Secret That We Hide

222 37 5
                                    

feb'2024

"Saya ucapkan selamat, kepada Bapak Jenderal  Rakiyan Rakai Pikatan."

Sambutan Presiden yang membuka Rapat Pimpinan Nasional hari itu diikuti riuh gemuruh tepuk tangan para peserta yang hadir. Hari ini, Rapimnas memang tidak berjalan seperti tahun-tahun sebelumnya. Rakai Pikatan, sang Presiden terpilih sekaligus Menteri Pertahanan, mendapat anugerah kenaikan pangkat istimewa, sehingga kini pangkatnya bukanlah lagi Letnan Jenderal seperti 26 tahun ke belakang, melainkan Jenderal penuh dengan 4 bintang di pundak.

Tentunya pemberian kenaikan pangkat penuh ini menimbulkan pertanyaan bagi banyak pihak yang tidak menyukai Rakai maupun Presiden. Akan tetapi Presiden berdalih bahwa pemberian kenaikan pangkat ini merupakan bentuk penghargaan atas semua dedikasi dan kontribusi  Rakai terhadap negara dan rakyat Indonesia melalui bidang militer serta pertahanan.

Selepas acara, sepanjang jalan menuju kembali ke rumah Kertanegara, begitu banyak prajurit beserta istri-istri prajurit yang berjajar sepanjang jalan memberikan penghormatan dan lambaian tangan pada Rakai. Cuaca gerimis yang cukup deras tidak menyurutkan keinginan mereka untuk menunjukan secara langsung rasa kagum dan bangga mereka terhadap pimpinan tertinggi Kementrian Pertahanan.

***

Di Kertanegara sudah banyak kerabat inti yang menunggu untuk memberikan ucapan langsung, tak terkecuali Dhani. Meskipun Dhani adalah orang pertama yang mengetahui sekaligus memberi selamat, tetap saja disini dia bertingkah seolah-olah dia baru memberikan selamat.

"Congratulations, Mas." Rakai dan Dhani bercipika-cipiki ala kadarnya.

Acara dilanjutkan dengan pembacaan doa mengucap syukur dan pemotongan tumpeng. Tidak ada satupun  keluarga pikatan yang tidak hadir, bahkan Kartini Pikatan yang kini berusia 105 tahun pun turut hadir. Kartini Pikatan adalah adik dari ayah Rakai, Prof. Rakiyan Garung Pikatan.

Setelah beberapa tamu yang tidak terlalu memiliki kedekatan dengan keluarga pamit, Dhani menghampiri Rakai yang tengah berbincang dengan Syarif, sahabatnya sejak di Akademi Militer dulu.

"Mas, where's Lana?" Biasanya jika banyak orang yang diluar keluarga inti, Rakai dan Dhani tidak akan menggunakan nama panggilan kesayangan adik, sebagai bentuk kurangnya keintiman mereka.

"Ke dokter gigi."

"Ugh, I hate those answer." Dhani berlalu meninggalkan meja Rakai dan kembali ke mejanya sendiri.

"Dhani kenapa?" Syarif langsung bertanya kepada sahabatnya.

"Dia selalu kesal kalau Lana ke dokter gigi."

"Loh, kenapa?"

"Sebab dokter giginya, Kiki Radjiman."

"Hahahahahahahah. Pantas saja, kamu juga, memang tidak ada dokter gigi lain di dunia ini. Setau saya praktik resmi dia di Yogya kan?."

"Saya selalu memberikan yang terbaik untuk, Lana. Apapun itu, tanpa kecuali. Kiki adalah salah satu dokter gigi terbaik. Ortodontis terbaik di negara ini. Saya sediakan praktik khusus di Rumah sakit yang saya resmikan atas nama ayahnya tahun lalu, supaya dia bisa menangani Lana. Lagipula, ini kesepakatan yang saya diskusikan terlebih dahulu dengan Dhani."

"Lalu kesalnya kenapa?"

"Dhani cemburu, bukan pada saya, tapi pada Lana. Kamu tau sendiri anak itu dengan siapa saja bisa akrab."

"Ya tetap ada hubungannya dengan kamu. Kalau Kiki bukan mantan tunanganmu, Dhani tidak akan ambil pusing jika dia akrab dengan Lana. And I think, it's sound weird, anak dekat dengan mantan tunangan ayahnya." Rakai hanya tersenyum mendengar penuturan sahabatnya.

Behind All The NoiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang