- Rezi -

570 76 2
                                    

Alaric menatap dari kejauhan, matanya terpaku pada mobil Rezi yang keluar dari kompleks perumahannya. Dia menduga Rezi baru saja mengantarkan Aira pulang.

Saat di kampus tadi, perasaan alaric sama sekali tidak tenang setelah meninggalkan aira di perpus, walaupun disana ada raisa, tapi alaric tak tenang karna ada laki laki lain di sana dan itu teman dekat nya juga. Detak jantungnya semakin cepat, membuatnya langsung bergegas menuju perpustakaan, berharap bisa menemui Aira. Namun, sesampainya di sana, yang dia temui hanyalah Raisa yang sudah ditemani oleh roman. "Aira sudah pulang," ujar Raisa dengan santai. Mendengar itu, Alaric langsung memutar balik langkahnya, mengabaikan kuliahnya untuk hari ini dan melaju cepat pulang ke rumah.

Setibanya di rumah, Alaric tanpa ragu menghampiri pintu kamar Aira dan mengetuknya keras-keras. Tidak ada jawaban.

"Ai! Buka pintunya sekarang, abang ga akan takut buat ngehancurin pintu kamar kamu!" suaranya penuh ketegasan.

Setelah beberapa detik yang terasa sangat lama, terdengar suara kunci diputar, dan pintu terbuka sedikit. Aira berdiri di balik pintu, wajahnya tenang namun ada kilatan sesuatu di matanya.

"Ada apa?" Tanya aira to the poin, ekspresi nya melihatkan ia tak berminat bertemu dengan alaric saat ini.

"Adek pulang sama siapa?"

Aira mengangkat kedua bahu nya. "Adek, jawab abang atau abang akan semakin marah sama adek"

"Marah? Apa alasan abang marah sama aku? Dan kenapa harus marah?"

"Kamu masih nanya kenapa abang marah? Ai, abang pikir kamu bisa peka sama marah nya abang. Kamu memilih ke perpus dengan alasan belajar, tapi nyata nya mau ketemu rezi kan? Biasanya juga kamu nyarinya abang, minta bantuan ke abang. Tapi sekarang?"

Aira tersenyum miring, "Terus kenapa abang malah biarin aku di perpus? Kenapa ga kaya biasanya? Kenapa abang malah milih pergi ninggalin aku? Mana alaric yang posesif ke aira? Mana alaric yang ga akan biarin satu laki lakipun deketin aira, mana bang? MANA"

"Adek, dengerin abang dulu. Abang sengaja ngelakuin itu, abang mau liat sayang, adek peka sama marah nya abang apa ngga? Siapa bilang abang ninggalin adek? Abang langsung susulin adek lagi ke perpus, tapi kata raisa adek udah pulang duluan. Abang langsung mutusin ga masuk kelas dan milih untuk pulang" alaric menjelaskan dengan suara nya yang sangat lembut.

"Iya, tapi setelah abang pergi sama berlian, kan? Setelah abang pergi sama dia baru abang inget aku dan susulin aku. Dasar pembohong" aira menekankan pada kalimat pembohong di depan wajah alaric.

Alaric tak menyangka jika aira melihat dirinya dengan berlian tadi, "adek, adek salah faham, sayang. Please dengerin abang dulu kali ini. Kalau adek liat abang sama berlian tadi di kampus, itu karna berlian sampein informasi dari dospem abang, kalau abang disuruh ke ruangannya, ai please percaya abang. Abang ga lakuin apapun, bahkan abang ga banyak ngomong sama berlian. Cuma ucapin terimakasi udah gitu doang"

"Ai, percaya sama abang." Aira ingin mengatakan alaric berbohong lagi, tapi ia sama sekali tak melihat itu dari mata alaric. Aira mengangguk, tapi ia masih tidak melihatkan ekspresi damainya kepada alaric.

"Sekarang jawab abang, adek pulang sama siapa? Abang minta adek pulang sama roman kan tadinya? Tapi roman ada di kampus sama raisa, terus adek balik sama siapa hm?"

"Menurut abang?"

Alaric menghembuskan nafas nya kasar, "rezi?"

Aira tersenyum miring "kalau udah tau, kenapa abang masih nanya?"

Wajah alaric seketika berubah datar. Nafas nya sudah memburu. Tangannya mengepal kuat. Matanya menatap tajam mata aira. "Satu laki laki yang berani deketin kamu, akan abang pastikan hidupnya ga akan tenang"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unexpected BondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang