Chapter 5 : An Agreement

144 41 2
                                    

Konferensi meja kotak, sepertinya itu kata yang cocok untuk menggambarkan apa yang sedang Alunan dan Arka lakukan saat ini. Keduanya sedang duduk di meja makan untuk dua orang. Sebuah kertas sobekan dari tengah buku dan juga pulpen ada di antara mereka.

Alunan tahu membuat hal-hal seperti ini terkesan konyol dan selayaknya drama-drama romantis yang dia tonton. Namun, jika dipikir dalam-dalam, sebuah perjanjian memang diperlukan untuk membentuk batasan. Nantinya batasan itu akan mengamankan hubungan mereka sebenarnya setelah karantina, persahabatan.

Beruntungnya, Arka tidak terlalu banyak protes. Cowok itu malah yang langsung membereskan kekacauan di meja makan, lalu duduk tanpa melepaskan celemeknya.

Meski begitu, baik Arka maupun Alunan hanya diam saling menatap canggung. Perubahan ini terlalu mendadak. Sampai-sampai bukan hanya canggung, tapi keduanya saling meringis kebingungan.

"Jadi, apa yang mau kita tulis?" tanya Arka, memecahkan keheningan panjang.

Nggak tahu! Alunan ingin meneriakan itu. Namun, dia terlalu gengsi karena ini ide konyolnya. Selain masalah kapan berakhirnya, tetapi dia butuh hal lain juga untuk digaris bawahi dalam masa pacaran mereka.

"Take your time," ucap Arka. Cowok itu malah dengan asyik mengotak-atik ponsel.

Selama beberapa menit panjang, satu-satunya yang Alunan lakukan hanyalah menulis judul perjanjian ini.

Perjanjian Pacaran

Pihak pertama : Alunan

Pihak kedua : Arka

"Udah," ucap Alunan dengan bangga. "Udah nulis prolog-nya."

Arka melirik sejenak. Tawanya langsung membahana, Tahu-tahu saja cowok itu mengacak-acak puncak kepala Alunan sambil memasang ekspresi gemas.

"Ada-ada aja kamu."

Seketika mata Alunan membulat mendengar Arka menggunakan kamu, bukan lo. Seingat cewek itu, salah satu kedekatan hubungan mereka adalah bagaimana Arka membantunya menyesuaikan diri dengan gue-lo agar tidak ada cowok yang terbawa perasaan. Tidak lagi berkata terlalu lembut dan penurut juga adalah salah satu yang Arka ajarkan saat masuk kuliah.

"Kamu?" Alunan mengulang ucapan Arka. Mungkin dia salah dengar.

Hanya saja anggukan Arka membuat Alunan sedikit membuka mulutnya. Cowok itu tiba-tiba saja mengetuk permukaan kertas di tengah-tengah mereka.

"Nomor satu." Arka mulai mendikte kalimat untuk Alunan. "Pihak pertama dan kedua wajib menggunakan kata ganti aku dan kamu selama berpacaran."

Alunan mendongak. Matanya mengerjap. "Kenapa?"

"Bukannya gitu ya perubahan status teman atau sahabat terus jadi pacar di sini?" Arka malah balik bertanya. "Dulu aku pernah bilang kan, Lun, menggunakan kata aku dan kamu itu terkesan intim di sini. Kita pacaran, wajar kalau panggilan intim itu punya kita. Kamu juga katanya mau pacaran, make it more realistic."

Alunan menghela napas dalam, lalu mengangguk. "Fine."

1. Pihak pertama dan kedua WAJIB menggunakan aku dan kamu dalam percakapan.

"Terus apa lagi ya ...." Alunan bergumam. Sesekali mengetuk-ketuk ujung pena itu ke kertas.

Seketika senyum Alunan mengembang lebar. Sebuah ide muncul di kepalanya. "Aku tahu!" ucapnya penuh semangat.

2. Batas pacaran pihak pertama dan kedua harus wajar dan normal pada umumnya. Tidak boleh keluar jalur apalagi sampai menuju porno.

"Porno?" Arka menata Alunan dengan kening berkerut. "Maksud kamu nggak boleh sampai hubungan s–"

My Quarantine Boyfriend (Novelet)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang