Cahaya diam-diam telah masuk ke dalam jiwa melalui jendela kusam yang tidak pernah dirawat dengan bisikan cinta. Sosok tiga sahabat itu pergi meninggalkan asrama Universitas Tokyo dengan langkah kaki yang pelan.
Di depan sudah ada Mr. Katagawa yang menunggu mereka. Hal tersebut ia lakukan karena sudah menganggap bahwa mereka adalah tanggung jawabnya. Mr. Katagawa sangat menghargai sebuah hubungan dan kepercayaan terutama dalam persahabatan.
"Good morning! Are you ready?"
"Morning too sensei. We are ready."
"Our feeling is like a roller coaster."
"I hope next time you can visit Japan to explore more."
"Ohhh ... thank you sensei we hope so!"
Selanjutnya, mereka pun melaju ke bandara. Selama dalam perjalanan sepasang mata mereka memutar ke kiri dan ke kanan untuk menikmati setiap senti pemandangan yang sangat indah, terutama pohon sakura yang sudah mulai bermekaran.
"Ohhhh! How beautiful they are!"
Setibanya di bandara mereka pun berpamitan kepada Mr. Katagawa, dan betapa senangnya mereka ketika Mr. Katagawa memberikan sebuah gifts, yang isi dari kotak tersebut masih dirahasiakan, sehingga rasa penasaran menghantui isi kepala mereka, meskipun sudah berada di dalam bandara.
Selang beberapa menit akhirnya mereka pun berangkat dan pulang ke Indonesia. Cuaca juga sangat cerah, sehingga penerbangan berjalan dengan lancar dan selamat sampai tujuan.
Setibanya di Indonesia, keluarga mereka pun sudah menunggu di depan bandara. Terutama kedua orang tua Rina, di mana ayahnya saat ini sudah bisa berjalan dengan kuat dan sehat walafiat.
"Ibu, Ayah! Anakmu sudah pulang." Rina yang berlari dan langsung disambut dengan pelukan oleh kedua orang tuanya.
"Kamu sehat-sehat aja kan, Nak?"
"Alhamdulillah! Baik Ibu."
"Syukur Alhamdulillah!"
Suasana tersebut membikin malam yang dihiasi bintang-bintang menjadi semakin lengkap setelah melihat mereka kembali menjadi keluarga yang utuh dan bahagia.
Feny dan Rangga yang menyaksikan momen tersebut juga ikut terharu.
"Rangga, lepasin tanganmu dong. Enggak enak tuh dilihat oleh kedua orang tua Rina mesraan kayak gini."
"Siap! Ibu bos."
"Nak! Kami pulang duluan, yah! Apakah kalian ada jemputan?"
"Iyya bentar lagi kok, Bu!"
"Feny, Rangga! Kami duluan, yah!"
"Assalamualaikum! Bye-bye!"
"Walaikumsalam! See you tomorrow."
Kendaraan mereka pun melaju keluar dari area parkiran menuju jalan raya. Nampak Rina sangat bersemangat menceritakan pengalamannya selama di Jepang kepada kedua orang tuanya. Mereka sangat asyik dan menjadi pendengar yang baik.
"Beruntung sekali kamu, Nak! Ibu dulu nggak bisa kuliah. Jadi, hanya bisa ke pasar temani nenekmu jualan. Itu pun cuman naik angkot. Di situ juga Ibu ketemu sama bapakmu sebagai supir."
Ayah Rina hanya bisa tersenyum mendengarkan istrinya juga ikut menceritakan pengalaman masa mudanya.
"Tapi, dulu seru yah, Bu! Maksudnya kalau pengen sesuatu harus usaha dulu."
"Ibu dulu ingin sekali kuliah di UNM karena sebenarnya Ibu juga senang belajar. Tapi, kita bukan dari keluarga kaya. Jadi, ibu cuman memendam dan tidak pernah mengutarakan ke orang tua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Novel: RINDU YANG PATAH
خيال علميReza dan Rina adalah seorang sahabat yang sedang melanjutkan pendidikan master di Kanada dengan bantuan beasiswa pemerintah yaitu LPDP. Namun, langkah mereka tidak semulus muka artis korea setelah mendapatkan beasiswa bergensi tersebut karena mereka...