Lara menghela nafas melihat kondisi rumahnya yang berantakan. Ruang tamunya dipenuhi oleh botol-botol yang bewarna hijau dan beberapa putung rokok. Semenjak kedua orang tuanya meninggal, kondisi rumah tidak pernah rapi, damai dan aman untuk Lara.
Di atas sofa terdapat seonggok manusia dengan tampilan yang tidak bisa dikatakan baik. Rambut panjangnya yang kusut, wajahnya yang kusam dan mata memerah.
"Cih, mati kek lo!" Orang yang baru saja bangun dari tidurnya mendecih saat melihat keberadaan Lara.
"Kekem.." Lara memanggilnya dengan lirih. Lara tidak tega melihat kondisi orang yang ada di hadapannya ini. Lara ingin kekem-nya seperti dulu lagi.
"Jangan panggil gue dengan nama itu, gue gak sudi! Harusnya lo yang mati anjing! Enyah lo dari hadapan gue!" Orang itu mendekati Lara, ia menjambak rambut Lara dan menyeretnya menuju kamar mandi. Setelah itu ia menghidupkan shower dan menyiram Lara. Tidak cukup sampai di sana, untuk adegan terakhirnya, kepala Lara di hempaskan ke dinding kamar mandi satu kali hentakan dengan tenaga yang sangat kuat.
Lara menahan rasa sakit yang ia terima, ia ikhlas dengan apa yang terjadi. Menurutnya ini adalah balasan setimpal untuk dirinya.
"Gue benci banget sama lo!" Orang itu meninggalkan Lara begitu saja.
"Babar juga sayang sama Kekem." Lirihnya memandang punggung kekem dengan matanya yang buram karena air dari shower yang terus menyiraminya.
***
"Al, udah pulang nak?" Baskara, ayahnya menyimpan koran yang baru saja ia baca saat mendengar suara pintu terbuka.
"Belum yah, Al masih di angkot." Jawab Altian dengan wajah seriusnya. Ayahnya terkekeh mendengar itu.
"Lagian ayah nanya yang udah tau jawabannya, kalau belum pulang gak mungkin Al ada di sini." Altian meletakkan tasnya dan beberapa paper bag di atas meja, lalu ia ikut duduk di samping ayahnya. Ayahnya yang melihat paper bag tersebut geleng-geleng kepala, anaknya ini sudah seperti artis papan atas saja, setiap pulang ke rumah pasti membawa hadiah.
"Hadiah lagi?" Tanya Baskara
"Iya yah, lama-lama kamar Al penuh sama barang-barang lucu ini. Beberapa hadiah ada yang bisa di pake, sebagian lagi cuma pajangan doang. Mau di buang tapi sayang, apa Al jual ulang aja ya yah?" Terlihat kerutan di dahi Altian pertanda ia sedang berfikir.
"Tegasin ke fans-fans kamu untuk berhenti kasih hadiah." Saran Baskara, lalu ia membuka tas Altian dan memeriksa buku-buku pelajaran Altian pada hari ini. Tulisan Altian rapi dan bersih, tapi ada tulisan yang membuat matanya sakit.
"Udah Al tegasin yah, tapi mereka tetap kasih." Altian menghela nafas.
"Ini nilai kamu jelek banget Al, ayah dong, walaupun suka bolos sekolah, tapi nilai ayah tinggi-tinggi." Celetuk Baskara mengejek.
"Kemampuan Al cuma segitu mau gimana lagi? Tapi ayah patut me apresiasi, itu Al bikin mikirnya pake otak sendiri bukan mbak google kayak temen-temen Al." Bangganya lalu ia menepuk dadanya dua kali dengan alisnya di naik turunkan menatap Baskara.
"Anak ayah emang sangat amanah, terus jadi orang yang seperti itu ya. Nilai gak menjamin masa depan kok, kepercayaan dan attitude nomor satu."
"Siap yah!"
"Yasudah, mau jalan-jalan sore? Ayah udah isi full bensin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not me
Teen FictionPokoknya tentang kehidupan Altian dan Lara deh. Sengaja gak kasih deskripsi karena aku bingung mau kasihnya kayak gimana😭 Sampul by pinterest. Cerita yang aku bikin di waktu luang, murni hasil pemikiran sendiri, seratus persen tidak ada unsur plagi...