6

193 25 2
                                    

"Epan!!"

Jam istirahat sudah tiba, dengan cepat Aziel berlari menghampiri Evan yang tak jauh dari sana.

"Epan!! Beliin gua makanan dong"

Evan menatap tajam remaja yang menghalangi jalannya itu.

"Bekel gua di buang, gua laper banget, belum makan apapun seharian" Keluh Aziel.

"Jajan di kantin, ga usah kayak orang miskin" Ketus Evan.

"Gua lupa bawa duit"

"Minta bapak lo!"

Aziel mengerutkan dahi kesal. Apa susahnya sih ngasih dia setidaknya 10 ribu doang buat beli makan, batin Aziel kesal.

"Bapak gua udah mati!" Teriaknya kesal.

Evan semakin tajam menatap Aziel. "Ga usah ngaku jadi adik gua, bapak gua masih hidup!" Ujarnya sinis lalu meninggalkan Aziel begitu saja.

×××

Aziel terduduk di rooftop sekolah, moodnya sudah benar benar hancur. Bayangannya tentang betapa serunya mpls benar benar sudah sirna.

Saat ini dirinya kabur begitu saja, tidak mempedulikan jam istirahat yang sudah selesai.

hari ini Aziel bahkan belum bergabung dengan para peserta mpls. Dirinya dipisahkan, seolah menjadi seseorang yang habis melakukan kejahatan besar.

Memangnya telat 5 menit saja harus dihukum separah ini? Batinnya kesal.

"Pegel" Keluhnya. Aziel bahkan tidak diizinkan duduk sama sekali.

Mata Aziel mulai berair, "laper, pegel"

"Nenek lampir sialan, liat aja selesai mpls gua Jambak Lo!" Tangis Aziel kencang.

"Aw" Aziel meringis merasakan benda terlempar mengenai kepalanya.

"Mood gua lagi jelek! Jangan ganggu!" Marahnya dengan air mata yang terus saja jatuh.

"Makan, kadaluwarsa nya hari ini" Evan berujar lalu menduduki dirinya di samping Aziel.

"Sial*n" Umpat Aziel, meski begitu dia tetap membuka plastik makanan yang diberikan Evan.

"Huaaa gua cape banget" Tangisnya dengan mulut yang terus mengunyah.

Evan menahan senyumnya melihat Aziel dengan wajah merah dan mulut penuh tapi tidak berhenti mengoceh itu.

"Dibuang siapa bekal lu?"

"Nenek lampir"

Evan mengernyit, "siapa?"

"MC ular itu"

"Gua laper banget anj*r kenapa lu cuman bawa roti sih!" Omel Aziel.

Evan menghela nafas, "Masih mending gua bawain makan"

"Gua ga mau sekolah lagi!"

"Alay, baru juga digituin doang"

"Gua cape ya Bangs*t! Gua udah ga diterima di keluarga gua, masa gua juga harus ngerasain ga diterima disini

Mau mati juga ga bisa, gua bakal ngerasa bersalah karena mamih udah ngerelain nyawanya demi ngelahirin gua"

Evan terdiam memperhatikan Aziel yang tak kunjung berhenti menangis. Mana sifat pecicilan yang selalu dia tunjukkan itu? Kenapa didepannya kini hanya ada sosok lemah dari Aziel?

"Tidur" Perintah Evan, menarik paksa kepala Aziel untuk tiduran dipahanya.

"Ngelindur lo kalo cape"

Aziel hanya terdiam, bahkan dia sudah tidak ada tenaga untuk melawan.

×××

Helaan nafas keluar dari mulut Aziel. Saat dia bangun, mpls sudah berakhir dan sekolah sudah sepi. Evan pasti pulang bersama temannya.

"Mau pulang bareng?" Aziel dibuat kaget dengan kedatangan Kevin dibelakangnya.

"Jangan kabur lagi, kakak bukan setan" Wajah Aziel memerah malu.

Aziel sedang berada di gerbang sekolah, menunggu om Roni yang tak kunjung menjemputnya.

"Kakak emang rumahnya dimana? Gapapa kalo aku numpang?"

Kevin tersenyum manis, "gapapa, naik sini"

Aziel langsung tersenyum lebar, dia menaiki motor Kevin dengan semangat.

"Kakak sigma banget!! +1000 aura, GYATT!!" Oceh Aziel diikuti kekehan dari Kevin.

Terlalu asik mengobrol, keduanya tidak menyadari ada sepasang netra menatap mereka cemburu.

×××
Lanjut??

Yang ga vote cerita ini big L banget sih, skibidi -1000 aura😕
*20/10/2024

Dia Abangku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang