Plan

152 41 11
                                    

March'2024

"Are we really pay this much for Lana's school?" Rakai menggelengkan kepala melihat rincian keuangan putrinya yang diperlihatkan Dhani.

"Mas pikir selama ini biaya sekolah dia berapa?"

Hari ini Dhani dan Rakai sedang berkumpul dengan beberapa saudara, kolega dan sahabat-sahabat Ditto dalam acara buka puasa bersama sekaligus syukuran ulang tahun Ditto di salah satu restoran di wilayah Jakarta Pusat.

"Gila, anak siapa saja yang sekolah disini? Kerja apa orang tua mereka? Tiap bulan bayar segini untuk sekolah satu anak saja sudah besar apalagi kalau menyekolahkan lebih dari satu."

"Anak Indonesia asli yang sekolah disana jarang sekali, paling setiap tahun kurang dari 10 anak yang bisa masuk. Lana pun bisa masuk karena dia American Citizen. Lagipula dulu kita memilih sekolah itu kan supaya privasi dia aman, dan terbukti 8 tahun ini gak pernah ada apa-apa."

"Iya, tapi saya masih tidak habis pikir kalau sekolah ternyata bisa semahal ini. Menjadi pekerjaan rumah saya nanti, bagaimana supaya anak-anak Indonesia yang lain bisa mendapatkan pendidikan sebagus Lana tapi tanpa harus membayar semahal ini."

Rakai kemudian meneliti satu-satu rincian lainnya.

"Tahun ini dia belum medical check up?"

"Belum, Mei nanti, Ditto yang saja yang antar, kalau saya apalagi mas dalam suasana begini nanti banyak yang notice."

"Oke, berarti pengeluaran terbesar adik adalah sekolah dan medical check up ya?!"

"Yes. Terus rincian keuangan Bobby dan Sydney saya masukan juga disitu, mereka kan pet adik." Bobby adalah kucing domestik yang adik dan Rakai adopt 8 tahun lalu, sedangkan Sydney adalah anjing yang Dhani dan Rakai selamatkan dari salah satu shelter di Hawaii beberapa bulan sebelum adik lahir.

"Ok, all good."

Sebenarnya dari awal menikah, Dhani dan Rakai tidak pernah membicarakan keuangan, satu sama lain saling percaya sehingga masalah keuangan tidak pernah menjadi prioritas mereka. Namun setelah adik lahir dan setelah Ditto mengambil alih sementara Nusantara Group, Rakai dan Dhani merasa mereka harus terbuka mengenai keuangan, dan setelah Rakai secara resmi menjabat sebagai presiden, mereka berdua memutuskan untuk memiliki tim keuangan sendiri sehingga negara maupun rakyat tidak akan memiliki kekhawatiran uang negara terpakai untuk keperluan pribadi Rakai dan keluarganya, karena kapanpun diminta, sebagai presiden, Rakai akan siap jika diminta untuk mempublikasi keuangan keluarganya.

Rakai dan Dhani sebisa mungkin menghindari tudingan atas segala fasilitas dan kemewahan yang mereka berikan kepada anak-anaknya. Jangan sampai apa yang sudah menjadi kewajiban mereka sebagai orang tua, terutama untuk adik yang masih dibawah umur, nantinya menjadi tudingan tidak berdasar publik hanya karena Rakai adalah seorang pemimpin negara.

Tim keuangan yang dimiliki Rakai dan Dhani sudah bekerja mulai dari bulan lalu. Mereka tidak hanya merinci mengenai keuangan pribadi Rakai setelah menjabat sebagai Menteri Pertahanan, tetapi jauh sebelum itu. Bahkan biaya Dhani dari awal kehamilan sampai melahirkan adik di Hawaii sudah mulai diaudit, mengingat pengeluaran tersebut adalah pengeluaran keuangan paling besar yang pernah dilakukan Rakai.

Keuangan perusahaan Dhani beserta pengeluaran untuk keperluan pribadi seperti belanja pun ikut diaudit, mengingat meskipun publik belum mengetahui status resmi mereka, namun Dhani tetaplah orang paling dekat dengan Rakai sehingga masalah keuangan apapun akan berdampak pada citra kepemimpinan Rakai.

Pelan namun pasti Dhani dan Rakai juga mempersiapkan diri jika satu waktu identitas adik bocor, meskipun kemungkinannya kecil dari melihat seberapa pandai dan siapnya mereka dengan privasi putrinya. Jadi mereka mulai memasukan biaya sekolah adik yang luar biasa mahalnya untuk diaudit tim keuangan, ditambah status sekolah tersebut yang tadinya diperuntukan untuk keluarga ekspatriat , pastinya akan menimbulkan isu bahwa Rakai dan Dhani tidak percaya dengan sistem pendidikan Indonesia sehingga menyekolahkan putrinya di sekolah dengan sistem pendidikan Amerika. Belum lagi status kewarganegaraan adik sebagai Amerika Citizen juga akan menjadi pertanyaan banyak orang. Mengapa Rakai yang selama ini sangat nasionalis memilih melahirkan putrinya di negeri paman sam sehingga mau tidak mau, Kalana Pikatan, putrinya, memiliki dua kewarganegaraan berdasarkan IUS Soli yang dianut Amerika, bahwasannya bayi yang dilahirkan dalam wilayah mereka secara otomatis menjadi warga negara mereka.

Selain pembahasan mengenai keuangan mereka yang mulai diaudit, Rakai juga mulai meminta pendapat Dhani tentang calon menteri yang sudah mulai harus dia cari, Rakai bertanya apakah Dhani memiliki nama yang bisa dia mulai pertimbangkan. Kemudian Dhani memberikan Rakai beberapa nama, mulai dari orang yang dia kenal secara personal sampai dengan yang dia kenal secara keahlian.

"Ingat tidak a few years ago setelah kita tau IQ adik dengan betul, kita disarankan untuk melakukan check lebih lanjut ke Cognitive Psychologist. Dan ternyata yang disarankan adalah orang Indonesia. She's super smart. Dia cuma ketemu adik face to face beberapa kali, tapi bisa menjelaskan dengan sangat rinci tentang intelligence adik, lengkap beserta respon kognitif dan cara kerja otaknya."

"Ya I remember her. She's quite young, right?"

"Doesn't matter. She's capable. Nanti saya coba hubungi dia."

"Have any suggestion?"

"I got one, she's rich, punya taste art yang bagus, punya relasi yang luas, berasal dari keluarga kaya sejak lahir and such a workaholic. Minusnya, orang akan tau dia rekomendasi atau bahkan titipan saya mengingat kedekatan kami."

"Betulan tidak ada rekomendasi lagi?" Rakai tau betapa pintar dan jeli istrinya.

"Untuk pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, wakil menterinya selain capable tapi juga harus perempuan yang punya pengalaman atas isu-isu yang ramai. Like cheated by her husband, getting divorce, or someone who have been suffering for abuse. Why? supaya kaum perempuan di negara ini akan lebih yakin dan memiliki kepercayaan pada kamu, bahwa walau ibu negara tidak ada tapi nyatanya kamu tetap memiliki concern akan perlindungan dan kesejahteraan kaum perempuan."

"Keep going, Dhan. Don't be shy."

"There's a one. Dia alumni sekolah adik, definitely a dragon like our daughter. And like I said before, anak Indonesia asli yang sekolah disana jarang. Uang dan privillege tidak cukup, you have to be smart enough untuk bisa sekolah disana. Yang saya dengar dari track recordnya, dia bisa kamu jadikan wakil menteri perdagangan, mengingat dia masih cukup muda."

"Ok, thank you. Soal pengawalan kamu dan adik gimana?"

"Pak Rudi was enough for me, dan Monica was enough for adik. Monic paspampres, ahli bela diri, penyayang, flexibel, tentara tapi santai dan bisa kamuflase dengan baik. Selama 5 tahun dia jaga adik , everything under control. I keep her still for my daughter."

"Ok, we keep Monic!"

***

Dihari terakhir bulan ramadhan, seperti biasa Dhani dan Rakai kembali membuat acara di Kertanegara. Acara ini tentu saja ditujukan untuk menambah keakraban dengan banyak kolega maupun pendukung Rakai saat masa kampanye lalu, ditambah acara seperti ini akan semakin berguna bagi Rakai untuk melihat secara lebih dekat orang-orang yang kemungkinan besar nantinya akan masuk dalam kabinet.

Adik yang biasanya akan duduk rapi di basecamp nya, kini berbaur dengan anggota keluarga Pikatan yang lain. Biasanya jika tante-tante dan om nya datang, adik akan lebih suka untuk membaur. Sebagai cucu termuda di keluarga pikatan, dia selalu menjadi pusat perhatian dan kasih sayang.

"Besok kita shalat ied sama-sama ya sayangku" Marina Pikatan memainkan rambut adik yang sedari tadi duduk di sebelahnya.

Sebagai salah satu muslim di Keluarga Pikatan, Marina lah yang akan mengajak adik untuk beribadah di hari-hari besar, mengingat Rakai tidak akan terlepas dari sorotan wartawan dan Dhani biasanya memiliki tanggung jawab untuk mewakili keluarganya di Masjid keluarga yang terletak di kawasan Taman Mini Indonesia Indah.

"Of course, if not with Tante, adik pergi sama siapa lagi?!." Adik tersenyum memeluk tantenya dengan riang.

Ucapan riang adik mungkin adalah spontanitas sebuah kenyataan, kenyataan yang kemudian terdengar oleh Dhani dan secara tidak langsung meninggalkan sayatan dalam hatinya.

Hari Raya selalu meninggalkan dilema besar bagi Dhani. Dia seringkali kehilangan moment dengan putrinya. Walau sudah beberapa tahun ke belakang, sejak rumah ayahnya tidak lagi dibuka untuk umum, Dhani lebih sering menghabiskan hari raya di Kertanegara bersama Rakai dan kedua anaknya. Namun secara tidak langsung, ungkapan jujur adik adalah kenyataan menyakitkan yang harus Dhani terima, bahwa sekeras apapun dia berusaha, dia masih kehilangan banyak moment dengan putrinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Behind All The NoiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang