3. Terlihat Baik

12 0 0
                                    



Kehamilan yang Tampak Sehat


Dua bulan telah berlalu sejak Eleanor dan Seraphine mengandung. Di zaman ini, perkembangan ilmu medis masih sangat terbatas, dan komplikasi yang biasanya bisa dideteksi dengan mudah di era modern tidak bisa dikenali oleh tabib-tabib abad pertengahan. Para tabib di istana, meskipun terampil dalam hal-hal dasar seperti perawatan luka dan penggunaan tanaman obat, hanya mampu memberikan penjelasan sederhana tentang kehamilan. Ketika Eleanor dan Seraphine mengeluhkan rasa sakit dan keanehan yang mereka rasakan, para tabib dengan mudah menganggap bahwa semuanya baik-baik saja, percaya bahwa bayi yang mereka kandung tumbuh sehat.

Eleanor: Harapan dan Kekhawatiran


Di kastil, Eleanor menerima banyak perhatian dari para pelayan dan tabib yang datang secara rutin untuk memeriksa kesehatannya. Dia mulai merasa perutnya membesar terlalu cepat, dan rasa sakit yang dirasakannya di punggung serta perut semakin sering datang. Namun, setiap kali dia mengutarakan kekhawatirannya, tabib-tabib yang diutus oleh Dio hanya tersenyum dan berkata bahwa ini adalah tanda bahwa bayinya sehat dan kuat.
"Eleanor, kau seharusnya bangga," kata salah satu tabib, seorang pria tua yang dihormati di kalangan bangsawan. "Rasa sakit itu tanda bahwa bayi dalam perutmu tumbuh dengan baik. Mungkin dia akan menjadi ksatria yang kuat seperti ayahnya."
Eleanor, meskipun masih merasakan kecemasan, terpaksa menerima penjelasan itu. Di zaman itu, tidak ada cara lain untuk memeriksa secara mendalam kesehatan kehamilan, dan segala sesuatu yang terjadi dianggap sebagai bagian alami dari proses. Namun, dalam hatinya, Eleanor tidak bisa sepenuhnya mengabaikan perasaan bahwa ada yang tidak beres. Kadang-kadang, ketika berbaring di tempat tidur di malam hari, dia merasakan gerakan yang aneh di perutnya—sesuatu yang terasa terlalu kuat untuk usia kehamilan dua bulan.
Dio sering kali menemani Eleanor di malam hari, menghiburnya ketika rasa sakit menyerang. "Kau harus percaya pada tabib kita, Eleanor," kata Dio dengan suara lembut sambil memegang tangannya. "Mereka berkata bahwa semuanya baik-baik saja, dan aku yakin mereka benar. Bayi kita akan sehat dan kuat."
Eleanor tersenyum kecil, meskipun rasa ragu tetap menggerogoti pikirannya. "Aku ingin percaya itu, Dio. Tapi setiap kali aku merasakan perutku membesar, aku merasa ada sesuatu yang salah. Mungkinkah ini hanya perasaanku saja?"
Dio, meskipun di dalam hati merasa cemas, tidak ingin menunjukkan kekhawatirannya di depan istrinya. Dia tahu bahwa Eleanor butuh keyakinan, bukan ketakutan. "Kau hanya butuh istirahat. Biarkan aku yang menjaga semuanya."
### Seraphine: Suci dalam Dilema
Sementara itu, Seraphine menghadapi tantangan yang berbeda di biara. Sebagai seorang *saint*, dia harus mempertahankan citra kesucian dan kebijaksanaan di hadapan para biarawati lain dan Gereja. Tidak ada yang tahu bahwa dia mengandung anak Dio, dan dia harus menyembunyikan setiap tanda kehamilan dengan hati-hati. Jubah biaranya yang panjang dan longgar membantunya menutupi perutnya yang mulai membesar, tetapi rasa mual dan pusing sering kali menyerangnya secara tiba-tiba.
Setiap pagi, Seraphine duduk di kapel kecil biara untuk berdoa bersama para biarawati. Selama berjam-jam, dia berusaha mempertahankan sikap tenang, meskipun di dalam dirinya rasa sakit mulai merayap naik. Ketika malam tiba, dia kembali ke kapel sendirian, memohon petunjuk Tuhan atas nasib yang menimpanya.
"Ya Tuhan, ampuni aku atas kelemahan ini," bisik Seraphine, lututnya menyentuh lantai batu dingin kapel. "Jika ini adalah cobaan, maka berilah aku kekuatan untuk melaluinya. Jangan biarkan dosa ini menghancurkan hidupku."
Meskipun merasa takut dan tertekan, Seraphine tetap berusaha berpikir positif. Seperti halnya Eleanor, dia mulai merasakan perutnya membesar dengan cepat, tetapi para biarawati di sekitarnya tidak menyadarinya. Pada satu kesempatan, salah satu biarawati senior, Suster Agnes, memerhatikan bahwa Seraphine sering merasa pusing dan lemah.
"Seraphine," kata Suster Agnes dengan nada khawatir, "kau terlihat sangat pucat akhir-akhir ini. Apakah ada sesuatu yang mengganggumu?"
Seraphine dengan cepat menggeleng, tersenyum lemah. "Tidak, Suster. Mungkin hanya kelelahan karena banyak berdoa. Aku akan segera pulih."
Namun, di balik senyum itu, Seraphine tahu bahwa rahasia ini tidak akan bisa disembunyikan selamanya. Tubuhnya tidak bisa terus menyembunyikan kehamilan ini, dan setiap hari yang berlalu adalah hari yang mendekatkannya pada akhir yang mungkin tak bisa dihindari. Meski begitu, dia tetap yakin, atau lebih tepatnya memaksakan keyakinan, bahwa kehamilannya adalah tanda dari Tuhan—bahwa bayi ini akan lahir dengan sehat dan kuat, meskipun tubuhnya terus-menerus memberikan sinyal bahwa ada yang salah.

Tanda-Tanda Pertama


Saat bulan kedua kehamilan mereka berlalu, Eleanor dan Seraphine mulai merasakan hal-hal yang lebih aneh. Rasa sakit yang terus datang dan perut mereka yang membesar terlalu cepat tidak dapat diabaikan lagi, meskipun para tabib dan orang-orang di sekitar mereka tetap bersikeras bahwa semuanya baik-baik saja.
Di suatu pagi, Eleanor terbangun dengan rasa sakit yang menusuk di punggung bawahnya. Saat dia mencoba bangkit dari tempat tidur, dia merasa perutnya lebih berat dari hari-hari sebelumnya. Dengan bantuan pelayannya, dia berjalan perlahan menuju ruang tamu, di mana Dio sedang berdiskusi dengan seorang pejabat istana.
"Aku tidak tahu apakah ini normal, Dio," kata Eleanor saat duduk dengan hati-hati. "Perutku terasa begitu berat, dan nyerinya semakin parah."
Dio menghentikan pembicaraannya dan segera beralih ke istrinya, menatapnya dengan cemas. "Aku akan memanggil tabib lagi. Mungkin mereka bisa memberikan lebih banyak ramuan untuk mengurangi rasa sakit."
Di saat yang sama, Seraphine juga merasakan tanda-tanda yang semakin kuat. Rasa mual yang tak tertahankan dan gerakan di dalam perutnya mulai mengganggu kesehariannya. Di tengah malam, ketika biara sudah sunyi, dia duduk di sudut kamarnya yang gelap, tangannya mengusap perutnya yang membesar dengan cepat. Sesuatu tentang kehamilan ini tidak terasa wajar, tetapi Seraphine tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
"Tuhan, apakah ini cobaan bagiku?" bisiknya, matanya menatap kosong ke jendela kecil kamarnya yang menghadap ke langit malam. "Apa yang harus kulakukan?"


### Kehamilan yang Dianggap Berkah


Meski begitu, baik Eleanor maupun Seraphine tidak bisa sepenuhnya meragukan kehamilan mereka. Di mata masyarakat, bayi yang tumbuh cepat dianggap sehat dan kuat. Para tabib tetap bersikeras bahwa kondisi mereka adalah pertanda baik—tanda bahwa bayi-bayi itu akan lahir dengan kekuatan besar dan membawa kehormatan bagi keluarga mereka. Hal ini juga yang membuat Eleanor dan Seraphine berusaha percaya, meski ada rasa takut yang terus mengganggu pikiran mereka.
Di dunia yang tidak mengenal teknologi modern, segala bentuk kehamilan dan kelahiran ditangani dengan cara yang sederhana. Komplikasi jarang terdeteksi lebih awal, dan sering kali baru diketahui saat persalinan terjadi. Untuk saat ini, mereka berdua hanya bisa menunggu dan berharap bahwa semua kekhawatiran mereka hanyalah bayangan yang tidak berdasar.
---
Cerita ini terus berkembang, dengan Eleanor dan Seraphine menghadapi kehamilan yang terlihat normal di mata masyarakat, namun penuh dengan ketegangan dan komplikasi yang tidak diketahui. Ketika waktu terus berjalan, rahasia yang tersimpan di dalam tubuh mereka semakin mendekati titik di mana tidak ada yang bisa dilakukan untuk menghentikan takdir mereka.


Sang Penakluk WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang