bab 8

216 31 0
                                    


---

Kepungan Ketegangan

Beberapa hari setelah insiden penyerangan itu, mansion masih terasa tegang. Shani tidak mengendurkan pengamanannya sedikit pun. Gracia, yang kini semakin besar kehamilannya, hanya bisa menyaksikan perubahan di mansion dari balik jendela kamarnya. Para pengawal terus berpatroli, dan Shani semakin sering mengadakan pertemuan rahasia dengan Cornelia dan sekutu-sekutunya.

Namun, meski ancaman itu nyata, ada momen-momen kecil di antara mereka yang membuat Gracia merasa Shani mencoba menciptakan rasa aman untuknya. Seperti ketika Shani menyelinap ke dapur untuk membuatkan teh hangat di malam yang dingin, atau saat ia membawa selimut tambahan ke kamar Gracia ketika malam semakin dingin.

Malam-malam itu, meski Gracia tahu bahwa Shani masih sangat terjaga, ia mulai menyadari ada perasaan yang tidak bisa ia bantah. Shani bukan hanya pelindung yang kejam—ada sisi lembut yang tersimpan di balik tatapan tajamnya. Sisi itu yang mulai ia kenali sebagai sesuatu yang ia butuhkan.

---

Pertemuan dengan Pengkhianat

Suatu sore, Cornelia kembali dengan ekspresi tegang. Ia menutup pintu ruang kerja Shani dengan suara berat. “Kita punya masalah besar, Shani. Salah satu sekutu kita, Javier, baru saja berbalik arah. Dia sekarang bekerja sama dengan mereka yang mencoba menghancurkanmu.”

Wajah Shani mengeras. Javier adalah salah satu orang yang selama ini ia percayai. “Dia sudah terlalu banyak tahu tentang operasiku. Ini bisa menghancurkan kita.”

Cornelia mengangguk. “Dia juga mengetahui kelemahan terbesar kita—Gracia. Jika mereka berhasil mengakses mansion ini, bukan hanya posisimu yang terancam, tapi juga hidup Gracia dan bayi itu.”

Shani menundukkan kepala, mencoba menganalisis situasi di kepalanya yang rumit. “Kita tidak bisa membiarkan Javier pergi begitu saja. Aku akan menangani ini sendiri.”

Cornelia mencoba menghentikannya. “Jangan bertindak gegabah, Shani. Kita bisa merencanakan strategi yang lebih aman.”

Namun, Shani menggeleng. “Tidak, ini harus diselesaikan dengan cepat. Aku tidak akan membiarkan ada ancaman di dalam lingkaran kita.”

---

Di Kamar Gracia

Malam itu, sebelum berangkat menemui Javier, Shani masuk ke kamar Gracia. Gracia, yang sedang duduk di kursi dekat jendela, mendengar langkah Shani mendekat.

“Kau akan pergi lagi?” tanya Gracia dengan suara pelan. Ada ketakutan yang tersirat di matanya.

Shani mengangguk, mencoba menyembunyikan kegelisahan di balik wajahnya yang dingin. “Ada hal yang harus kutangani. Jangan khawatir, aku akan kembali sebelum matahari terbit.”

Gracia bangkit dan menghampiri Shani. Untuk pertama kalinya, ia mengulurkan tangannya dan meraih tangan Shani. “Berhati-hatilah. Aku... aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu.”

Shani terkejut dengan sentuhan itu, namun ia merasakan ada kehangatan yang mengalir melalui genggaman tangan Gracia. Untuk sesaat, dunia di sekitar mereka seolah menghilang. Shani merasakan dorongan untuk mengucapkan sesuatu, namun ia menahannya. Sebaliknya, ia hanya mengangguk dan tersenyum tipis. “Aku akan selalu kembali, Gracia.”

Dengan kata-kata itu, Shani meninggalkan kamar, meninggalkan Gracia yang kini menatapnya dengan perasaan campur aduk.

---

Konfrontasi dengan Javier

Shani tiba di sebuah gudang tua di pinggiran kota, tempat Javier menunggu. Tempat itu dipilih dengan sengaja, jauh dari pengawasan. Saat Shani masuk, Javier menyambutnya dengan seringai di wajahnya.

“Kau datang sendiri, Shani. Aku terkejut,” kata Javier, suaranya penuh dengan ejekan. “Tampaknya rumor tentangmu yang menjadi lemah karena Gracia itu benar.”

Shani tidak memberikan reaksi, ia hanya mengarahkan tatapan tajam pada Javier. “Kau mengkhianatiku, Javier. Aku ingin tahu alasannya.”

Javier tertawa keras, suaranya bergema di dalam gudang. “Kau terlalu fokus pada gadis itu, Shani. Kau mengabaikan kami, orang-orang yang setia padamu selama ini. Dan yang lebih parah, kau menunjukkan kelemahanmu. Kau tahu sebaik apa pun kau melindunginya, Gracia adalah bebanmu. Dan itu yang membuat mereka datang padaku.”

Wajah Shani tetap tenang, meski amarahnya membara. Ia sudah memperkirakan ini. “Kau membuat pilihan yang salah, Javier. Dan kau tahu konsekuensinya.”

Namun sebelum Shani sempat bergerak, beberapa pria bersenjata muncul dari sudut gelap gudang itu. Javier tersenyum licik. “Kau pikir aku akan datang sendirian? Ini adalah permainan baru, Shani. Dan kau sudah kalah.”

Shani melirik ke arah para pria bersenjata itu dengan tenang. Ia sudah mempersiapkan kemungkinan ini. “Satu hal yang selalu kau lupakan tentangku, Javier. Aku tidak pernah datang tanpa rencana.”

Tiba-tiba, suara tembakan terdengar, namun bukan dari arah musuh. Para pria bersenjata itu terjatuh satu per satu, dan dalam sekejap, Cornelia muncul bersama tim pengawal setia Shani. Mereka berhasil mengepung Javier dan sisa anak buahnya.

Javier terkejut dan mencoba melarikan diri, namun Shani dengan cepat mencegatnya, memegang kerah bajunya dengan kekuatan yang tak terduga. “Ini adalah akhir untukmu, Javier,” ucapnya dingin.

Javier terengah-engah, matanya penuh dengan rasa takut. “Kau tidak akan berani membunuhku, Shani. Itu akan membuatmu menjadi musuh yang lebih besar di mata mereka.”

Shani tersenyum dingin. “Mungkin. Tapi itu risiko yang siap kutanggung. Karena tidak ada yang akan mengancam orang-orang yang berharga bagiku.”

Tanpa ragu, Shani menyingkirkan Javier, memastikan ancaman itu berakhir malam itu juga. Saat Cornelia dan timnya membereskan tempat itu, Shani hanya memandang jauh ke arah langit malam yang gelap. Dalam benaknya, ia teringat wajah Gracia dan janji yang telah ia buat padanya.

---

Kembali ke Mansion

Menjelang subuh, Shani kembali ke mansion. Ia terlihat lelah dan basah oleh keringat, namun ada kepuasan di matanya. Ia melangkah pelan menuju kamar Gracia dan mengetuk pintu pelan.

Gracia membukanya, dengan raut wajah penuh kekhawatiran. Namun, saat melihat Shani yang kembali dengan selamat, matanya berkaca-kaca. “Kau kembali...”

Shani mengangguk, lalu tanpa berkata-kata ia memeluk Gracia, sebuah gerakan yang membuat Gracia terkejut namun tidak menolaknya. Di dalam pelukan itu, Gracia merasakan kehangatan yang ia pikir sudah hilang dari hidupnya. Dan Shani, yang selama ini menghindari perasaan, merasakan sesuatu yang lebih kuat dari sekadar perlindungan.

“Ancaman itu sudah berakhir,” bisik Shani, suaranya serak. “Dan aku akan tetap di sini untukmu dan bayi ini.”

Gracia membalas pelukannya, menutup matanya sejenak. Di balik kekacauan dan ketakutan yang menyelimuti mereka, ada secercah kebahagiaan yang mereka temukan dalam kebersamaan ini. Mungkin, ini adalah awal dari sesuatu yang baru bagi mereka.

---

Bab yang Belum Usai

Namun, di balik malam yang terlihat tenang itu, ancaman masih mengintai di kejauhan. Musuh-musuh yang lebih besar sedang merencanakan langkah mereka, tidak terima dengan kekalahan Javier. Bagaimana Shani akan menghadapi ancaman berikutnya? Dan apakah hubungan antara Gracia dan Shani akan terus menguat, atau justru retak saat badai yang lebih besar datang?

Pertempuran belum usai, dan bayangan masa depan mereka masih dipenuhi dengan ketidakpastian yang menanti untuk terungkap.

budak dan tuan shaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang