Baru saja dewan juri ingin mengumumkan skor di score board, namun sesuatu telah terjadi yang menggelapkan dunia seisi ruangan. Terutama pada Rina yang selama ini belum juga menemukan titik terang pada hatinya yang masih kosong. Gelap yang membikin seisi ruangan langsung menjerit dan berteriak kaget adalah kurangnya intensitas cahaya atau mati lampu.
Directly, mereka pun bersorak.
"Uhhhhhhhh."
"Ulalaaaaaaa."
Kemudian, lampu kamera smartphone menyala secara bersamaan, yang membikin suasana laksana konser grup band rock. Keadaan yang cukup mengintai karena keringat dingin mulai membasahi setiap senti kulit mereka sebab AC juga ikut mati.
Banyak yang sudah mulai tidak tahan dan mengeluarkan nada protes.
"I hope ... being professional, please!
Selang waktu sepuluh menit lebih akhirnya panitia mengabarkan jika terjadi gempa di Provinsi lain di Jepang. Namun, efeknya menyebabkan pemadaman lampu secara total.
"Don't be panic, please!"
"Just a minute!"
Setelah kisaran waktu selama tiga puluh menit mereka mengalami situasi yang lebih menegangkan daripada lomba akhirnya mereka sudah bisa melihat seisi ruangan dengan jelas karena situasi sudah kembali normal.
"Keren, yah! Jepang bisa mengatasi bencana alam dalam kurun waktu tiga puluh menit dengan minim kerusakan dan tanpa korban jiwa."
"Semaju itu mereka dalam membangun peradaban. Padahal dulu mah pernah di luluh lantakkan."
"Iyya, sebab mereka sangat menghargai peranan seorang guru dan tidak melupakan sejarah, sehingga kecintaan mereka terhadap literasi sangat tinggi."
"Ohhh! Seperti itu rupanya. Semoga yah, kita bisa mengambil banyak manfaat selama di Jepang nantinya."
"Harus dong! Kalau perlu kita juga belajar ilmu ninjutsu dan ikut ujian chunin di Konoha." Diikuti ledakan tawa untuk mencairkan suasana.
Beberapa menit kemudian, pengumuman pun sudah keluar di papan skor. Namun sangat disayangkan jika hanya tim UI yang lolos ke sepuluh besar. Tapi, bagi Feny dan teman-temannya mereka sudah sangat bersyukur bisa bertahan sejauh ini. Dan, mereka mendapatkan kesempatan untuk berkompetisi di even internasional serta mendapatkan pelatihan bisnis selama enam bulan di Jepang.
Tertulis jelas jika yang menjadi juara dalam even ini adalah tim Korea Selatan. Disusul oleh Jepang, dan diperingkat ketiga adalah Singapura, dan seterusnya.
"Jangan sedih. Masih ada kesempatan di tahun depan."
"Kita jadikan pengalaman di tahun ini sebagai modal besar untuk belajar lebih disiplin lagi."
"Okay, siap tuan! Hamba siap manut."
"Hahahaha."
Setelah kegiatan ditutup para peserta pun yang lolos seleksi diarahkan menuju ke asrama Tokyo University karena mereka akan mendapatkan pelatihan sampai enam bulan kedepannya. Sedangkan, Prof. Has akan pulang duluan ke Indonesia besoknya.
***
Tangis haru pun terlukiskan di wajah mereka bertiga karena berkat Prof. Has, sehingga mereka bisa berada di Jepang saat ini. Di sisi lain, Prof. Has yang diantarkan oleh Mr. Katagawa menuju ke bandara hanya menahan kesedihan di wajahnya sembari melambaikan tangan agar tidak nampak cengeng. Padahal ia sangat bangga dan terharu dengan pencapaian anak-anak didiknya.
"Hati-hati di jalan yah, Prof!"
"Tunggu kami di Indonesia."
"Kami akan selalu merindukan masakan istri Prof."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Novel: RINDU YANG PATAH
FantascienzaReza dan Rina adalah seorang sahabat yang sedang melanjutkan pendidikan master di Kanada dengan bantuan beasiswa pemerintah yaitu LPDP. Namun, langkah mereka tidak semulus muka artis korea setelah mendapatkan beasiswa bergensi tersebut karena mereka...