Detak jantungnya perlahan meningkat, namun, bukan jantung Calista yang gelisah... Melainkan para lelaki di dalam kelas.
Mereka menatap Calista yang hendak melihat rak meja dan tidak dapat berkedip karena gugup. Calista memasukkan tangannya ke dalam dan meraihnya. Bibirnya berkedut, 'Hah? Sampah tidak terasa seperti sampah?'
Calista menarik tangannya dan lusinan coklat keluar. Dia terlalu terkejut hingga matanya terbelalak.
Cokelatnya bervariasi dalam warna dan jenis. Matcha, dark, white, cookies & creme, strawberry, mixed nuts, dan rasa-rasa aneh lainnya.
Calista, "....
"Apa yang terjadi? Sebuah lelucon? Bukankah hari Valentine sudah berlalu?"
Dia buru-buru mengambil ponselnya dan memeriksa tanggal. 'Masih bulan April? Ini bukan hari Valentine atau White Day, jadi apa ini?'
Sejak kehidupan sebelumnya, ini adalah pertama kalinya dia dikagumi oleh para lelaki dan mendapatkan hadiah. Ini adalah pertama kalinya dia memiliki penggemar, jadi dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
Calista memperhatikan sebuah catatan kecil berwarna merah muda yang terkubur di antara tumpukan coklat, ia mengambil catatan itu dan senyum pun muncul di wajahnya.
(Selamat Ulang Tahun!, dari semua teman sekelas di kelas)
Ini adalah pertama kalinya dia mendapat hadiah dari teman- teman sekelasnya, dia merasa begitu bahagia hingga tanpa sadar dia menyunggingkan senyum tulus.
Anak laki-laki dan bahkan anak perempuan yang menantikan reaksi Calista tercengang melihat senyumnya, sungguh luar biasa.
Calista berdiri dengan canggung dan membungkukkan badannya dengan ringan dari sudut kelas. “Semuanya, terima kasih banyak atas hadiahnya.”
Suaranya memenuhi telinga orang-orang yang terdiam, yang menjadi membeku karena terkejut.
Sejak saat itu, seluruh sekolah mulai memanggil Calista “Malaikat”
Calista berjalan pulang dengan gembira sambil bersenandung gembira. Hari ini, dia menerima banyak coklat yang sangat disukainya, membuat ulang tahunnya semakin istimewa.
Sebuah pertanyaan muncul di benaknya, ‘Bagaimana mereka tahu kalau aku suka coklat?’
Calista berjalan ke pintu masuk rumahnya sambil memakan salah satu coklat yang baru saja diterimanya. Pandangannya berhenti pada sofa, bukan sofa itu, melainkan pada pria yang sedang duduk di sofa itu.
Calista melepaskan tangannya karena terkejut dan coklatnya terjatuh, ‘Denzel!’
Calista baru sadar kalau cokelatnya terjatuh dan dengan kikuk mengambilnya dan menyembunyikannya di sakunya sambil merapikan rambutnya dan berjalan ke arah Denzel.
“D..Denzel” Calista batuk pelan untuk membersihkan tenggorokannya dan memanggil nama Denzel dengan nada lebih rendah untuk menyembunyikan kegembiraannya.
Denzel menatap gadis itu. “Calista, kau sudah kembali.”
Calista, “Ya...”
Denzel, “Bagaimana sekolahmu?”
Mata Calista langsung berbinar, “Asyik sekali, hari ini aku dapat hadiah ulang tahun!!”
Melihat wajah cerah gadis itu, Denzel tertawa kecil. Dia melihat jam tangannya dan berdiri. “Kalau begitu aku akan kembali.”
Mendengar perkataannya, wajah Calista berubah muram, “Sudah mau pulang?”
Denzel membelai rambut gadis itu dengan sayang, “Aku harus mengejar pesawat, jangan khawatir, aku akan kembali nanti.”
Calista menjadi senang saat mendengarnya. “Denzel, Umm...” dia menunduk dengan ragu dan gugup.
“Ada apa?” ketika Danzel melihat ekspresi aneh gadis itu alisnya berkerut.
Calista mengeluarkan selembar tiket dari sakunya sambil dengan gugup mengajaknya berkencan. “Kau akan kembali Rabu depan, kan? Apa kau mau pergi bersamaku... Minggu ini?”
Denzel membeku, wajahnya masih tanpa ekspresi, tetapi kali ini wajahnya yang tanpa ekspresi memiliki arti yang berbeda. Dia terlalu terkejut sehingga dia lupa menunjukkan emosinya.
Denzel membungkuk mendekati gadis itu dan mengelus pipi gadis itu dengan jari-jarinya yang panjang. Jarak mereka hanya beberapa inci dari wajah masing-masing. “Tentu saja...”
Senyuman Denzel membuat jantung kecil Calista hampir melompat keluar dari dadanya dan terbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Tunanganku! : Aku Kembali ke Masa Lalu dan Memilihmu!
FantasyDulu, Calista Evangeline pernah ditipu, dikhianati, dan di saat kematiannya, dia akhirnya mengerti betapa berliku-liku takdirnya. Orang tuanya telah meninggal dan kakak laki-lakinya dijebloskan ke penjara. Dia menyadari bahwa semuanya adalah kesala...