Part 03.

1.5K 93 0
                                    

Hari-hari berlalu, dan Arini akhirnya bisa sedikit menyesuaikan diri dengan kehidupan di mansion. Namun, dia tidak bisa melupakan kenyataan bahwa dia sudah terjebak dalam dunia yang sangat berbeda dari yang dia inginkan. Dengan Alaric yang terus mengawasi setiap langkahnya, Arini merasa tertekan, meskipun ada sedikit rasa aman di balik dinding-dinding megah mansion itu.

Suatu pagi, Arini terbangun dengan semangat baru. Dia mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah baru, tempat yang cukup jauh dari mansion. Meskipun Alaric selalu mencoba mendekatinya dan menyarankan agar dia tetap di rumah, Arini tahu dia harus pergi. Dia butuh lingkungan baru, orang-orang baru, dan kesempatan untuk memulai hidup yang lebih baik.

Setelah berpamitan dengan pelayan di mansion, Arini berangkat ke sekolah barunya. Dengan seragam yang baru dan penuh harapan, dia melangkah masuk ke dalam gedung sekolah. Suasana di sana sangat berbeda—ramai, ceria, dan penuh dengan siswa yang bercanda. Namun, Arini merasa sedikit canggung. Semua orang terlihat akrab satu sama lain, sementara dia hanya bisa berdiri di sudut, bingung harus mulai dari mana.

Dia menyusuri koridor, mencari kelas nya. Saat Arini memasuki kelas, dia langsung disambut oleh pandangan curious dari teman-teman sekelasnya. Beberapa dari mereka tersenyum ramah, tetapi ada juga yang tampak skeptis.

"Hei, lo murid baru ya?" tanya seorang gadis berambut panjang dengan senyum cerah. "Nama gue Dita. Selamat datang di sekolah kami!"

Arini membalas senyum Dita, merasa sedikit lebih tenang. "Iya, aku Arini. Terima kasih!"

Dita langsung mengajak Arini untuk duduk bersamanya. Meskipun masih ada rasa canggung, Arini merasa lebih nyaman ketika berbicara dengan Dita dan teman-temannya. Mereka membahas berbagai hal—kelas, tugas, hingga hobi masing-masing. Rasa percaya diri Arini perlahan tumbuh seiring perbincangan mereka.

...

Bel istirahat berbunyi dengan nyaring, memecah kesunyian di dalam kelas. Arini merasakan kegembiraan bercampur dengan sedikit kecemasan saat dia mengikuti Dita ke kantin. Suasana di kantin ramai dan penuh tawa, dan Arini merasa sedikit tertekan, tetapi Dita terus berbicara dengan semangat.

"Ayo, Arini! Lo harus coba makanan di sini. Banyak pilihan enak!" seru Dita, menggandeng tangan Arini. Mereka berjalan menyusuri barisan meja dan kursi, dan Arini mulai merasakan kenyamanan di sekelilingnya.

Saat mereka memasuki kantin, aroma makanan menggoda membuat perut Arini keroncongan. Mereka mengantri untuk membeli makanan, dan Arini mulai melihat-lihat menu yang tersedia. Saat giliran mereka tiba, Dita memilih nasi goreng, sementara Arini memutuskan untuk mencoba mie goreng.

Setelah mendapatkan makanan, mereka mencari tempat duduk. Namun, saat Arini berusaha melewati kerumunan, dia tidak sengaja menabrak seseorang dari belakang. "Aduh!" seru seseorang, dan Arini langsung berbalik.

Arini tertegun "Maafin aku! Aku tadi ga ngeliat kamu!" Arini berkata dengan cepat, wajahnya memerah karena malu.

Gadis yang di tabrak tersenyum ramah, meskipun terlihat sedikit terkejut. "Tidak apa-apa! Aku juga tidak hati-hati," jawabnya, mengatur kembali tasnya yang hampir terjatuh.

Dita, yang berdiri di samping Arini, tampak penasaran. "Hei, lo kenal dia?" tanya Dita, menunjuk Sofia.

"eh engga dit" jawab Arini, berusaha untuk terdengar santai.

Sofia melihat Arini dan Dita sembari tersenyum. "Hai! Aku Sofia, aku dari kelas X IPA 1. Senang bertemu dengan kalian!"

Arini terdiam mencerna, tentu saja ia ingat dengan tokoh Sofia. ia adalah pemeran utama wanita dalam novel ini. Sofia memang terlihat cantik dan baik sesuai dengan deskripsi yang di ceritakan di novel.

Arini tersenyum tipis "Aku Arini, salam kenal" ujarnya singkat.

"gue Dita, kita dari kelas X IPA 4" Dita memperkenalkan diri dengan antusias. "Kita baru aja beli makanan. Ayo, gabung sama kita!"

Arini sedikit terkejut dengan ajakan Dita, tetapi merasa senang bisa mengenal Sofia lebih dekat. "Iya, ayo!" serunya.

Mereka bertiga akhirnya duduk bersama di meja. Arini merasa canggung di awal, tetapi Sofia cepat memecahkan keheningan. "Jadi, bagaimana kesan pertama kalian tentang sekolah ini?"

Dita segera menjawab dengan bersemangat, "lumayan, orang di sini baik. Kalo lo gimana, Arini?"

"Uh, aku masih menyesuaikan diri, tapi sejauh ini cukup bagus sih," jawab Arini, mencoba tersenyum.

Sofia mengangguk. "Ya, sekolah baru memang bisa terasa aneh pada awalnya, tapi seiring waktu kita akan terbiasa. Kalau ada yang bisa kubantu, beri tahu saja."

Arini merasa lega mendengar dukungan itu. Dia menyadari bahwa Sofia tidak seburuk yang dia bayangkan, meskipun dia adalah pemeran utama di novel yang dia masuki. Suasana di meja itu menjadi semakin akrab, dan mereka mulai bercanda dan berbagi cerita tentang kehidupan sekolah.

Selama percakapan, Arini merasakan ketegangan dalam dirinya mulai menghilang. Meskipun masih ada rasa canggung, dia menikmati kebersamaan dengan teman-teman barunya. Dia merasa sedikit lebih percaya diri dan bersemangat untuk menjalani hari-harinya di sekolah baru.

Setelah selesai makan, mereka berencana untuk menjelajahi sekolah bersama-sama. Arini merasa bersyukur telah memiliki teman seperti Dita dan Sofia, dan dia bertekad untuk menjalani petualangan ini sebaik mungkin.

...

To be continued...

Aku adalah adik tiri protagonis pria Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang