Chapter 10

15.9K 953 1
                                    

Calista dan Denzel tak kuasa mengalihkan pandangan dari satu sama lain. “Apa kabar?” Denzel menjawab dengan suara dingin yang tenang.

Mata Calista berbinar, “Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?”

Denzel, “Aku juga, aku baik-baik saja. Bagaimana kabar Bibi, Paman, dan Arslan?”

Calista, “Ya, ibu, ayah, dan Kak Arslan semuanya dalam keadaan sehat.”

Calista menunduk sebentar sebelum melanjutkan perkataannya dengan malu-malu. “Bagaimana menurutmu?” tanyanya sambil menarik gaunnya dengan canggung.

Tingkah laku gadis itu mengundang senyum dari sudut bibirnya terangkat ke atas. “Kelihatannya bagus untukmu....” Mata Denzel menatapnya dengan hangat dari atas ke bawah sebelum dia menyelesaikan perkataannya dengan senyum lembut. “Lebih baik dari yang kubayangkan.”

Hati Calista tulus bagai musim semi, dia malu-malu menyembunyikan wajahnya yang memerah dan dia berkata, “Terima kasih.”

Dari kejauhan, Tuan Evangelin dan Nyonya Evangeline (orang tua Calista) melihat mereka berdua saling berpandangan dengan canggung. Mereka tidak dapat menahan senyum.

“Sayang, bagaimana menurutmu? Mereka terlihat dekat, bukan?” Nyonya Evangeline menyeruput tehnya dengan gembira.

“aku harap begitu. aku tidak ingin memaksa mereka, lagipula, apa yang lebih buruk dari pernikahan tanpa cinta?” Tuan Evangeline mendesah saat berbicara.

Nyonya Evangeline, ya, aku sudah lama tau kalau Denzel Menyukai Calista. Tapi, untuk Calista, aku masih belum yakin.”

Tuan Evangeline  menatap istrinya dengan ekspresi khawatir dan mengerutkan kening. “Tidak apa- apa, menurutku, sepertinya musim semi telah tiba bagi mereka berdua.”

Adelia baru saja keluar dari kamar mandi, tetapi sesuatu yang tak terduga terjadi! ‘Calista sedang berbicara dengan pria lain selain Eric dengan gembira! Dan orang yang sedang diajaknya bicara adalah Denzel yang terkenal! Bagaimana itu bisa terjadi? Tidak mungkin dia berubah pikiran?! ‘ Dia mengepalkan tangan.

‘Aku harus melakukan sesuatu!’

Ketika Denzel pergi untuk berbicara dengan tamu lain, Adelia menjalankan rencananya. Dia mengambil minuman dari meja dan mencampur sesuatu dengan minuman itu dengan tenang sebelum membawanya ke Calista.

Adelia menawarkan minuman pada Calista sambil tersenyum manis, menyembunyikan rencananya yang mengerikan. “Calista, ini minumannya!”

Tatapan mata Calista dingin. Dulu Adelia juga memberinya minuman yang sama yang dicampur dengan obat pencahar. Karena itu, Calista terjebak di kamar mandi selama berjam-jam dan tidak dapat menghadiri pesta. Semua orang benar-benar kecewa dengan Calista dan meremehkan Keluarga Evangeline karena dia.

Calista berpura-pura meminumnya dan menyeka mulutnya dengan handuk. Tepatnya, dia meludahkan minuman itu ke handuk tanpa terlihat oleh Adelia. Dia terus bersikap naif kepada Adelia sebelum mengucapkan selamat tinggal.

Setelah Denzel selesai berbicara, Calista melanjutkan pembicaraannya lagi dengan Denzel dan memutuskan untuk berjalan ke balkon. Denzel tidak banyak bicara, ia sering menggunakan ‘Hm’ atau anggukan untuk mengiyakan pertanyaan Calista, hanya beberapa kata yang keluar dari bibirnya. Mereka melanjutkan percakapan mereka sambil mengamati bintang- bintang dari balkon untuk membicarakan banyak hal.

Calista menatap langit malam dan menghirup udara bersih, ketika tiba-tiba bintang jatuh menghiasi langit malam.

Calista menunjuk jarinya ke langit dengan gembira. "Denzel, lihat ada bintang jatuh! Cepat, buat permohonan!" Dia menggenggam tangannya di depan dadanya dan membuat permohonan dalam hatinya.

Denzel, di sisi lain, terus memfokuskan pandangannya pada gadis itu. Jauh di dalam hatinya, Denzel membuat permohonan dalam hati, 'Tolong buat dia bahagia'.

Keduanya menatap langit dan berbincang sejenak. Calista tiba- tiba teringat sesuatu dan melihat jam di ponselnya.

"Ah! Denzel, saatnya memotong kue ulang tahun!" Dia bergegas berjalan ke pintu ketika tiba-tiba kakinya yang lincah tergelincir. Sebagai refleks, Calista menutup matanya dan menunggu benturan.

Namun setelah menunggu beberapa saat, rasa sakit yang diharapkan tidak kunjung datang! Calista perlahan membuka matanya, bulu matanya bergerak-gerak seperti kipas kecil.

Lengan Denzel yang kuat memegang pinggangnya dan melindungi tubuhnya agar tidak terjatuh.

Di mata Calista, dia bisa melihat wajah Denzel lebih dekat dari sebelumnya, wajahnya tampak sempurna.

Wajah Calista memerah, dia sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Denzel, dalam hatinya dia mengutuk, 'Ya Tuhan! Dia terlalu tampan, apakah Tuhan membutuhkan waktu lebih lama saat menciptakannya? Ini curang. Aku tidak bisa tenang. Hati kecilku hampir meledak!'

Dia Tunanganku! : Aku Kembali ke Masa Lalu dan Memilihmu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang