GreFio-Shan; on your wedding day.

786 58 7
                                    

This is spin off dan sequel dari cerita aku yg greshan: idol gf x photographer gf so please read it first!

Happy reading!

28 April 2020.

Shani's POV.

It's been one day since I sent Gracia a message, di mana dia hanya memberikan reaksi emoticon jempol kepada diriku.

But look, where am i right now? Kalian pasti kaget.
Aku sekarang berada di apartment miliknya.

Kok bisa? Jangan ditanya!
Sudah aku bilang kan? Kalau kekasih manajerku adalah teman dari Gracia. So it's easy for me.

Apalagi, Jinan, temannya itu, sangat mendukung diriku untuk mendekatinya. So jangan heran, sekarang aku berada di dapur miliknya.

Jinan bilang di saat weekend seperti ini Gracia pasti akan tidur seharian, dan dia memintaku untuk membuat diri Gracia menjadi produktif. So this is my chance to make her fall in love with me.

The girl said, 'Let the boy taste your food first. He will become obsessed with it, and then he will want to have you as his main course.'

Yup. I'm trying to see if it's working for a fine woman like Gracia.

Aku memandang sekeliling dapurnya—desainnya yang sleek dan minimalis, namun tetap memberi kesan hangat. Sedikit berantakan, dengan beberapa piring kotor di wastafel. Mungkin dia tak sempat merapikan semuanya.

"Alright," bisikku pada diri sendiri. "Let's do this."

Aku mulai menyiapkan bahan-bahan untuk sarapan. Pancake sepertinya aman. Siapa yang nggak suka pancake, kan?

Langkah-langkah sederhana yang sudah kuhafal dari video memasak di YouTube mulai aku jalani: campur tepung, susu, telur, aduk rata, lalu panaskan wajan. Semua berjalan lancar sampai tiba-tiba ada suara dari arah kamar.

Aku membeku sejenak, mendengarkan dengan saksama. Apakah dia bangun?

Suara pintu kamar terbuka perlahan.

"Shit!" batinku. Aku belum selesai!

Gracia muncul di ambang pintu, rambutnya acak-acakan, wajahnya terlihat masih setengah tertidur. Matanya yang sayu menatapku dengan bingung.

"Kamu... ngapain di sini?"

Gracia berdiri di ambang pintu dapur, matanya masih setengah tertutup, wajah bingung. Rambutnya berantakan, sedikit kusut, tapi somehow, she still looks... cute. Atau mungkin itu hanya karena aku yang sudah terlalu jauh terjebak dalam perasaan ini.

But now her face looks kinda mad, but somehow, that just makes her even more attractive.

Aku berusaha tersenyum sesantai mungkin, meskipun jantungku tiba-tiba berdetak lebih cepat. "Bikin sarapan. Jinan bilang kamu sering nggak produktif kalau weekend, so... I'm here to fix that."

Gracia menatapku tajam, lalu menyilangkan tangannya di dada. "Jinan bilang apa?" Suaranya datar, tapi ada nada kesal yang terasa jelas.

Aku tersenyum lebih lebar, mencoba meredakan suasana. "Nggak apa-apa. Maksudku, dia cuma bilang kalau kamu suka mager pas weekend. Jadi aku pikir, kenapa nggak bikinin sarapan biar kamu mulai hari ini dengan energi baru?"

Dia masih menatapku dengan kening berkerut, tapi kemudian menarik napas panjang dan berjalan mendekat. "Ini caramu ngasih semangat? Dengan masuk ke apartemen orang tanpa izin dan masak di dapur mereka?"

Aku tertawa kecil, meski gugup. "Kedengarannya gila kalau kamu ngomong gitu."

"Karena emang gila." jawabnya, tapi senyumnya sedikit muncul di sudut bibirnya.

Oneshot; Gracia vs EverybodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang