Teledor. Itulah Fanisha. Semalam ia lupa mengunci kamar yang ditempatinya, hingga berujung seperti sekarang. Dimana dirinya duduk didepan manusia yang begitu menyebalkan, siapa lagi jikalau bukan si Mikael Grizelda?
Biasanya Fanisha akan bangun pukul 07:15, lalu bersiap dengan tenang dan berangkat sekolah. Tapi, hari ini. Karena keteledorannya sendiri, Kael memasuki kamar Fiona dan membangunkannya saat waktu baru menunjukan pukul 05:45. Bahkan tak segan Kael juga menyipratkan wajah Fanisha dengan air yang dibawanya.
Saat ini waktu sudah menunjukan pukul 06:20 dimana baik Kael maupun Fanisha sudah rapih dengan seragamnya.
"Jangan tidur." tegur Kael seraya menatap Fanisha dengan tajam.
Fanisha mendengus pelan, matanya masih begitu ingin rapat. Tetapi, manusia didepannya ini malah menganggunya lagi dan lagi. Akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk tidur lagi diruang makan, dan berakhir malah memperhatikan Kael yang begitu cekatan dalam memasak. Seolah sudah terbiasa bertempur dengan alat - alat daput.
Jika dipikir - pikir, saat ini mereka seperti bertukar kelamin. Fanisha yang notabenenya perempuan malah berdiam diri, bahkan tidak bisa bertempur dengan peralatan dapur. sedangkan Kael yang notabenenya laki - laki malah memasak nasi goreng dengan tenang, tanpa ada keributan atau drama apapun itu.
Tak!
"Makan." celetuk Kael seraya menyodorkan satu piring berisi nasi goreng kehadapan Fanisha.Fanisha mengerjap pelan, karena terlalu pokus pada pikirannya sendiri ia sampai tak sadar jika Kael sudah selesai bertempur dengan alat dapurnya.
Ia menatap Kael dengan sebelah alis yang diangkat keatas, "Ini aman?" pertanyaan itu keluar dari mulutnya dengan enteng.
Kael mendelik tak terima, "Lo kira gue se-gabut itu?!" serunya dengan sewot.
"Santai dong. Gue 'kan cuman nanya," sahut Fanisha malas, ia menatap Kael seraya memakan suapan pertama nasi goreng buatannya.
Kael mendengus pelan. Ia memilih tidak berbicara lagi dengan Fanisha.
Keadaan begitu hening, hanya terdengar suara dentingan antara sendok dan piring. Memang sudah begitu seharusnya, ketika makan tidak boleh mengeluarkan suara kecuali benar - benar urgent.
Saat Fanisha akan mencuci piringnya, tiba - tiba lengannya ditarik oleh seseorang. Siapa lagi pelakunya jika bukan Kael?
"Eh, eh." kaget Fanisha. Ia melepaskan lengan Kael yang masih menggenggam lengannya saat sudah berada diluar Apart. "Kenapa sih? Sekarang 'kan ga ada Cece, ya otomatis gue-hmpp," ucapan Fanisha terhenti karena Kael menyumpal mulutnya dengan permen gagang merk milkita.
"Ahh sial," cetus Fanisha pelan, saat berujar ia mengeluarkan dulu permen milkita yang diberikan oleh Kael secara tidak hormat. Namun, setelahnya ia kembali mengulum permen itu untuk meredam kekesalannya kepada si pemberi.
"Ada bibi." setelah mengatakan itu Kael kembali menarik lengan Fanisha untuk memasuki lift.
"Gausah tarik - tarik tangan gue bisa ga si?!" cerocos Fanisha saat sudah didalam lift. Untungnya hanya ada dirinya dan Kael, jika ada orang lain mungkin mereka berdua akan pura - pura tidak saling mengenal satu sama lain.
"Bareng."
"Ogah. Gue bawa motor sendiri!"
Kael memutar bola matanya malas, "Yang ngajakin lo bareng satu motor sama gue siapa?"
"Lah?" Fanisha menatap Kael dengan kening yang mengerut bingung, terus bareng maksudnya itu seperti apa?
Ting!
Pintu lift terbuka, lantas Kael dan Fanisha segera keluar setelahnya mereka melangkahkan kakinya beriringan."Lo duluan. Gue dibelakang." ujar Kael saat sudah menaiki motor sport miliknya.
Bukannya pergi menaiki motornya sendiri. Fanisha malah memandang Kael dengan cengo, "Gue bukan majikan lo. Jadi, ga perlu dikawal dari belakang." ujarnya seraya menatap Kael dengan sinis.
Kael mengabaikan tatapan sinis Fanisha, sudah terbiasa juga. "Sana. Gue ga mau lo bolos, lagi." usir Kael seraya mendorong bahu Fanisha yang memang kebetulan berdiri tak jauh darinya.
Fanisha mendengus tak suka, namun tak urung ia tetap menaiki motor sport kesayangannya. Selesai memakai helm, ia melirik kekanan dan kekiri setelah merasa aman untuk mengendarai motornya. Fanisha segera melajukan motornya dengan kecepatan sedang tanpa menoleh lagi kearah Kael.
SMA Negeri Cakrabuana
Wedehh gila cakep banget anjai
Kakk Fanisha, will you marry me?
Kalian segender, bego!
Gila keren abisssz
Tumben Fanisha ga telat?
Eh iya ya biasanya dia telat
Itu dibelakang Fanisha motor si ketos bukan sih?
Kael maksud lo?
Iyalah! siapa lagi ketos di SMANCAK selain Kael?
Waduh waduh ada gerangan apa ini, seorang Fanisha datang cepet
Hahay, berlayarlah KaelSha-kuu!!
Dan masih banyak lagi celotehan murid - murid SMANCAK.
Setelah turun dari motor sport kesayangannya. Fanisha berjalan menghampiri Kael yang tepat berada dibelakangnya.
Kael yang baru membuka helm pun mengerutkan keningnya saat melihat Fanisha menatap kearahnya dengan senyum yang begitu menyebalkan dimatanya. Ia mengangkat bahunya acuh tak acuh, lantas ia turun dari motornya dan merapihkan seragamnya yang sedikit kusut.
Brak
Baik para murid yang sedang lewat ataupun murid yang memang sedari tadi memperhatikan Kael dan Fanisha menganga lebar tak percaya dengan apa yang baru saja Fanisha lakukan.Bahkan Kael sendiri pun shock, ia speechless melihat motornya yang terjatuh akibat tendangan maut dari Fanisha.
Yap! Setelah menjatuhkan motor Kael dengan cara sekali tendang pakai jurusan maut, Fanisha lantas membalik 'kan badannya dan berjalan memasuki SMANCAK tanpa memperdulikan semua tatapan yang berpusat padanya. Ia berjalan dengan tenang seolah tidak melakukan apa - apa.
"Makin hari, makin gila tu makhluk!" seru seorang gadis dari arah belakang Kael dengan kesal. Dia salah satu teman Kael, Adriella.
Sedangkan seorang pemuda dengan seragam yang dilapisi hoodie itu mengangkat motor sport milik Kael tanpa banyak bicara, dia Kenneth.
Reynand merangkul bahu Kael, menyadarkan pria itu dari lamunanya. "Kenapa, Ka?" tanyanya seraya menatap Fanisha yang sedang berjalan dengan teman - temannya menuju kelas.
Kael melepaskan rangkulan Reynand, ia menggeleng sebagai jawaban. Lalu, ia menoleh kearah motornya yang sudah diangkat 'kan menjadi seperi semula, "Thank, Kent." ujarnya yang hanya diangguki oleh pemuda itu.
"Masuk kelas," ajak seorang gadis yang sedari tadi diam karena red day, membuatnya tidak mood untuk berceloteh panjang.
"Bri, kenapa Rey?" tanya Adriella pada Reynand selaku kekasihnya Brianna.
"Biasa, Ad. Lagi red day," jawab Reynand seraya menyimpan headphonenya kedalam tas.
Adriella ber-oh ria. "Duluan, Rey." setelah mengatakan itu, tanpa menunggu jawaban sang empu. Adriella sedikit berlari menyamakan langkahnya dengan teman perempuannya, Brianna. Ia merangkul Brianna yang tentunya langsung ditepis oleh gadis itu.
Adriella menatap Brianna seraya cengengesan dengan jari telunjuk dan jari tengah yang dibentuk peac. "Mau ga?" tawarnya seraya menyodorkan coklat silverqueen yang baru saja diambil dikantong jaketnya.
Brianna mengambilnya dengan senang hati, "Thank you, Riel."
"Yoi."
●●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
12 Hari Hidup Bersama
Teen Fictionsi ketos Kael & si berandalan Fanisha. Bagaimana jika keduanya dipaksa harus tinggal satu atap selama dua belas hari? peringkat paling mengesankan : 🥈 amanda, 11/2024