Jam istirahat pertama sudah terlewat, sekarang pembelajaran jam kedua sudah mulai. Sedangkan Fanisha, gadis itu masih terpejam diruang osis. Tampak tidak terganggu oleh sinar matahari yang menyorot kewajahnya, sepertinya mimpinya begitu indah hingga sang empu enggan membuka matanya.
"Fan," panggil Kael kesekian kalinya seraya menepuk lengan gadis itu untuk membangunkannya. "Fanisha." lagi, Kael tidak menyerah. Karena pembelajaran jam kedua baru dimulai 5menit yang lalu. Masih ada waktu untuk memasuki kelas dengan alasan sakit perut atau semacamnya.
"Azalea," kali ini Kael menepuk pipi gadis itu, tidak kencang tetapi juga tidak pelan. Tetapi, itu ampuh buktinya Fanisha sudah mengeluarkan tanda - tanda akan bangun dari bobo cantiknya.
"Eughh," lenguh Fanisha dengan mata yang masih terpejam. Ia menggeliatkan tubuhnya yang membuat Kael mengalihkan pandangannya kearah lain.
Fanisha mengerjapkan matanya lalu setelahnya ia menyipitkan matanya karena merasa sinar matahari tepat menyorot matanya yang baru saja akan terbuka.
Kael menggeser tubuhnya hingga sekarang sinar matahari tidak lagi menyorot kearah wajah Fanisha. "Bangun, Azalea Fanisha." ujarnya seraya menatap Fanisha yang baru saja terduduk dikursi sofa dengan mata dan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul.
"Hm," sahut Fanisha dengan malas, ia merasa menyesali tindakannya yang tertidur disofa ruang osis ini. Karenanya, ia merasakan sakit leher. "Udah istirahat?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.
Peka. Kael menyodorkon air mineral dengan bungkus botol plastik yang sengaja ia beli untuk gadis didepannya, "Minum dulu," Fanisha langsung mengambil minum itu dan meneguknya lumayan banyak, "Thank." Kael mengangguk saja sebagai jawaban.
"Masuk kelas. Jam pembelajaran kedua baru dimulai beberapa menit yang lalu," celetuk Kael seraya mengambil beberapa buku miliknya yang sudah tersimpan rapi dan siap dibawa diatas meja.
"JAM PEMBELAJARAN KEDUA??!" teriak Fanisha seraya melototkan matanya.
Kael meringis pelan, saat merasakan telinganya sedikit berdengung akibat teriakan gadis didepannya ini. "Gausah teriak. Gue ga budeg, Fanish." sahutnya menahan geram.
Fanisha mendelik sinis kearah Kael, "Ketos sinting," umpatnya pelan, tetapi karena jarak mereka yang tak terlalu jauh membuat Kael bisa mendengar umpatan yang keluar dari mulut Fanisha.
Kael memutar bola matanya jengah, lantas ia menatap Fanisha dengan tajam. "Masuk kelas atau gue cium?"
"Makhluk sialan satu ini," lirih Fanisha menahan kekesalannya. Namun, tak lama kemudian ia menyeringai pelan saat mengingat sesuatu, "Cium? Bukannya lo ga demen sama lawan jenis, ya?" tanyanya dengan tatapan meremehkan.
Kael melototkan matanya, sialan! Rumor tentang dirinya yang tidak menyukai lawan jenis itu sampai ke telinga gadis didepannya ini.
Awas aja kalo sampe ketemu sama orang yang udah nyebarin rumor tentang buruk tentang gue, bakal gue hajar sampai mampus. Pikiran dan hati Kael terus mengutuk seseorang yang sudah menyebarkan rumor sinting seperti itu, hanya karena dirinya tidak pernah mempunyai hubungan asmara cinta bersama makhluk hidup yang bergender perempuan.
Melihat keterdiaman Kael, Fanisha tersenyum senang. Ia memandang tubuh Kael dengan intesns "Wajah lo padahal ga buluk - buluk amat. Sayang banget kalo suka sama sesama jenis," ujarnya dengan rendah.
Kael mengerjapkan matanya, lalu memandang Fanisha dengan tatapan tajam. Ia akan membuktikan bahwa dirinya itu normal, seperti manusia pada umumnya.
"Kenapa, mau coba ciuman sama gue?" tanya Fanisha dengan sebelas alis yang diangjat keatas, menantang.
Berhubung jarak mereka lumayan dekat. Kael dengan cepat menarik pinggang gadis didepannya ini, hingga sekarang tidak ada lagi jarak antara mereka.
Kael memajukan wajahnya kedepan wajah Fanisha, namun gadis itu malah menahan wajahnya menggunakan lengannya.
"L-lo mau ap-pa?" sial! Bisa - bisanya Fanisha berbicara dengan tergagap seperti itu.
Kael tersenyum smirk, "Masuk kelas atau gue cium?" tanyanya dengan pertanyaan yang sama, ia mengeluarkan suara tepat didepan lengan gadis itu yang masih menahan wajahnya. Lalu ia dengan sengaja menjilat telapak tangan Fanisha dengan santai.
Sialan, rutuk Fanisha dalam hati. Ia menjauhkan lengannya dari Kael, "Iya - iya, gue masuk kelas." jawabnya pasrah, karena tak ada lagi pilihan selain menjawab itu.
Barulah setelah mendengar jawaban yang seseuai keinginannya, Kael melepaskan pinggang Fanisha yang tadi ia pegang oleh lengannya, "Kalo bolos. Liat aja nanti balasannya," ancamnya seraya keluar dari ruangan osis.
Fanisha mendengus pelan, akhirnya ia berjalan mengikuti langkah Kael menuju kelasnya. Dengan lengan yang menenteng almameter osis milik Kael. Entah kenapa ia ingin membawanya dan memberikannya jika sudah dikelas nanti.
"Hari yang buruk," gumam Fanisha saat melihat Kael sedang bertukar ucapan dengan guru yang mengajarnya dikelas saat ini.
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
12 Hari Hidup Bersama
Teen Fictionsi ketos Kael & si berandalan Fanisha. Bagaimana jika keduanya dipaksa harus tinggal satu atap selama dua belas hari? peringkat paling mengesankan : 🥈 amanda, 11/2024 🥈 kitkat, 11/2024