3.

30 14 2
                                    

Angkot yang dinaiki Lara terlihat masih sedikit penumpang. Supir angkot belum menjalankan mobilnya menunggu barang kali masih ada orang yang naik. Benar saja, beberapa orang naik ke angkot dan salah satunya adalah anak sekolah yang seragamnya sama dengan Lara.

"Eh Tian?" Lara memangku tasnya agar tempat yang ia duduki menjadi lapang, dan ia mempersilahkan Tian duduk di sebelahnya. Walaupun tadi di sekolah ia sempat kesal dengan Altian, tapi rasa sukanya mengalahkan rasa kesalnya kepada Altian.

"Thanks."

"Kalau dihitung, ini udah yang ketiga kalinya kita ketemu gini dan gue masih gak tau nama lo?" Ujar Altian tiba-tiba.

Mendengar itu Lara mengulurkan tangannya dan ia memperkenalkan dirinya. "Kenalin, aku Dilara Haniwa, orang-orang biasanya manggil aku Lara."

"Salam kenal." Sahut Altian.

"Salam kenal juga Tian."

"Cuma lo doang yang manggil gue Tian."

"Bagus dong, berarti itu panggilan khusus dari aku."

"Hmm kalau gitu gue juga mau kasih lo panggilan khusus juga, gue panggil lo Hani."

Lara tersenyum sumringah mendengarnya.

"Hani, cocok sama lo, nama dan orangnya sama-sama manis." Lara berusaha menyembunyikan rona merah yang tiba-tiba saja muncul di kedua pipinya. Altian ternyata juga bisa menggombal.

Altian terkekeh melihat itu, lucu sekali Lara ini.

"Kiri bang!" Angkot tiba-tiba merem mendadak membuat penumpang yang berada di dalam angkot terayun ke arah depan. Altian menahan tubuh Lara agar gadis itu tidar tersungkur.

Beberapa penumpang turun dari angkot. Setelah itu, angkot berjalan kembali.

"Rumah lo dimana?" Tidak habis topik, Altian mengajak Lara berbicara kembali.

"Di perumahan Bunga Setangkai."

Kening Altian berkerut, perumahan yang disebut Lara adalah perumahan elite. Berarti Lara merupakan anak orang yang berada, tapi gadis itu tidak gengsi naik angkot dan mau berdesak-desakan di dalam angkot yang panas.

Lara, mendapatkan nilai plus di mata Altian.

10 menit kemudian, giliran Altian untuk turun, karena angkot sudah sampai di gang perumahannya.

"Hani, gue duluan ya, hati-hati oke?"

Lara mengangguk, "kamu juga hati-hati ya."

Altian membentuk jarinya 'OK' setelah itu ia turun dari angkot. Waktu membayar angkot ia menitipkan Lara kepada supir angkot yang ternyata adalah kenalam Altian juga.

"Bang, titip cewek yang pakai seragam kayak gue ini ya, badannya kecil, mudah terbang, bawa angkotnya baek-baek ya bang."

"Pacarnya ya?" Tanga supir angkot tersebut.

Altian menyahuti supir angkot dengan tertawa saja. Setelah itu ia mulai menyelesuri jalan menuju rumahnya.


Tangannya ia masukkan ke dalam saku, ia bersiul menikmati perjalanannya.

Terlihat sebuah mobil mewah bewarna hitam berselisih dengan Altian. Kaca mobil tersebut terbuka memperlihatkan orang yang ada di dalamnya. Orang tersebut adalah Dante, guru muda di sekolah Altian. Dan di sebelah Dante ada seorang gadis dengan pakaian terbuka.

Not meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang