piring bermelodi nyaring
Disusul tawa renyah pencair suasana
Sekilas, ku melirik ke arahnya
Tampak tenang, tak terpancing gurauanUntuk pertama kalinya lagi kami duduk berdampingan
Rupanya, mata itu telah lama sayu
Tak berbinar indah seperti masa itu,Tatkala suaranya yang lantang, memenuhi seisi ruang
Saat tawanya menggelegar, menyambut ramah sang hujan
Dan ketika tekad mengalahkan akal
Bersama alam, kami rela memanjat pagar demi meraih sebuah layanganAku terdiam
Sepertinya ia sudah lelah terbang?
Mengingat aku yang masih terikat oleh rantai-rantai besar
Tapi kini, ia kembali ke dalam sangkar
Di saat rantai-rantai ku mulai melonggarAku terpaku.
Melihat sayapnya memucat menjadi abu
Ah, sekiranya benar ada mesin waktu, ku ingin sekali berseru, 'Tunggulah aku!'
Sebab kita tak pernah tahu apa yang ada di langit lepas itu
Sekarang, yang tersisa hanya sebuah keyakinan, bahwa Tuhan akan senantiasa menaungimu. Selalu."Mau nambah?"
"Nggak, gak usah."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Naif
ChickLit"Jangan terlalu naif. Dunia isinya sampah!" hardiknya. Bagaimana jika ada seseorang yang mengatakan itu padamu? Mencemooh dirimu yang katanya 'kurang berpengalaman' dalam hidup. Noor harus mengakui pernyataan tersebut yang melabeli dirinya ketika m...