Hal. 3

47 7 0
                                    

Nadhifa mengetuk pintu kostan Hanin beberapa kali sampai si empunya kamar membukakan pintu. Dilihatnya Hanin hanya mengenakan sebuah tanktop berwarna putih dengan celana pendek. Nadhifa tersenyum aneh, matanya sayu dan jalannya sempoyongan saat Hanin mengajaknya masuk. Indra penciuman Hanin mencium bau alkohol yang menyeruak dari baju wanita itu.

Nadhifa langsung duduk bersila, ia menatap Hanin sambil tersenyum aneh. "Hay, Nin." Dilanjut dengan cegukan. Ia mengeluarkan sebotol whisky dari dalam Tote bag yang Nadhifa bawa. Nadhifa langsung menenggaknya begitu saja sampai membuat Hanin berusaha untuk menghentikan Nadhifa. Hanin mencoba merebut botol itu karena sepertinya Nadhifa sudah minum terlalu banyak, akan tetapi Nadhifa malah merengek pada Hanin saat Hanin berhasil merebut botol miliknya.

"Balikin, Hanin!"

"No. Kamu udah minum terlalu banyak, Nad." Hanin beranjak hendak menaruh botol itu ditempat aman, akan tetapi Nadhifa justru memeluk kakinya sambil meracau, meminta Hanin tak membuang botol mirasnya. Hanin menghela napas. Ia melepaskan tangan Nadhifa kemudian kembali duduk bersila. Hanin kembali memberikan botol tersebut, membiarkan Nadhifa minum dengan rakus.

Hanin hanya diam saja sambil mengawasi Nadhifa. Nadhifa sepertinya baru pulang dari kantor, terlihat dari pakaiannya yang formal, ia juga datang sambil memeluk beberapa lembar map dan sudah Hanin amankan.

"Nad, Nadhifa." Panggil Hanin, Nadhifa menoleh dengan wajah kusut dengan mata yang memerah dan berair. "Udah ya? Kamu udah terlalu banyak minum," ucap Hanin sambil memungut botol itu dan menaruhnya jauh dari jangkauan Nadhifa. Nadhifa langsung terkulai lemas di lantai yang dingin. Hal itu membuat Hanin bingung bagaimana cara agar Nadhifa naik ke atas kasurnya.

Akhirnya dia berusaha mengangkat Nadhifa, ia memapah Nadhifa agar tidur di atas ranjang, namun sialnya saat hendak menjauhkan diri, Nadhifa malah menarik wajahnya mendekat. Ia mengusap-usap dengan kasar wajah Hanin sambil bergumam, "Kenapa kamu di sini? Apa istrimu gak nyariin?" Nadhifa berkata dengan mata terpejam. Ia ternyata mengira Hanin adalah Rudi.

Hanin menarik wajahnya menjauh, namun Nadhifa enggan melepaskan Hanin. Ia malah meminta Hanin untuk tetap berada di sampingnya meskipun dalam mimpinya, dia adalah Rudi. Hanin memutuskan untuk tidur berdampingan dengan Nadhifa. Jemarinya membelai dengan lembut wajah Nadhifa, memberikan rasa aman dan rasa nyaman untuk teman lamanya itu. Hanin tersenyum tipis ketika melihat wajah Nadhifa sedekat ini.

Jika diceritakan, ada banyak hal yang membuat Hanin menyukai Nadhifa. Tentu suka sebatas teman. Nadhifa gadis yang baik,

Semasa sekolah, Hanin hanyalah siswi biasa yang memiliki keterbatasan ekonomi. Zaman itu, anak-anak seusianya sudah punya handphone pemberian orang tua, beberapa dari mereka juga ada yang memiliki kekayaan sehingga bisa berkuasa disekolah. Salah satu anak tersebut adalah Luna yang pernah disinggung diawal. Luna adalah anak juragan beras, sawah punya bapak Luna ada di mana-mana, banyak orang bekerja dengan ayahnya Luna sehingga membuat anak disekolah juga ikut segan pada gadis itu sebab mayoritas orangtua mereka bekerja untuk Ayah Luna. Saat itu, Hanin yang tidak tahu apa-apa dan menginginkan lingkungan sekolah yang nyaman rupanya justru menjadi sasaran Bullyan dari seorang Luna.

Luna yang pada saat itu memiliki power yang kuat membuat Hanin tidak bisa berbuat banyak selain menerima semua perbuatannya karena Luna mengancam akan membuat teman-teman Hanin menaljauhinya. Selama dua tahun Hanin dibully, Hanin juga dilukai secara fisik dengan dalih 'namanya anak remaja, senangnya bercanda' ketika Hanin mengadukan setiap perlakuan Luna kepada guru.

Berangsur ke kelas tiga, seorang murid datang dari kota lain. Ia baru saja pindahan dan sekolah ditempat yang sama bersama Hanin, kala itu Hanin tengah dipermalukan di depan orang karena ia menolak untuk memberikan bekal makanannya pada Luna. Hanin di dorong sampai terjatuh tepat di depan anak-anak seusianya, mereka tidak ada yang mau membantu Hanin karena takut Luna akan merugikan orang tua mereka.

Loving can Hurt (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang