Bab 09.

500 28 0
                                    

Arini tertegun untuk yang kesekian kalinya, menatap mansion megah di hadapannya dengan kagum. Padahal sudah beberapa hari ia tinggal di sini, tetapi rasanya ia tidak bisa berhenti terpukau pada keindahan mansion ini. Tiang-tiang marmer yang menjulang tinggi, jendela-jendela besar berornamen, dan taman yang terawat rapi menciptakan suasana yang anggun dan misterius.

Gadis itu terdiam, aroma segar dari taman dan suara air yang mengalir di kolam membuatnya merasa ingin mencoba sesuatu yang baru.

"Nia!" seru Arini, mencari pelayan yang selalu membantunya. "Apa aku boleh berenang di kolam itu?"

"Tentu saja Non, Nona Arini bisa mencoba nya kapan saja." jawab Nia sambil tersenyum.

"aku mau coba! Terima kasih, Nia!" Arini menjawab dengan penuh semangat.

Setelah berganti pakaian renang, Arini melangkah keluar menuju kolam. Matahari bersinar cerah, dan air kolam tampak berkilau memantulkan sinar. Begitu mendekati tepi kolam, dia merasa sedikit gugup. Belum pernah sekalipun dia berenang di kolam yang seindah ini.

Dia menginjakkan kakinya di tepi kolam, lalu menguji suhu air dengan tangan. "Hmm, cukup seger!" gumamnya.

Dengan sedikit keraguan, Arini melompat masuk ke dalam kolam. Air terasa dingin dan menyegarkan, seolah memeluknya dengan lembut. Dia mengapung sejenak, menikmati perasaan bebas dan ringan di dalam air.

"Kapan lagi aku bisa menikmati ini!" teriaknya, bersemangat. Arini mulai bergerak, mencoba beberapa gaya renang dasar, merasakan betapa menyenangkannya bermain air.

Setelah beberapa menit bermain, dia merasa semakin nyaman. Arini mulai mengayuh kakinya dengan percaya diri, meluncur di permukaan air, tertawa lepas saat percikan air menyiprat wajahnya.

"Aku suka banget! aku akhirnya ga perlu berenang di empang!!" teriaknya pada dirinya sendiri, merasakan kegembiraan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.

Setelah cukup lama berenang, Arini memutuskan untuk beristirahat. Dia mengapung di air, membiarkan kepala dan tubuhnya terapung dengan tenang. Namun, saat merenung, pikirannya mulai melayang pada Alaric. Dia teringat tatapan intensnya dan cara Alaric selalu berusaha mendekatinya.

"Kenapa malah kepikiran si cowok rese itu?" gumam Arini pada dirinya sendiri. "udah gila aku!"

Dia menggoyangkan kepalanya, mencoba mengusir pikiran itu. Ketika memutuskan untuk keluar dari kolam, Arini mengusap wajahnya dengan tangan, melihat ke arah taman yang mengelilingi kolam. Taman itu indah, penuh dengan bunga berwarna-warni dan pepohonan yang menjulang tinggi.

"Nia!" teriak Arini, mencari pelayan yang biasanya membantunya. "Aku mau minum, boleh tolong ambilin?!"

Arini yang tadinya ragu untuk memanggil pelayan kini sudah mulai terbiasa. Rasanya seperti mimpi! Ada rasa senang di dalam hatinya bisa menikmati "musibah" ini—terjebak dalam dunia yang sebenarnya tidak ia pilih, namun memberinya kenyamanan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Tiba-tiba, suara langkah terdengar mendekat. Nia muncul dengan gelas minuman segar dan handuk. "Ini, Nona Arini. Minumannya sudah siap," katanya sambil tersenyum.

"Terima kasih, Nia!" Arini mengambil gelas tersebut dan meneguknya dengan lahap, merasakan kesegaran yang mengalir ke dalam tubuhnya. "Ini enak banget!"

"Nona, apakah Anda menikmati berenang?" tanya Nia dengan ramah.

"Ya! Ini luar biasa! Rasanya sangat menyenangkan," jawab Arini, masih merasakan kegembiraan. "Aku merasa bebas di sini."

Nia tersenyum. "Senang mendengarnya. Berenang bisa sangat menyenangkan, terutama di hari yang cerah seperti ini."

Arini mengangguk, kemudian menggulung handuk di sekitar tubuhnya untuk mengeringkan diri. "Aku ingin berkeliling taman sebentar. Sepertinya banyak tempat yang belum aku lihat."

"Silakan, Nona. Saya akan ada di dalam jika Anda membutuhkan sesuatu," kata Nia sebelum pergi.

Dengan semangat baru, Arini melangkah keluar dari area kolam renang menuju taman. Dia menjelajahi berbagai sudut yang indah, memperhatikan setiap detail bunga yang bermekaran dan aroma segar yang memenuhi udara.

Saat berjalan, Arini teringat tentang Sofia, pemeran utama di novel yang dia masuki. Meskipun dia telah menemukan beberapa teman baru di sekolah, perasaan ketidakpastian masih menghantuinya. Apakah Sofia juga pernah merasakan hal yang sama ketika berada di lingkungan yang baru?

Dia berhenti sejenak di depan sebuah patung marmer yang terletak di tengah taman. "Apakah ini benar-benar tempat yang sama dengan yang ada di novel?" pikirnya. "Atau hanya ilusi yang diciptakan oleh imajinasiku?"

Arini merasa seperti dalam mimpi. Dia ingin menggali lebih dalam tentang mansion ini dan misteri di sekitarnya.

"Aku harus mencari tahu lebih banyak" bisiknya pada diri sendiri, bertekad untuk mengeksplorasi lebih jauh.

Setelah puas menjelajahi taman, Arini merasa lelah. Dia duduk di bangku taman, memandangi langit senja yang mulai merona. Suasana tenang itu membuatnya merasa nyaman. Meskipun banyak hal yang membingungkan dalam hidupnya saat ini, dia menemukan kebahagiaan dalam momen-momen sederhana seperti ini.

"Nia!" teriaknya lagi, merasa haus setelah berjalan cukup jauh. "Bisa tolong ambilkan aku segelas air lagi?"

"Tentu, Nona! Tunggu sebentar!" jawab Nia yang mendengar dari jauh.

Saat menunggu, Arini merenung. Seberapa jauh dia harus melangkah untuk menemukan jati dirinya di dunia yang asing ini? Dalam keheningan, dia merasakan semangat yang baru bangkit dalam dirinya. Dia akan menghadapi segala tantangan yang datang, dengan harapan untuk menemukan tempat yang seharusnya dia sebut rumah.

...

To be continued...

Aku adalah adik tiri protagonis pria Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang