4. ketiduran

332 48 0
                                    

Bel masuk akan berbunyi sekitar 5menit lagi, tapi itu tidak menghalangi niat Fanisha yang akan membolos.

"Sekarang bagian Kael yang turun tangan, Fan. Lo yakin mau bolos?" tanya Jema kesekian kalinya.

Fanisha memutar bola matanya jengah, mendengar pertanyaan yang sama dari mulut Jema kesekian kalinya. Jika dihitung mungkin Jema bertanya seperti itu lebih dari 5kali, tentu temannya itu khawatir karena dia adalah salah satu anggota osis. "Nanya lagi, gue gorok leher lo, Jem!" serunya dengan kesal.

Jema menghela nafas pelan, ia bangkit dari duduknya seraya mengangkat bahunya acuh. "Goodluck, bro!" ujarnya seraya menepuk pundak temannya itu, lantas setelahnya ia berjalan meninggalkan Fanisha seorang diri di Perpustakaan.

Yap! mereka berdua memang sedang berada di Perpustakaan. Jika Jema sudah pasti untuk belajar, lain dengan Fanisha yang memang sudah berniat akan membolos di Perpustakaan dengan duduk di bangku paling ujung. Bahkan ia berhasil membawa makanan seperti siomay, kebab, martabak manis mini dan lainnya kedalam Perpus tanpa ketahuan guru pengawas.

Fanisha dilawan, huh!

Menurut kalian membolos itu enaknya diabiskan untuk apa? Makan camilan sepuasnya? Tidur sepuasnya? atau Nonton tayangan drama korea yang sempat tertunda sepuasnya? Fanisha memilih opsi terakhir!

Ia melanjutkan tontonan tayangan drama korea-nya yang sempat tertunda tadi malam. Dengan mulut yang terus mengunyah camilan, telinganya yang memakai headset membuatnya bebas mengatur volume suara tanpa takut ketahuan.

Sedangkan disisi lain, Kael yang memang kebetulan satu kelas dengan Fanisha itu mengerutkan keningnya. Karena tak menemukan keberadaan Fanisha, hanya ada tas gendongnya diatas meja.

Kael mendengus kasar, untungnya hari ini jadwalnya berpatroli. Setelah masuk kelas untuk absen, ia keluar untuk menjalankan tugasnya. Membasmi murid yang suka bolos, Fanisha salah satunya.

Kali ini Kael dijadwalkan untuk berpatroli dengan Kenneth yang notabenenya anggota osis seksi keamanan 1.

"Lo kiri. Gue kanan," ujar Kenneth yang diangguki oleh Kael.

Area kiri : Kantin 1 & 2, perpustakaan, tempat loker dan rooftof.

Area kanan : Kantin 3, taman belakang, gudang, dan tiga kelas kosong.

Kenneth dan Kael berbelok dengan arah yang berbeda, sesuai usulan yang diberikan oleh Kenneth.

Kael sengaja mendahulukan untuk mengecek rooftof, tapi hasilnya nihil. Tidak ada siapapun disana.

Kemana dia? pikirnya. Karena Rooftof adalah saksi bisu pertengkaran antara Kael dan Fanisha setiap kali gadis itu ketahuan bolos olehnya.

Kael mengedik 'kan bahunya acuh, ia berjalan menuju tempat tujuannya kedua. Yaitu Tempat loker.

Saat memasuki tempat loker, ia hanya bertemu dengan beberapa orang yang akan latihan eskul seperti basket, volly, bola, pramuka dan lainnya. Terlihat dari seragamnya yang mengenak 'kan baju olahraga dan pramuka.

Sebenarnya Kael agak ragu untuk melangkahkan kakinya memasuki Perpusatakaan. Orang gila mana yang bolos di perustakaan? pikirnya.

Tetapi, tugas tetaplah tugas. Ia memasuki ruang perpustakaan yang begitu hening, karena tidak ada guru pengawas akhirnya Kael langsung masuk saja kedalam tanpa perlu menunggu apa - apa lagi.

Ia menelusuri setiap kursi yang tersedia disana, hingga matanya menyipit saat melihat bangku paling ujung terdapat seseorang yang ia kenali.

Kael menyeringai, ia berputar arah hingga nanti akan muncul secara tiba - tiba disamping orang tersebut.

"AWSHH," ringis seseorang itu yang tak lain Fanisha dengan teriak karena reflex dan juga kaget telinganya tiba - tiba dijewer.

"Perpustakaan tempat belajar. Bukan bolos." cetus Kael seraya melepaskan jewerannya, beralih mengcengkram lengan gadis itu. "Ikut gue." titahnya seraya menarik lengan Fanisha supaya gadis itu mengikuti langkahnya.

"Kael sialan!"

Ruang Osis

30 menit telah berlalu.

Yang dilakukan oleh Fanisha sedari tadi? Hanya diam seperti patung duduk.

Fanisha mendesah kesal, ia melemparkan pulpen yang baru tadi ia beli kearah Kael yang duduk dikursi kebesarannya dengan lengan yang sedang mengutak ngatik laptop.

Tak
Lemparan mendarat tepat sasaran mengenai kening pemuda itu.

"Ini serius gue disuruh diem doang? Bosen banget anjir, mending gue ke kantin." ujar Fanisha dengan keras seraya bengkit dari duduknya.

"Keluar dari ruangan tanpa se-izin gue, denda 100ribu." celetuk Kael tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

Fanisha mencak - mencak tak terima, "Sialan! dasar K3. Kael ketos kampret!" serunya seraya melayangkan tatapan tajamnya.

"Ya, ya, ya. Semerdeka lo deh, Sha." sahut Kael dengan ogah - ogahan.

Ingin melanjutkan tontonannya? Oh, tidak bisa. Karena hanphonenya saja disita oleh pemuda superduper menyebalkan yang berinsial Kael itu.

"Sumpah, El. Gua ga boong. Bosen banget anjir diem gini, mending lo kasih gue hukuman," cerocos Fanisha setelah beberapa detik hening.

Kael menghembuskan nafasnya secara perlahan. Setelahnya ia menatap Fanisha dengan senyuman yang begitu lebar, "Yaudah, sini bantuin gue nyusun kegiatan osis," titahnya.

Fanisha melototkan matanya. Sedetik kemudian ia menatap Kael seraya cengengesan, "Gue milih diem aja deh, El." ujarnya seraya tersenyum kaku. "Daripada ngurusin kegiatan osis. Kelar kaga, mumet iya." lanjutnya dengan pelan, hingga hanya dirinya sendiri yang mendengar.

Bu Rika - Guru bk sekaligus pengawas perpustakaan itu sudah mempercayakan Fanisha kepada Kael sepenuhnya.

Jadi, mau memberi hukuman atau tidak, yasuda. Terserah. Bebas. Sesuka hati. Seenak jidat.

Kael sesekali melirik kearah Fanisha yang tidak bisa diam seperti cacing kepanasan. Membaca buku - buku yang ada diruang osis, lalu tak lama kemudian buku itu ditumpukkan disampingnya.

Bahkan rak buku yang tersedia diruang osis sudah kosong, karena bukunya diturun - turun kan oleh Fanisha. Dibaca, tapi hanya 5menit. Setelahnya buku itu berakhir ditumpukan buku - buku lainnya yang disimpan disampingnya. Terus saja seperti itu, hingga sekarang yang sedang ia baca adalah buku terakhir yang ada diruangan ini.

"ARGHH," geram Fanisha seraya mengacak - ngacak rambut pendeknya. "Kaelllll," rengeknya seraya menduduk 'kan dirinya dikursi depan Kael. Mereka hanya dipisahkan oleh meja.

Tuk
Mata Fanisha seketika berbinar saat Kael mengeluarkan novel yang sangat ingin ia beli. Judulnya Hilmy dan Milan "Yes! Thank you, untuk hari ini lo cakep banget, El!" setelah mengatakkan itu, Fanisha kembali duduk disofa yang tersedia disana. Ia merebahkan dirinya dan mulai pokus membaca novel.

Kael hanya menggeleng 'kan kepalanya melihat kelakuan Fanisha.

Lucu, pikirnya. Namun, tak lama kemudian ia melototkan matanya merasa gila dengan pikirannya yang sudah mulai diracuni oleh gadis gila itu.

Fanisha membaca novel dengan sesekali menguap, rasa kantuk tiba - tiba menyerang dirinya.

Akhirnya ia tertidur, dengan novel yang masih terbuka diatas tubuhnya.

Dengan sigap Kael melepaskan almameter osis miliknya, ia berjalan tanoa mengeluarkan suara kearah Fanisha yang sudah terlelap. Ia mengambil novel itu secara perlahan, karena takut menyentuh bagian yang memang tidak boleh disentuh oleh sembarangan. Setelahnya ia menutupi bagian tubuh atas Fanisha dengan almameter miliknya. "Hidup tanpa peran orang tua emang berat. Makanya lo ngelakuin hal gila setiap hari yang kadang buat gue depresi," lirih Kael seraya memandang Fanisha dengan senyum tulus.

●●●●●








12 Hari Hidup BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang