Hormon Session

350 42 2
                                    

1997

Rakai buru-buru berlari masuk ke dalam rumah. Dia langsung melakukan perjalan pulang dari tugasnya di Batujajar saat menerima telpon dari Ditto yang mengatakan bahwa Dhani menangis terus menerus tanpa henti. Sebenarnya rasa khawatir sudah mulai dirasakan Rakai saat meninggalkan Dhani pertama kalinya sejak mereka memulai proses bayi tabung. Sesampainya dirumah, betul saja ucapan Ditto. Rakai menemukan istrinya tengah menangis tersedu-sedu di atas tempat tidur.

"Dhan, are you okay?"

Melihat suaminya datang, Dhani langsung memeluknya. "Mas, i'm so sad. I'm in pieces."

"Why?"

"Tidak tau. Hati saya sakit sekali."

"Dhan, tidak ada yang tiba-tiba bersedih lalu menangis tanpa alasan."

Dhani melepaskan pelukan suaminya. "Mas kok marah?"

"Mas bukan marah. Mas hanya butuh penjelasan supaya sedih kamu bisa mas atasi. Waktu mas tidak banyak Dhan, mas harus kembali ke Batujajar. Kasian pasukan sedang latgab tapi komandannya tidak ada."

Dhani langsung beranjak pergi meninggalkan Rakai begitu saja. Sebetulnya dia ingin sekali berlari mengikuti istrinya, hanya saja Rakai sadar bahwa situasi sedang panas begitu pun emosi dirinya yang tidak stabil terbelah antara kebutuhan istrinya dan tugas yang sedang ditinggalkan di Batujajar.

"Ibu pergi kemana pak?" Ditto yang bingung menghampiri ayahnya.

"Tidak tau dit, biarkan saja, ibu butuh waktu sendirian. Bapak titip ibu ya, bapak harus kembali ke Batujajar, nanti kalau ibu sudah pulang, ajak makan ice cream, nonton, atau main ke rumah eyang."

Ditto mengangguk paham perintah ayahnya. Rakai pun memeluk dan mencium kepala putranya sebelum kembali ke Batujajar.

***

Selama latihan gabungan di Batujajar, Rakai terus mencoba untuk fokus, akan tetapi sulit sekali karena dia terus mengingat pertengkaran terakhir yang terjadi dengan istrinya. Dia merasa bersalah karena merasa kurang memahami apa yang sekarang tengah dihadapi dan dirasakan oleh istrinya. Maka Rakai berniat untuk meminta maaf sekaligus memberikan hadiah sebagai tebusan untuk kesalahan akan ketidaksabarannya tempo hari.

Beberapa hari kemudian Rakai kembali ke Jakarta, tetapi dia tidak langsung pulang ke rumahnya di Cendana, melainkan mampir ke rumah orang tuanya di Kertanegara.

"Mam, ada?" Rakai langsung menghampiri ibunya yang ternyata sudah menunggunya di ruang tamu.

Ibunya langsung meminta salah satu pegawai di rumah tersebut untuk menyerahkan sebuah bingkisan besar pada Rakai.

"For who?" Dara Pikatan bertanya dengan malas sambil terus merajut.

"Dhani. Kami sempat bertengkar, ini sebagai bentuk permintaan maaf."

"Kalau mami jadi istrimu, mami akan lebih marah diberi hadiah seperti itu. Kenapa tidak bunga, perhiasan, atau tas saja?"

"Ini yang paling pas, sekarang."

Tidak membuang lama, Rakai pun segera pamit kepada ibunya dan langsung pulang ke Cendana. Sayangnya, Dhani belum pulang, dia masih di kantor, sehingga Rakai memutuskan untuk meninggalkan hadiahnya di meja rias dan mandi selagi menunggu istrinya pulang.

Selesai mandi, Rakai sudah disambut pemandangan istrinya duduk di kaki tempat tidur sambil tersenyum merekah memegang hadiah yang dia bawakan.

"It's for me, right?"

"Ya, sebagai bentuk permintaan maaf mas. Kamu suka?"

"Suka, cantik sekali. Tapi kenapa boneka ini?"

"Biar kamu belajar kepang dari sekarang. Jadi nanti kalau anak perempuan kita sudah besar, kamu sudah jago berbagai macam kepang."

Dhani tertawa mendengar jawaban suaminya. Dia perhatikan dengan seksama hadiah yang diberikan oleh Rakai. Hadiah itu adalah sebuah boneka keluaran American Girl, dengan rambut hitam panjang dan kulit cerah sama seperti miliknya. Boneka ini adalah boneka yang menjadi favorit banyak anak perempuan, Dhani sudah tidak asing karena banyak anak kenalannya yang selalu menenteng boneka ini.

"Kenapa dia pakai jersey sih?" Dhani memperhatikan pakaian yang dikenakan boneka tersebut berbeda dengan yang sering dia lihat. Boneka di tangannya memakai jersey tanpa lengan berwarna hitam dengan no punggung angka 8, angka yang sangat identik dengan suaminya dan menjadi cukup familiar di kehidupan mereka.

"Soalnya nanti anak perempuan kita akan lebih suka pakai jersey, Dhan."

"Ngawur." Dhani mencubit gemas paha suaminya.

"Hahaha, itu mas sedang mencoba manifesting. Membuat sesuatu menjadi kenyataan dengan bantuan alam bawah sadar kita. Semoga saja jadi kenyataan."

"Aamiin." Dhani mengangkat kedua tangannya mengaminkan apapun yang menjadi doa terdalam suaminya.

"Sekarang sudah bisa cerita belum, terakhir kali kamu menangis, apa yang menjadi triggernya?"

Tanpa ragu Dhani membuka kemejanya, lalu memperlihatkan luka lebam yang ada di sekitar perutnya. "Lama-lama suntikan hormonnya meninggalkan bekas."

Melihat kulit Dhani yang putih mulus harus memiliki banyak luka lebam, betul-betul membuat hati Rakai sangat sakit. Tidak terbayangkan olehnya bahwa perjalanan mereka untuk memiliki keturunan kembali sudah sangat menyakitkan bagi Dhani. Terlebih terakhir kali Dhani mencoba untuk mengeluh dan mengadu akan sakitnya, Rakai malah tidak sabar dan lebih memilih mengutamakan pasukannya.

"Maafkan saya, Dhan. Maaf kamu harus melalui semua ini."

"Kenapa mas minta maaf? ini kan pilihan saya. Saya sedih bukan karena menyesal atau tidak suka melakukan semua ini. Saya sedih karena takut kalau jalan yang kita ambil kali ini masih gagal."

"Kita kan sudah sepakat, kalaupun gagal kita berdua sama-sama menerima dengan lapang dada, bahwa Ditto adalah satu-satunya rezeki yang dititipkan pada kita."

"Kalau saya merayu tuhan untuk dititipkan satu lagi boleh kan? Apapun akan saya lalui mas, untuk membuktikan pada tuhan bahwa saya sanggup dititipkan satu lagi."

Rakai memeluk istrinya, yang kemudian menangis tersedu-sedu dalam pelukannya. "Saya temani kamu, Dhan. Saya temani kamu merayu tuhan. Saya temani kamu sampai tuhan percaya kita lagi. Saya berjanji akan menjadi ayah dan suami yang jauh lebih baik. Jika ada salah satu yang kurang sebagai orang tua selama ini, itu adalah saya. Kamu sudah menjadi ibu yang sempurna, ibu yang selalu diidamkan anak manapun."

Behind All The NoiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang