011. Cemburu?

1.6K 137 15
                                        

Mobil yang mereka tumpangi berhenti halaman rumah Rachella membuat seseorang yang duduk di kursi kemudi pun menoleh ke samping. Pada wanita yang sejak duduk di sampingnya telah tertidur dengan begitu pulasnya.

Tidak biasanya wanita itu tidur di siang bolong begini, di hari kerja dan kadang membuat wanita itu sibuk sehrian. Dia bahkan sanksi jika wanita di sampingnya ini akan tidur cepat di malam hari. Namun kali ini, entah apa yang membuat wanita itu bisa tidur sepulas ini.

Arsen melipat kedua tangannya di dada, kedua matanya sempat melirik jam di pergelangan tangannya. Hampir satu jam perjalanan untuk tiba di sana, namun wanita di sampingnya tampak masih betah memejamkan matanya.

Kembali menoleh pada wanita di sampingnya. Arsen mengulurkan tangannya. Bersamaan dengan itu, tubuh itu bergerak, membenarkan letak duduknya dan seolah mencari tempat nyaman untuk posisi tidurnya. Sampai, nyaris saja kepala itu membentur pintu mobil jika ia tidak secepat kilat memegang lengan atas wanita itu. Agar gerakannya terhenti.

Ada lenguhan panjang, yang pelan-pelan membuat genggaman Arsen di lengan itu pun mengender sebelum terlepas. Membuat kedua mata itu pun berangsur-angsur terbuka dan menoleh ke arahnya. Senyum itu seketika terbit menghiasi wajahnya.

"Aku ketiduran, ya?"

"Ngapain aja semalam, kamu sampe kelihatan capek begini?"

Rachella mencebik, wajahnya sedikit merenggut karna nada suara pria di sampingnya yang terdengar begitu ketus.

"Iya lah, capek. Orang dari semalam kamu marah-maahin aku terus. Galak-galakin sampe aku kesel. Udah kesel begitu, emangnya aku bisa tidur?"

"Aku nggak akan marah-marah kalau apa-apa kamu ngomong." Ucapan itu, bersamaan dengan tangan Arsen yang menarik pipi Rachella, membuat wanita itu merengek kesal karna pipinya yang di cubit. Sampai tak lama cubitan itu pun berubah menjadi usapan lembut.

Memutar sedikit tubuhnya, Rachella duduk sedikit menghadap ke arah tunangannya itu. Kedua matanya memicing dengan tatapan serius. "Emanganya kalau aku ngomong, minta kamu datang jemput aku. Kamu bakal langsung datang?"

"Nggak." Jawab Arsen tanpa pikir panjang. Membuat Rachella seketika menepis tangan yang kini masih mengusap pipinya.

"Ya udah, kalau gitu ngapain aku ngomong." ketus Rachella, tangannya langsung membuka sabuk pengaman, membuka pintu dan hendak keluar. Namun gerakannya tertahan saat tangan seseorang menahan lengannya. Membuatnya pun segera menoleh.

Arsen berdecak, tangannya menarik tubuh itu agar kembali duduk. "Aku becanda."

"Becanda kamu nggak lucu."

"Ra,"

"Bisa nggak sih, kamu sekali-kali itu jangan terlalu egois?"

Arsen mengatupkan bibirnya rapat. Entah karna ucapan Rachella, atau tatapan mata wanita itu yang kini berubah nanar.

"Aku capek banget liat kelakuan kamu yang begini."

Ada tarikan nafas kasar, lalu. "Iya, maaf." Membuat Rachella pada akhirnya pun mengangkat wajahnya. Bibirnya mencebik saat pria di sampingnya menarik tangannya yang kini berada di dalam genggaman tangan pria itu, membawanya ke atas paha pria itu.

Pria itu tidak mengatakan apa-apa. Namun entah mengapa, tatapan mata pria itu membuat Rachella seakan melupakan kemarahannya. Hingga kini dia pun kembali menggeser duduknya. Menghadap ke arah pria itu yang kini masih menggenggam tangannya.

"Aku mau maafin, tapi dengan satu syarat."

Arsen mendengus kesal. Tapi tidak ada kata-kata yang keluar dari bibir pria itu, membuat Rachella pun meneruskan ucapannya.

STAY (Titik Henti) (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang