- Tespack -

874 60 13
                                    

Dengan wajah gusar, kusut, dan lesu alaric melewati lorong lorong kampus. Semalam ia harus dibuat pusing dengan dua wanita yang paling ia sayangi, walaupun bisa mengatasinya dibantu dengan ivan, tetap saja alaric sampai tak bisa tidur memikirkan kedua perempuan itu.

Alaric melewati pintu kelas nya begitu saja. Ia tak berminat untuk masuk kelas dan mengikuti perkuliahan hari ini. Alaric terus berjalan hingga kini kakinya berhenti di salah satu lorong mengarah ke area belakang kampus.

Dari tempatnya berdiri, alaric dapat melihat roman yang sudah lebih dulu berada di ujung lorong sana, roman, duduk di atas kursi dengan satu batang rokok menyelip di jarinya., dan satu kaleng minuman soda, tapi kali ini bukan minuman beralkohol.

Dengan langkah gontai alaric menghampiri roman dan ikut duduk di ujung sana. Alaric meraih kotak rokok yang tergeletak di atas meja, mengambil satu batang dan membakar untuk dirinya sendiri.

"Apa masalah lo?" Tanya alaric to the poin setelah mengebulkan asap rokok ke udara.

Roman meneguk habis minuman sodanya sebelum berniat menjawab pertanyaan alaric, "gue lupa udah berapa kali keluar di dalem. Dan terakhir kemarin... gue ga sengaja ric, gue kelepasan dia keluar gitu aja di dalem"

PLAK. Satu pukulan mendarat di belakang kepala roman. Mana ada istilah keluar gitu aja dalam berhubungan. Roman, tau jika diirnya akan keluar, disitulah ia harus cepat cepat mengeluarkan batang nya dari dalam sana. Tapi, sahabat nya ini bisa jadi sangat bodoh jika sudah dipenuhi oleh birahinya.

"Goblog" umpat alaric.

"Gue harus gimana sekarang, ric? Raisa, marah, dia diemin gue dari kemarin. Bahkan gamau ketemu gue sampai dia memastikan kalau dia ga hamil"

"Tanggung resiko lu sendiri" ucap alaric, lalu bangkit dari duduknya. Meraih tas dan jaket yang ia taruh di balik bangku.

"Apa masalah lo?" Kali ini pertanyaan itu diajukan kembali oleh, roman.

"Mama, jodohin gue sama anak temennya— berlian" tanpa menunggu tanggapan roman alaric melangkahkan kakinya pergi dari sana.

"Nyawa kita sama sama di ujung tanduk bro" ucap roman setelah kepergian alaric.

————— UNEXPECTED BONDS —————

Perang dingin masih terjadi antara ibu dan anak perempuannya. Alisha, tau jika anak perempuannya itu sangat pencemburu, tapi itu menjadi kesenangan alisha, untuk menjahili anaknya.

Soal perjodohan? Saat di bandung, Sarah, memang mengatakan hal itu kepada alisha dan ivan. Tapi, alisha, tidak memberikan jawaban apapun untuk menanggapi perjodohan itu. Alisha, tidak mengatakan setuju ataupun tidak setuju. Senyum ramah yang alisha berikan sebagai jawabannya saat itu.

Menjahili anak perempuannya dengan mengatakan alaric akan dijodohkan awalny-tidak terlintas dibenak, alisha. Hanya karna dirinya merasa sudah lama tidak berseteru dengan anak perempuannya itu, tiba tiba ide itu muncul begitu saja dikepala, alisha.

Pada akhirnya, masing masing perempuan itu berhasil diamankan oleh pria mereka masing masing. Ivan, yang langsung membawa alisha masuk kedalam kamar, begitu juga alaric, yang langsung membekap mulut aira agar tidak terus mengomel pada, alisha. Alaric takut jika mulut alisha akan berkata yang berlebihan dan akan menyakiti hati alisha.

Tapi, sayangnya. Perseteruan itu masih berlanjut hingga keesokan harinya. Aira, hatinya masih belum tenang. Padahal alisha sudah mengatakan jika dirinya hanya bercanda.

"Dosa tau ga kamu ngeliatin mama kaya gitu"

Aira menatap tajam ke arah alisha. Meyipitkan matanya. Kedua tangannya terlipat di depan dadanya. "Mama yang dosa udah nakal sama anak nya"

Unexpected BondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang