Apakah hidup terlahir dengan banyak warna, sehingga orang-orang memiliki warnanya masing-masing. Lantas bagaimana dengan hidup yang selalu abu-abu, apakah seseorang yang memberikan warna kepada hidup atau warna yang memberikan keragaman kepada hidup seseorang?
Haru yang bercampur senang pada kedua ekspresi wajah Rina dan Feny sedang terlukis. Hal tersebut juga menandakan bahwasanya hidup mereka sedang diwarnai oleh pemberian sensei Katagawa. Kado tersebut berisikan gelas tradisional cantik buatan perajin Jepang yang disebut Edo Kiriko.
Di dalam kotak tersebut juga berisikan secarik surat yang telah ditulis oleh sensei Katagawa dan sudah ia terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia melalui bantuan penerjemah tersumpah.
"Terima kasih karena sudah menghirup udara di Jepang. Saya menghadiahkan beberapa gelas ini sebagai filosofi kehidupan yang penuh dengan proses.
Gelas cantik ini tidak dibuat dan dibentuk dengan instan. Ia melalui proses yang sangat rumit, melelahkan dan membutuhkan kesabaran tingkat tinggi dalam pembuatannya.
Saya menyadari proses yang sedang kamu jalani saat ini. Tetap sabar dalam menghadapi hidup yang penuh dengan kompleksitas. Sehingga, kalian bisa menjadi gelas cantik dan berkualitas.
Salam hangat,
Mr. Katagawa."
***
Mereka sangat senang dengan berbagai pengalaman yang mereka dapatkan selama di Jepang. Terutama kado yang diberikan oleh sensei Katagawa membikin hati kedua gadis tersebut sangat tersentuh dan langsung mekar dengan subur.
"Fen, aku tidak meyangka ternyata sensei Katagawa bisa memberikan sebuah kado yang sangat filosofis. Serasa dapat mata kuliah satu semester."
"Iyya, nih! Aku juga baru sadar. Ternyata hidup terus berjalan, tapi kenapa banyak manusia yang macet di tengah jalan?"
"Hmmm, maksudnya?" Rina yang ingin memastikan.
"Jadi gini! Kamu sadar nggak, sih! Kalau proses kita masih panjang, dan kita ini masih belum ada apa-apanya, Rin. Di luar sana masih banyak orang yang lebih hebat."
"Iyya, sih! Tapi, bertahap dong! Yang namanya proses harus melalui berbagai tahapan, dan itu tidak instan."
"Iyya! Aku paham, Rin! Cuman kan harus jemput bola."
"Iyya! Iyya! Cannn-tik!"
"Apa sih! Nggak jelas!"
"Hmmm ... Kamu lagi datang bulan, yah?"
"Kalau iyya, kenapa?"
"Ayo, deh! Sayangku aku traktir es krim, yah!" tawar Rina dengan maksud ingin memanjakan sahabatnya.
"Yuk, yuk, yuk! Sekalian kita nonton juga, yah?"
"OK, deh!"
Mereka pum bergandengan tangan meninggalkan lokasi, dan hilang dari pandangan udara selepas mereka melaju ke mall terdekat.
"Kamu nggak ajak si Rangga?" tanya Rina.
"Hmmm ... Nggak!" jawabnya dengan singkat.
"Kenapa, kalian lagi ada masalah?" selidik Rina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Novel: RINDU YANG PATAH
Fiksi IlmiahReza dan Rina adalah seorang sahabat yang sedang melanjutkan pendidikan master di Kanada dengan bantuan beasiswa pemerintah yaitu LPDP. Namun, langkah mereka tidak semulus muka artis korea setelah mendapatkan beasiswa bergensi tersebut karena mereka...