10. H-7

240 43 0
                                    

Fanisha baru saja menghabiskan waktu bersama Jemima dan Agatha di Apartemen miliknya, merayakan kemenangan dirinya saat lomba balapan tadi malam.

Ruang tamu yang biasanya tertata rapih, kini berubah menjadi kapal pecah dalam sekejap mata. Tumpukan sisa makanan dan kaleng soda kosong yang begitu berserakan dimana - mana.

Waktu sudah menunjukan pukul 18:37, dan Fanisha party bersama kedua temannya sedari pulang sekolah. Saat ini ia sedang merebahkan dirinya di sofa ruang tamu dengan lengan dan mata yang pokus scrool tiktok.

Pintu Apartemen terbuka, menampilkan sosok Kael yang baru saja pulang dari rapat osis. Katanya. "Astagfirullah," gumamnya saat melihat kondisi Apartemen yang sudah berubah seperti gudang sampah.

Sebagai ketua osis yang Perpeksionis, dia sangat peduli pada kebersihan dan keteraturan. Tentu saja hal ini membuat rasa amarah mulai memenuhi relung hatinya.

"Lo emang gabisa tinggal rapi, ya?" pertanyan dengan nada rendah dan penuh geraman keluar dari mulut Kael, ia berbicara seraya menatap Fanisha dengan tatapan tajam.

Fanisha memutarkan bola matanya dengan jengah, ia memandang Kael dengan sangat amat malas. "Bukan urusan lo! Nanti, juga bakal gue beresin. Santai aja kali." sahutnya dengan ketus.

"Sekarang, bukan nanti. Gue udah pusing banget liat kekacauan yang lo buat!"

Fanisha mengambil kain lap seadanya, ia dengan asal mengelap meja tanpa peduli apakah masih ada remah - remah makanan yang tersisa.

Kael yang tidak tahan melihat cara Fanisha yang begitu ceroboh, langsung merebut kain lapnya dengan kasar. "Bukannya bersih, yang ada makin kotor. Liat, harusnya gini!" dumelnya. Ia mulai menunjukan cara mengelap meja dengan cara yang benar.

"Lagian itu cuman meja, bukan anak didik lo. Kenapa ribet banget sih?!" seru Fanisha dengan perasaan kesal yang membara.

Kesal. Akhirnya Fanisha pergi meninggalkan Kael, ia mengambil sapu berharap pekerjaan ini cepat selesai.

"Fanishaa," Kael mengeluh pelan. Karena Fanisha malah menggeser kotoran ke bawah karpet. "Yang namanya nyapu itu buat bersih, bukan disembunyiin!" kali ini Kael berbicara dengan nada yang terdengar sekali jika ia sedang jengkel atas kelakuannya.

Fanisha mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh, "Yang penting gak keliatan 'kan?"

ga salah, tapi ga bener.

Kael pun mengambil alih sapu yang dipegang oleh Fanisha, ia mulai menyapu ulang dengan perasaan kesal, marah dan lelah yang menjadi satu.

Melihat Kael yang menyapu dengan tenang, ya meskipun wajahnya masih menunjukan kekesalan. Hal itu membuat sebuah ide terlintas dibenak Fanisha. Karena iseng, ia berjalan mendekati Kael dengan lengan yang memegang soda sisa miliknya tadi. Fanisha dengan sengaja, menabrakan dirinya dengan Kael, membuat isi soda itu bertumpahan ke baju targetnya dan juga keramik.

Kael yang memang tidak menyadari, berjengit kaget saat merasakan tubuh bagian belakangnya basah. "Astaga!" setelah mendengar suara yang keluar dari mulut Kael, Fanisha pun bergegas pergi kembali ke arah sofa. "Lo sengaja 'kan?!" Kael bertanya seraya menunjuk Fanisha dengan mata yang menatapnya dengan tajam. Seolah ingin makan Fanisha detik ini juga.

Bukannya merasa bersalah, Fanisha malah menatap Kael seraya tersenyum lebar. "Cuman kecelakaan kecil." ia tertawa sampai terbahak - bahak. Entah apa yang lucu, tapi menurutnya melihat wajah Kael yang penuh kekesalan adalah hiburan tersendiri untuknya.

Kael yang sudah kesal pun, mulai membalas dengan cara melemparkan bantal sofa kearah Fanisha. Akhirnya mereka saling melempar bantal sofa dengan tawa Fanisha yang semakin kencang. Tetapi, meski begitu baik Kael maupun Fanisha sama - sama menyembunyikan perasaan kesal yang belum sepenuhnya hilang.

Setelah banyak kericuhan yang terjadi, keduanya mulai merasa lelah. Tetapi, mereka tanpa sadar mulai bekerja sama -- kali ini tanpa banyak bicara dan tanpa ada keributan part dua.

"Hah. Akhirnya," Kael dan Fanisha berujar hampir beriringan. Mereka sama - sama menghela nafas lega, karena akhirnya pekerjaan rumah telah diselesaikan meskipun diawal sempat terjadi kericuhan yang berkepanjangan.

Mereka berdua merebahkan diri di sofa yang berbeda, karena tubuhnya sudah merasa sangat amat lelah. Ruang tamu mendadak hening, hanya terdengar suara jarum jam yang berdetak dengan teratur.

Sedikit menyenanangkan, tetapi begitu melelahkan.

kapan - kapan lagi, love u.

12 Hari Hidup BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang