"Assalamualaikum, Assalamualaikum, Assalamualaikum!"
Suara lembut itu mengucapkan salam, namun masih terdengar samar di telinga Reza, yang sedang asyik duduk di depan meja belajar sembari membaca jurnal di apartemennya. Memang cuaca lagi kurang bersahabat karena sejam yang lalu turun hujan yang sangat lebat disertai dengan badai dan petir.
Sosok Rina yang sedari tadi berdiri di depan pintu kini mulai menggigil karena seluruh kain yang melekat di tubuhnya sudah basah.
Dengan tubuh yang sudah sangat lemah Rina pun akhirnya pingsan tepat di depan pintu kamar apart Reza. Suara benturan pun terdengar oleh Reza yang sedang berada di dalam kamar ketika tubuh Rina ambruk dan kepalanya membentur di pintu.
"Gedebug."
"Gedebum."
"Brakkk."
"Akh!"
"Suara apa itu?" tegur Reza dengan ekspresi kaget, disusul dengan melepaskan earphones di telinganya dan berlari keluar kamar untuk menyelidik keadaan.
Rina yang dalam keadaan pingsan kemudian diangkat oleh Reza, dan membaringkannya di atas kasur. Ia yang agak kebingungan dengan keadaan Rina ditambah seluruh pakaiannya yang sudah basah kuyup. Dalam situasi darurat tersebut ia tidak berpikir panjang. Ia langsung bergegas mengambil kain hitam dan diikatkan melingkar di kepala dengan maksud untuk menutup matanya.
Selanjutnya, dalam mode mata tertutup ia membuka seluruh pakaian Rina, dan menggantikannya dengan pakaian olahraga yang ia miliki. Kejadian tersebut jelas membuat tangan Reza gemetaran. Terlebih ia juga sangat takut jika tangannya tidak sengaja menyentuh sesuatu yang belumlah halal, namun ia harus tetap melakukannya dengan profesional karena dalam keadaan darurat.
Reza dan Rina adalah kedua mahasiswa berprestasi, yang sedang melanjutkan pendidikan Master di Kanada dengan beasiswa dari pemerintah, yang sudah sangat dikenal yaitu LPDP. Pertemuan mereka berdua bermula ketika sedang mempersiapkan skor IELTS di Kampung Inggris, Pare, Kediri. Tidak hanya memiliki kesamaan karakter dengan segudang ambisi dan prestasi, namun mereka juga memiliki mimpi yang sama untuk melanjutkan pendidikan di Kanada.
Beberapa menit kemudian, Rina pun sudah terbangun di atas kasur Reza dengan tubuh yang masih lemas. Nampak wajah Reza penuh dengan kekhawatiran, dan menunggu waktu yang tepat untuk melemparkan beberapa pertanyaan kepada Rina.
"Apa yang terjadi denganmu," tanyanya penuh dengan kekhawatiran.
"Aku baik-baik aja kok. Cuman agak sedikit lemas aja," jawabnya. Reza menyadari bahwa ada sesuatu yang terjadi pada Rina, namun ia belum siap untuk bercerita.
"Aku antar ke rumah sakit yah. Kebetulan cuaca juga sudah agak cerah," bujuk Reza.
"Ia boleh cuman aku ingin bertanya. Siapa yang telah mengganti pakaianku yang basah," tanya Rina dengan nada pelang dan wajah yang malu.
"Maafkan aku, Rina! Itu semua saya lakukan demi kebaikan kamu, tapi kamu harus percaya bahwa aku melakukanya dengan mata tertutup," jawab Reza sembari menggaruk-garuk kepala.
"Selain itu ... Aaaku--- Aku juga nggak aneh-aneh kok," tambahnya sambil tertunduk.
Rina hanya patuh dengan tawaran Reza dan mengikuti arahannya untuk di antar ke rumah sakit terdekat. Selanjutnya, nampak mereka berdua keluar dari apart dengan segala upaya Reza untuk membantu Rina agar bisa berjalan dengan normal, di mana pundak dan lengannya yang berotot dengan kuatnya menahan tubuh Rina. Burung gereja pun yang berada di taman apartemen menjadi saksi atas kejadian tersebut hingga akhirnya mobil melaju dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Novel: RINDU YANG PATAH
Ficção CientíficaReza dan Rina adalah seorang sahabat yang sedang melanjutkan pendidikan master di Kanada dengan bantuan beasiswa pemerintah yaitu LPDP. Namun, langkah mereka tidak semulus muka artis korea setelah mendapatkan beasiswa bergensi tersebut karena mereka...