dua sisi

0 0 0
                                    

Dua Sisi

Denting sendok dan piring bermelodi nyaring
Disusul tawa renyah pencair suasana
Sekilas, ku melirik ke arahnya
Tampak tenang, tak terpancing gurauan

Untuk pertama kalinya lagi kami duduk berdampingan
Rupanya, mata itu telah lama sayu
Tak berbinar indah seperti masa itu,

Tatkala suaranya yang lantang, memenuhi seisi ruang
Saat tawanya menggelegar, menyambut ramah sang hujan
Dan ketika tekad mengalahkan akal
Bersama alam, kami rela memanjat pagar demi meraih sebuah layangan

Aku terdiam
Sepertinya ia sudah lelah terbang?
Mengingat aku yang masih terikat oleh rantai-rantai besar
Tapi kini, ia kembali ke dalam sangkar
Di saat rantai-rantai ku mulai melonggar

Aku terpaku.
Melihat sayapnya memucat menjadi abu
Ah, sekiranya benar ada mesin waktu, ku ingin sekali berseru, 'Tunggulah aku!'
Sebab kita tak pernah tahu apa yang ada di langit lepas itu
Sekarang, yang tersisa hanya sebuah keyakinan, bahwa Tuhan akan senantiasa menaungimu. Selalu.

"Mau nambah?"
"Nggak, gak usah."
***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 12 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Naif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang