Chapter 7 : Ms. Caring

122 42 1
                                    

Seumur-umur Alunan hanya pernah menjadi perawat untuk orang tua atau masnya ketika mereka sakit. Namun, Arka menjadi orang pertama yang bukan keluarganya, tapi dia rawat dengan penuh perhatian. Sampai cewek itu rela begadang, tidur di sofa yang sempit, dan memastikan cowok spesial untuknya itu baik-baik saja.

Tatapan Alunan teralihkan pada jam dinding di atas televisi. Ternyata sudah pukul 1 malam. Jalanan di luaran saja juga sudah mulai lengang dan senyap. Tahu-tahu saja cewek itu menguap lebar. Namun, mati-matian dia tahan karena harus merawat Arka yang tidur di kamarnya.

Tadi Alunan sudah mencari beberapa sumber di internet bagaimana menurunkan demam. Selain meminta Arka untuk tidur dengan baju yang lebih tipis dan minum obat pereda demam, cewek itu sengaja mengompresnya dengan air hangat. Ada jeda 3 sampai 4 jam setiap kalinya. Sekarang adalah sesi kedua.

Dengan segera Alunan bangkit dari karpet ruang tamu. Lambat-lambat dia berjalan menuju dapur. Tadi setelah selesai mengompres di sesi pertama, dia sudah membuat air panas untuk ditaruh di termos. Jadi, sekarang dia tinggal menuangkan isi termos ke dalam baskom hingga seperempat bagian, lalu menambahkan air dingin sambil memastikan tingkat kehangatan air pas.

Perlahan Alunan duduk di sisi ranjang Arka, lalu menaruh baskom itu di nakas. Dia meraih kain yang digunakan untuk mengompres Arka. Sudah sangat kering dan dingin karena sudah beberapa jam dibiarkan di atas kepala cowok itu.

Untuk sesaat Alunan memeriksa kembali suhu badan Arka. Sudah turun, tapi masih 37,8 derajat. Setidaknya harus di bawah 37,5 derajat baru cewek itu bisa lebih tenang.

Alunan dengan cekatan mulai merendam kain dengan air hangat yang sudah disiapkan. Dia pastikan kain itu benar-benar tidak meneteskan air, sebelum kemudian menaruhnya di kening Arka.

"Lun."

Panggilan pelan dan lemah Arka seketika menyentak Alunan. Tahu-tahu saja mata cowok itu sedikit terbuka, lalu bersirobok dengan mata milik Alunan.

"Hey, Ka," balas Alunan. Tangannya dengan sendirinya mengusap rambut Arka. "Aku bangunin kamu ya?"

Arka menggeleng. Senyum lemahnya tersungging. Sikap cowok itu yang tetap memasang senyum di tengah-tengah kondisi buruknya di depan Alunan menjadikan hati cewek itu menghangat. Sudah tahu sakit, tapi terus mengusahakan untuk tampak baik-baik saja.

"Istirahat," bisik Alunan. "Tidur yang banyak. Makan dan minum yang banyak juga ya, Ka."

"Kamu juga ... istirahat, Lun."

Lagi-lagi Arka tetap mementingkan Alunan. Padahal cowok itu juga mati-matian terjaga setelah tidak sengaja terbangun malam ini.

"Iya," balas Alunan. "Abis kelarin kompres kamu sekali lagi ya."

Arka mengangguk. Dia memejam. Tahu-tahu saja cowok itu menggeser badannya agak sedikit ke tengah saat Alunan kembali mengambil kain di kening Arka. Cewek itu tidak memedulikannya, mungkin Arka hanya ingin berada di posisi tidur yang lebih nyaman.

Hanya saja saat akan berdiri setelah mengganti kain kompres Arka beberapa kali, tiba-tiba saja tangan Alunan digenggam kuat-kuat oleh Arka. Mau tak mau cewek itu kembali duduk di tepi ranjang.

"Ka, aku mau bawa baskom ini keluar," bisik Alunan.

Gelengan Arka membuat kening Alunan mengernyit. Masih dengan suara lemahnya, dia berkata, "Di sini aja. Kamu ... jangan ke mana-mana."

Napas Alunan tertahan sesaat. Dia terdiam menatap Arka yang kembali memejam, sementara tangannya yang menggenggam kuat tangan Alunan, lalu dia taruh di dadanya erat-erat.

Arka. Alunan menelan ludah banyak-banyak. Sebenarnya dia juga tidak ingin tidur di ruang tamu atau kembali ke kamarnya. Bukan hanya karena dia khawatir, melainkan juga ingin melihat Arka dan memastikan cowok itu baik-baik saja.

My Quarantine Boyfriend (Novelet)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang