Hal. 1

152 15 0
                                    

Nadhifa kepanasan saat menunggu pacarnya datang, keringat bercucuran dengan deras karena Rudi, pacarnya, menyuruh Nadhifa menunggu depan gang. Katanya takut kalau harus minta izin dengan Bapaknya secara langsung

Pernah sekali Rudi mengatakan bahwa dia akan membawa Nadhifa main dan yang ia bawa justru hanya angin serta amukan dari bapak Nadhifa. Hal itu lah yang membuat Rudi malas minta izin duluan, alhasil dia selalu meminta Nadhifa menunggu di depan gang rumahnya, dan jarak dari rumah ke gang depan cukup jauh, hal tersebut tentu membuat make up Nadhifa jadi cepat luntur jadi dia harus buru-buru touchup sebelum Rudi datang.

Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Rudi datang memakai pakaian yang sama dengannya namun berbeda tulisan, baju Rudi tertulis 'im her boyfriend'. Meskipun wajah Rudi terlihat masam, namun Nadhifa senang karena Rudi mau pakai baju pemberiannya.

"Kamu pakai parfum baru ya? Kok wangimu beda," ucap Nadhifa sambil mengendus bau Rudi dari balik punggungnya.

Rudi yang tengah sibuk salip menyalip menggunakan motor yang mereka tumpangi tidak mendengar ucapan Nadhifa, alhasil Nadhifa kesal dan memukul helm yang dipakai Rudi sampai Rudi melonjak kaget dan membuat motor mereka oleng, untung saja Rudi bisa menyeimbangkan sehingga mereka tak jatuh.

"Kamu kenapa sih, Nad?" Tanya Rudi dengan sedikit keras dan kesal.

"Ini loh, kok kamu wanginya beda!"

"Beda apanya? Sama aja kok. Orang kamu yang beliin aku parfum baru," jawab Rudi dengan jengkel. "Kalau gak percaya cek histori pembelanjaan kamu deh biar gak mikir yang macem-macem."

Nadhifa memicing, mencoba untuk percaya apa kata Rudi.  Benarkah dia pakai parfum pemberiannya? Padahal Nadhifa ingat kalau dia beli parfum untuk Rudi itu tiga bulan yang lalu dan mana mungkin parfum itu masih ada mengingat itu hanya sebotol parfum berukuran kecil, jadi harusnya sudah habis. Tapi, Nadhifa tidak mau membahas itu dulu karena mereka sudah sampai ditempat reuni.

Yeah, Rudi dan Nadhifa hari ini ada acara reuni dengan teman-teman SMP mereka.

"Hay bro, eh, hay, Nad." Zidan, si penyelenggara acara sudah ada ditempat.

Dan ternyata di sini juga sudah ada Fahri, Lutfi, dan Ainun. Lalu muncul seseorang dari belakang Nadhifa dan langsung menyapa Zidan tanpa mengindahkan yang lainnya.

"Kamu-- Hanin bukan, sih? Anak kelas 7C." Nadhifa langsung berbicara pada Hanin, Hanin mengangguk kecil. Nadhifa samar mengingat Hanin sebab dulu mereka tidak dekat namun dia tahu kalau Hanin pernah satu kelas dengannya.

Dulu Hanin itu cupu, hitam, dan pendek. Sekarang dia sudah glowup. Tubuhnya ramping namun berisi, wajahnya manis dengan kulitnya yang glowing. Nadhifa menggeleng kecil, kenapa pula dia memperhatikan Hanin sampai segitunya.

"Iya, aku Hanin."

"Oh, wow. Hanin-Hanin yang dulu suka dibully geng nya Laura, ya?" Nadhifa kembali berbicara.

Hanin mengangguk saja.

"Pasti Laura bakal kaget sih liat penampilan kamu yang sekarang."

Hanin tidak menanggapi ucapan Nadhifa karena menurutnya tidak ada yang perlu ditanggapi. Lagipula, Hanin berharap Laura tidak datang meskipun Zidan sendiri yang mengatakan bahwa Laura akan datang.

Baginya, Laura itu monster yang mengerikan. Kedatangan Hanin ke reuni ini hanya akan membuka luka batinnya, meski begitu, Hanin hanya ingin berdamai dengan masa lalu. Ia ingin memanfaatkan semua orang yang pernah membullynya. Semuanya. Kecuali gadis yang tadi berbicara kepadanya; Nadhifa.

"Eh udah deh jangan bahas masa lalu, itu kan udah berlalu," sela Fahri sebelum Nadhifa lebih banyak bicara.

Nadhifa akhirnya duduk di samping Rudi dan Hanin, posisinya dia diapit oleh kedua orang itu. "Kamu kok sibuk main handphone terus sih?" ujar Nadhifa saat melihat Rudi sibuk dengan ponselnya. Dan saat Nadhifa mengintip, Rudi langsung mematikan benda itu dan fokus pada orang-orang yang tengah berbicara.

Loving can Hurt (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang