5. Menjalani Kehidupan di Bulan Ketiga

12 0 0
                                    


Menjalani Kehidupan di Bulan Ketiga

Waktu terus berjalan, dan kehamilan Eleanor dan Seraphine kini memasuki bulan ketiga. Meskipun keduanya merasakan keanehan dan ketidaknyamanan fisik yang semakin meningkat, mereka berusaha menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Dalam masyarakat yang tidak memiliki akses ke ilmu medis modern, segala sesuatu yang tampak normal pada permukaan dianggap sebagai tanda kehamilan yang sehat. Kehidupan mereka terus berlanjut di bawah tekanan yang semakin membebani, baik secara fisik maupun emosional.

### Eleanor: Tanggung Jawab sebagai Istri Bangsawan

Sebagai istri dari Dio, seorang bangsawan terhormat, Eleanor harus menjalani perannya dengan kesungguhan. Meski kehamilannya mulai terasa lebih berat dari biasanya, dia tetap berusaha menjalani kewajibannya sebagai seorang bangsawan dan istri yang setia. Setiap pagi, Eleanor memulai harinya dengan pertemuan dengan para pelayan, mengatur persiapan istana, dan memberi arahan untuk kebutuhan rakyat di wilayah kekuasaannya.

"Lady Eleanor," salah satu pelayannya, Sara, berkata suatu pagi saat mereka sedang berjalan di taman kastil. "Kau terlihat begitu cantik dan bercahaya akhir-akhir ini. Kehadiran bayi di perutmu benar-benar membawa berkah bagi kastil ini."

Eleanor tersenyum lembut, meskipun di dalam hatinya dia merasa berbeda. "Terima kasih, Sara. Aku hanya berharap kehamilan ini akan berjalan dengan baik."

Sara menatap Eleanor dengan rasa hormat yang mendalam. "Tabib-tabib istana telah mengatakan semuanya baik-baik saja, bukan? Bayi ini akan menjadi kebanggaan kita semua."

Eleanor mengangguk, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. Namun, dia tidak bisa mengabaikan perasaan tidak nyaman yang semakin sering muncul di perut dan punggungnya. Perutnya terasa lebih besar dari yang seharusnya, dan setiap langkah yang diambil terasa semakin berat. Namun, dia tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang bangsawan, menghadiri jamuan makan, mendiskusikan masalah tanah, dan bertemu dengan para pejabat.

Suatu sore, Dio menemukan Eleanor sedang duduk di ruang tamu, menggosok perutnya dengan wajah yang sedikit tegang. Dia menghampirinya, duduk di sampingnya, dan menggenggam tangannya dengan penuh perhatian.

"Apakah rasa sakitnya semakin parah?" tanya Dio lembut, matanya menatap Eleanor dengan penuh perhatian.

Eleanor menarik napas dalam-dalam dan mengangguk pelan. "Rasanya semakin berat, Dio. Aku tahu tabib mengatakan semuanya baik-baik saja, tapi... kadang aku merasa ada yang tidak wajar."

Dio menghela napas panjang, merasa semakin khawatir, namun ia harus tetap tenang di hadapan istrinya. "Kita akan segera memanggil tabib lagi. Jika ada yang tidak beres, aku akan memastikan mereka menemukan solusinya."

Meski begitu, Eleanor tetap menjalankan tanggung jawabnya dengan tabah, meski tubuhnya terus menuntut lebih banyak istirahat.

### Seraphine: Menyembunyikan Rahasia di Biara

Di biara, Seraphine menghadapi tekanan yang jauh lebih besar. Sebagai *saint* yang dihormati oleh Gereja, dia tidak memiliki kebebasan untuk mengungkapkan kehamilannya kepada siapapun. Setiap hari, dia harus terus menjalankan rutinitas doa, perawatan, dan tugas-tugas gerejawi sambil menyembunyikan tanda-tanda kehamilan yang semakin jelas.

Pakaian biaranya yang longgar telah membantu menyamarkan perutnya yang mulai menonjol, tetapi rasa mual dan sakit semakin sulit diatasi. Setiap malam, dia berlutut di kapel biara, berdoa dengan khidmat sambil memohon kekuatan dari Tuhan untuk melaluinya.

"Ya Tuhan, aku tahu apa yang kulakukan adalah dosa," bisik Seraphine dalam doanya, suaranya hampir tak terdengar di bawah gemuruh angin di luar. "Tapi aku tidak bisa melawan perasaanku pada Dio. Aku mohon, ampunilah aku."

Di balik semua doanya, Seraphine tahu bahwa waktu tidak akan menunggu. Di bulan ketiga ini, dia mulai merasakan gerakan bayi di dalam perutnya, yang terasa jauh lebih awal dari yang seharusnya. Namun, dia tetap yakin, setidaknya kepada dirinya sendiri, bahwa bayi ini adalah bagian dari takdir ilahi yang tidak dia pahami sepenuhnya.

Setiap kali dia bertemu dengan para biarawati lain, Seraphine harus menahan diri agar tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Salah satu biarawati senior, Suster Agnes, mulai memerhatikan perubahan fisiknya yang semakin kentara.

"Seraphine," kata Suster Agnes pada suatu sore ketika mereka sedang menyapu halaman biara, "Kau terlihat semakin pucat belakangan ini. Kau sebaiknya lebih banyak istirahat."

Seraphine tersenyum lemah. "Aku hanya kelelahan, Suster. Mungkin karena banyak doa yang harus kujalani."

Suster Agnes mengangguk, tetapi tetap memandang Seraphine dengan sedikit curiga. "Kau tahu, jika ada sesuatu yang mengganggumu, kau bisa berbicara denganku. Aku ada di sini untuk membantumu."

Seraphine mengangguk dengan hormat, tetapi dalam hatinya, dia tahu dia tidak bisa mempercayakan rahasia ini kepada siapapun. Setiap hari yang berlalu, perutnya semakin membesar, dan dia mulai takut pada saat di mana tidak ada lagi pakaian biaranya yang bisa menutupi kenyataan.

### Dio: Di Antara Dua Dunia

Sementara Eleanor dan Seraphine menjalani kehidupan mereka yang penuh tekanan, Dio berada di antara dua dunia—dunia sebagai suami Eleanor dan dunia rahasianya dengan Seraphine. Meskipun perannya sebagai bangsawan semakin kuat, Dio mulai merasakan beban rahasia yang semakin besar. Dua perempuan yang mengandung anaknya, dan kedua kehamilan ini terasa tidak wajar.

Di satu sisi, dia harus tetap mendukung Eleanor secara terbuka. Sebagai istri sahnya, kehamilan Eleanor membawa harapan bagi wilayahnya. Dia memastikan para tabib terbaik terus mengawasi keadaan Eleanor dan memberikannya perawatan yang dia butuhkan. Namun, semakin hari, Dio merasa bahwa ada sesuatu yang salah dengan kehamilan ini. Eleanor seharusnya belum merasakan perubahan sebesar ini di bulan ketiga, tetapi perutnya terus membesar, dan rasa sakitnya semakin sering datang.

Di sisi lain, Dio terus menyelinap keluar untuk bertemu dengan Seraphine secara diam-diam di biara. Hubungan mereka semakin rumit, terutama karena kehamilan Seraphine yang harus disembunyikan dari mata Gereja. Setiap kali mereka bertemu, Dio bisa melihat betapa besar rasa takut yang dirasakan Seraphine.

"Seraphine," kata Dio dengan suara rendah saat mereka bertemu di kapel kecil biara. "Aku bisa merasakan bahwa kau semakin kesulitan menyembunyikan ini. Apa yang harus kita lakukan?"

Seraphine menatap Dio dengan mata penuh kekhawatiran. "Aku tidak tahu, Dio. Jika orang-orang di biara ini mengetahui, hidupku akan berakhir. Gereja tidak akan membiarkan seorang *saint* jatuh ke dalam dosa seperti ini."

Dio menggenggam tangan Seraphine, merasakan dinginnya tangan perempuan itu. "Kita harus berhati-hati. Aku akan melakukan apapun untuk melindungimu, Seraphine. Tapi aku juga tidak bisa membiarkan Eleanor tahu tentang ini."

Meskipun Dio berusaha keras untuk menenangkan Seraphine, di dalam hatinya dia tahu bahwa situasi ini akan semakin sulit dikendalikan seiring waktu berjalan. Kedua kehamilan ini semakin mendekati titik di mana rahasia tidak lagi bisa disembunyikan, dan Dio harus menghadapi konsekuensi dari semua pilihannya.

### Kesimpulan

Bulan ketiga kehamilan Eleanor dan Seraphine membawa banyak tantangan bagi mereka berdua. Meskipun para tabib dan orang-orang di sekitar mereka menganggap bahwa bayi mereka tumbuh dengan sehat, baik Eleanor maupun Seraphine merasakan tekanan yang jauh lebih besar. Dalam masyarakat yang tidak memiliki pemahaman medis yang maju, komplikasi kehamilan tidak mudah dideteksi, dan mereka hanya bisa menebak-nebak apa yang sedang terjadi dalam tubuh mereka. Sementara itu, Dio semakin terjebak dalam jaringan kebohongan dan rahasia yang ia ciptakan sendiri, dan waktu semakin mendekati saat di mana semuanya akan terbongkar.

Sang Penakluk WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang