"Aku membencimu, Ren. Sshh..." Bibir cantik itu mencaci orang yang sedang memuaskan bagian sensitif di bawah sana.
Tak ada jawaban karena mulut Darren sedang bekerja.
"Ahhh... Jangan berlama-lama di sana. Langsung saja. Nngh..., ini terlalu panas."
Yang diajak bicara tak peduli, dia terus mengulum benda itu sampai memuntahkan lahar.
"Nghhh..."
Tanpa jeda, Kenzie mendorong dan mencekik leher mantan suaminya. "Kau bajingan yang selalu memperdayaku dengan feromon sialan itu. Aku sudah pergi jauh sesuai permintaanmu, tapi mengapa kau masih saja menggangguku?"
Darren menggeleng ribut, meski nafasnya mulai sesak, dia berusaha tak terpancing emosi, tak ingin menyakiti orang yang dicintainya.
"A-aku..., ti-tidak..., mela-kukannya, Zie."
Kenzie mencekik sangat kencang.
Meski emosi, tapi birahi Kenzie belum terpuaskan. Dia baru mengalami satu kali pelepasan, yang dibutuhkan lebih dari ini.Darah kembali menetes dari hidung dan telinga. Cengkraman pada leher Darren perlahan mengendur, sang Alpha sadar, Omega-nya tak baik-baik saja.
"Maaf aku harus melakukan ini untuk menyelamatkanmu." Mengeluarkan sedikit kekuatannya untuk membuat Kenzie patuh, tubuh Omega itu di bungkukkan ke kloset, hingga dengan mudah Darren menghujamnya.
"Aku akan mengutukmu setelah ini,” teriak Kenzie lagi. "Nnggh..., lakukan lebih cepat. Aahh...."
Sang Alpha terkekeh, mantan Omega-nya selalu menggemaskan dalam setiap keadaan. Makiannya justru membuat Darren semakin bersemangat memompa pinggulnya.
"Renhh...,nghh..."
"Aku tahu sayang, tumpahkan semuanya. Sshhhh..."
Kenzie basah untuk kedua kali, tapi Darren belum berhenti karena tau ini belum cukup.
Tubuh Kenzie berpindah menempel pada dinding, sedikit menungging memberi akses pada Darren agar lebih mudah memasukinya. "Ughh!" hujaman itu terasa menyentuh titik nikmat sang Omega, Darren merapatkan tubuh dan menggenggam kedua tangan Kenzie yang menempel di dinding. Sementara pinggulnya terus bekerja di bawah sana.
"Ahhhh... " Pelepasan ketiga, Kenzie mulai terengah.
"Apa itu sudah cukup, sayang?" tanya Darren, membalik tubuh Kenzie agar mereka berhadapan. Tangannya mengusap sisa darah di sudut bibir sang Omega. Tapi sepertinya belum, karena bagian selatan Kenzie masih menegang dan Darren juga belum mengalami pelepasan.
Ruangan ini sangat sempit, hingga mereka tak leluasa bergerak. Kenzie mendudukan diri di closet dengan mengangkat satu kakinya bertumpu di tepi, Darren yang mengerti langsung menghujamnya lagi.
Ini sangat gila, bahkan saat masih menikah saja, mereka tak pernah se-liar ini dalam bercinta. Setidaknya mereka tidak pernah melakukan di toilet umum. Kenzie sungguh kehilangan akal dan sepertinya Darren juga sama.