Chapter 8: Retakan di Dalam Diri

621 59 4
                                    

Setelah pertemuan itu, Alger kembali mencoba menjalani rutinitas Louis. Namun, setiap langkah yang ia ambil terasa seperti menjauh dari dirinya sendiri. Pikirannya terus terpecah—antara apa yang pernah dirasakan Louis dan apa yang kini mulai ia rasakan sebagai Alger.

Di tempat lain, Lucas juga tak tenang. Sejak Louis datang ke apartemennya malam itu, sesuatu dalam dirinya berubah. Tidak lagi ada rasa jijik atau keengganan yang dulu selalu muncul ketika mereka bertemu. Sebaliknya, yang ada justru rasa penasaran yang tak bisa ia abaikan.

"Apa yang terjadi padaku?" gumam Lucas, berdiri di balkon apartemennya. Angin malam menyapu wajahnya, sementara pikirannya berkecamuk, memikirkan apa yang telah berubah. Dia tidak bisa lagi mengabaikan kehadiran Louis, tetapi juga tak ingin terburu-buru menyimpulkan perasaannya sendiri.

Ketika Lucas akhirnya mengirim pesan untuk bertemu Louis di bar, dia tidak benar-benar tahu apa yang ingin ia bicarakan. Hanya satu hal yang jelas—dia perlu melihat Louis lagi, untuk memahami perasaan yang mulai kacau dalam dirinya.

***

Di bar kecil yang sudah tidak asing bagi mereka, Alger tiba lebih dulu. Tempat itu sunyi, dengan hanya beberapa pelanggan yang duduk berjauhan. Dia menunggu dengan perasaan bercampur aduk, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Tak lama kemudian, Lucas muncul, mengenakan jaket hitam sederhana. Tanpa banyak bicara, dia berjalan mendekati meja Alger dan duduk di hadapannya. Tidak ada senyum, hanya tatapan tajam yang biasa. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam cara Lucas melihatnya—lebih lembut, lebih mendalam.

“Aku ingin bicara,” ujar Lucas langsung, suaranya tenang namun ada ketegangan yang terselip di sana.

“Aku mendengarkan,” sahut Alger.

Alih-alih membicarakan keraguannya seperti sebelumnya, Lucas meraih gelas di hadapannya, memainkan ujung gelas itu dengan jari-jarinya yang lentik. Setelah jeda panjang, dia akhirnya berkata, “Aku tidak tahu kenapa, tapi akhir-akhir ini… kau membuatku berpikir ulang tentang semuanya.”

Alger mengerutkan dahi, tidak menduga Lucas akan langsung mengakui perasaannya yang mulai berubah. "Maksudmu?"

“Aku benci mengakuinya, tapi... mungkin aku salah menilai.” Lucas mendekat sedikit, sorot matanya menjadi lebih intens. “Atau mungkin aku yang takut untuk mengakui bahwa aku juga pernah menginginkanmu, tapi caramu dulu… terlalu memaksakan.”

Alger terdiam sesaat, tak menduga akan mendengar pengakuan itu. Ada rasa campur aduk dalam dirinya, antara perasaan yang datang dari Louis dan dirinya sendiri. Namun, yang jelas saat ini, ada ketertarikan yang tak bisa ia abaikan.

Lucas, yang sebelumnya selalu menjaga jarak, kini terlihat lebih terbuka. Tangannya yang semula memegang gelas perlahan bergerak, mendekat ke arah tangan Alger di atas meja. Alger bisa merasakan ketegangan itu—sesuatu yang tak pernah dia duga akan terjadi. Mereka saling menatap, dan tanpa ada kata-kata, suasana mulai berubah.

“Louis…” bisik Lucas, suaranya serak.

Tanpa berpikir panjang, Alger meraih tangan Lucas, menggenggamnya lembut tapi pasti. Lucas tidak menarik tangannya, hanya menatap genggaman itu seolah mencoba memahami apa yang sedang terjadi di antara mereka. Alger bisa merasakan detak jantung Lucas yang mulai berdegup kencang, seakan menandakan bahwa keduanya berada di ambang sesuatu yang lebih dalam.

Tanpa sadar, jarak antara mereka semakin dekat. Alger bisa merasakan kehangatan dari Lucas, dan dalam sekejap, ketegangan yang selama ini menyelimuti mereka berdua pecah dalam sekejap. Tanpa bisa menahan diri, Alger bergerak lebih dekat, hingga bibir mereka hampir bersentuhan.

Namun, sebelum keduanya benar-benar melangkah lebih jauh, Lucas menarik diri dengan cepat. Dia berdiri tiba-tiba, seolah terkejut dengan apa yang hampir terjadi. Napasnya tersengal, sementara tatapannya mencoba menyembunyikan perasaan yang baru saja muncul.

“Aku… tidak tahu apa yang sedang terjadi,” kata Lucas dengan nada panik, sebelum berbalik dan pergi keluar dari bar, meninggalkan Alger yang masih terdiam di tempatnya.

Alger menatap punggung Lucas yang pergi, perasaan campur aduk memenuhi dadanya. Apa yang barusan terjadi? Apakah ini benar-benar perasaan Louis yang muncul, atau apakah ini adalah perasaan dirinya sendiri—Alger—yang mulai tumbuh?






Tbc.

Vote dong cintahhh💋

Soul in Reverse - BL (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang