Chapter 6 : Mr Comfort

148 42 0
                                    

Latihan pegangan tangan. Sepertinya ini adalah hal paling konyol seorang laki-laki dan perempuan umur 24 tahun lakukan saat karantina mandiri. Namun, Alunan dan Arka seolah kompak, mereka melakukan latihan ini agar perasaan keduanya untuk menulis dan menggambar yang tersalur melalui sentuhan tangan satu sama lain akan semakin terbentuk.

Terkadang Alunan dan Arka berjalan bersama sambil bergandengan tangan mengelilingi dapur, ruang tamu, lalu berakhir di balkon. Kadang-kadang juga keduanya berpegangan tangan saat makan. Ini menyulitkan sebenarnya karena ada kalanya mereka butuh menggunakan dua kanan.

Namun, momen berpegangan tangan yang paling Alunan dan Arka suka adalah saat seperti ini. Keduanya duduk di sofa, televisi menyala dengan film series kesukaan, badan mereka diselubungi selimut, sedangkan kedua tangan terus bertautan.

"Capek nggak sih pegangan tangan terus, Ka?" tanya Alunan di tengah-tengah film yang berputar.

Arka menoleh. Keningnya berkerut. "Kenapa capek?"

Kedua pundak Alunan mengedik. "Ya, capek aja mungkin. Kayak ... ngapain coba kita pegangan tangan kayak gini? Sekali dua kali juga bisa. Kenapa jadi keterusan?"

Bukannya menjawab, Arka malah tersenyum seraya kembali menatap televisi. "Mungkin keterusan karena udah ngerasa nyaman kali, Lun. Sampai-sampai ngerasa kalau ngelepasin pegangan tangan ini kayak kehilangan banget."

Untuk sesaat Alunan terdiam. Dia berusaha mencerna ucapan Arka. Nyaman dipegang tangan oleh Arka? Benarkah?

Iya. Alunan menelan ludah banyak-banyak. Tanpa sadar tatapannya tertuju pada tangannya dan Arka yang saling bertaut erat.

Pikiran-pikiran buruknya mulai kembali datang mengusai dirinya. Salah satunya adalah, bagaimana jika dia terlalu nyaman berpegang tangan dengan Arka, di saat momen kencan mereka semakin lama semakin mendekati tanggal jatuh tempo? Sembilan hari lagi dan semuanya akan kembali normal.

Tiba-tiba saja terdengar suara bersin kuat. Refleks, Alunan mendongak. Matanya membulat saat mendapati tubuh Arka bergoncang pelan. Kemudian, cowok itu buru-buru membuang muka dan menyeka area hidungnya dengan tisu.

"Arka, kamu baik-baik aja?" tanya Alunan. Dia berusaha menyentuh kening Arka, tapi cowok itu menepisnya.

"Aku baik-baik aja kok, Lun." Arka menoleh, lalu meringis. "Kemasukan debu tadi."

Alunan mengangguk. Entah kenapa cara Arka menepis tangannya sedikit membuat cewek itu kecewa.

Sekarang sebuah perasaan konyol lain muncul dalam diri Alunan, dia ingin menyentuh wajah Arka. Tidak bolehkah?

***

Salah satu kebiasaan baru yang Alunan lakukan sejak karantina, terutama setelah berpacaran dengan Arka, menghabiskan waktu di ruang tamu. Apalagi hari sudah mulai memasuki sore. Jendelanya di ruang tamu yang menghadap balkon selalu menampakkan langit keemasan yang indah, terlebih posisi unitnya memang menghadap ke arah barat.

Namun, sambil menunggu langit benar-benar jingga keemasan, Alunan memilih untuk bermain ponsel. Senyum di wajahnya tidak pernah pudar, terutama saat membaca satu per satu komentar pembacanya.

@salahfengshui : tau g? Gw berasa ikut jatuh cinta pas baca cerita ini. Good job, thor!

@salahjalan : Thor, kmrn2 cerita romancenya garing, tp ini kayak orang kesemsem. Jatuh cinta ya?

@ijoroyoroyo : Thor, tutor dapatin pacar pas pandemi dong?

Tawa Alunan meledak. Entah mengapa semua orang seolah menebak kondisinya dengan benar. Iya, dia sedang berpacaran sekarang. Benar juga pacarnya selalu membuatnya berbunga-bunga. Namun, tidak, dia tidak jatuh tidak. Tepatnya, dia tidak boleh jatuh cinta.

My Quarantine Boyfriend (Novelet)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang