Chapter (4)

14 6 0
                                    

Malam hari di rumah Angga, seperti biasa remaja komplek nongki disana.

"Kwalian tawu nggwak-"

"Telen dulu makanan lo Den" sela Kazeda.

Raden mengangguk dan mengunyah makanannya terlebih dahulu baru ia telan.

"Tau nggak? Pas gue lagi ngamen siang tadi, gue denger cerita dari bapak-bapak yang lagi nongki di tempat gue ngamen" ujar Raden setelah menelan makanannya. "Katanya, ada rumah kosong di dekat komplek kita" lanjutnya.

Rizal menaikkan salah satu alisnya dan menoleh ke arah Raden. "Terus? Cuman itu?"

"Nggak. Katanya.. katanya nih yah, gue nggak tau bener apa nggak. Katanya rumah itu berhantuuu! Hiihhh" ujar Raden lagi lalu memeluk dirinya sendiri.

Alishia mendengus geli saat mendengar hal itu. "Haha, zaman sekarang masih percaya yang begituan?"

"Palingan hoax doang itu Den" ucap Mahendra lalu memakan cirengnya.

Senku yang sedari tadi diam dan mendengarkan pun akhirnya ikut menyahuti. "Bisa jadi itu bener"

"Heh, lo percaya yang begituan Sen?" Tanya Rizal dengan nada mengejek.

Senku menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan nada entang. Mengabaikan nada mengejek dari Rizal. "Nggak, tapi bisa aja kan?"

"Gimana kalo kita buktiin aja?" Saran Raden.

Mereka semua yang berada disana menoleh ke arah Raden dan terdiam.

"Boleh"

"Gas"

"Sekalian kita uji nyali"

Alvian yang baru saja tiba dengan Angga sehabis mengantarkan pesanan pelanggan nya menatap bingung ke arah mereka. "Kalian bahas apa?"

Rizal menatap Alvian kemudian berseru. "Apip wajib ikut."

Senku mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju. "Benar, dia harus ikut"

"Hah? Apaan anjir? Ikut apaan?" Tanya Alvian dengan bingung. Tapi bukan jawaban yang didapatkan oleh Alvian, melainkan ekspresi sus dari teman-temannya.

'... Perasaan gue kok gak enak yah?'

***

"Fuck."

Satu kata yang keluar dari bibir Alvian ketika dirinya berdiri didepan sebuah rumah kosong yang tak berpenghuni dekat komplek mereka.

Dirinya tadi diseret oleh teman-temannya ketempat itu. Pantas saja perasaan nya tidak enak saat melihat tampang mereka.

"Haha, ayo masuk!" Ujar Raden dengan semangat lalu melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah itu dan di ikuti oleh yang lainnya.

Alvian mencoba kabur dari sana tapi Rizal yang meng notice hal itu segera menarik lengan Alvian dibantu oleh Senku.

Kini Raden, Mahendra, Senku, Alvian dan Rizal sudah berada didalam rumah itu.

Kondisi rumah itu gelap, berdebu dan banyak barang-barang yang berserakan.

Hawa dingin yang berada dirumah itu semakin menambahkan kesan horor dari rumah itu, sehingga membuat bulu kuduk mereka berdiri.

"Anjirlah.. hawanya nggak enak banget sial" gumam Alvian sambil memeluk dirinya sendiri.

Rizal yang melihat hal itu menatap remeh ke arah Alvian. "Pfft- segini doang lo udah takut? Lemah"

Kesal? Tentu saja. Alvian ini adalah orang yang memiliki harga diri tinggi setinggi harapan ortu, jika dirinya diremehkan seperti itu dia tidak akan terima. "Haha, lo nantangin gue?"

Anak KomplekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang