Tandai typo! Supaya bisa diperbaiki, terimakasih..
Malam hari pun tiba. Nevan yang sudah berbaikan dengan Ryan entah bagaimana caranya. Yang jelas sekarang mereka sudah lengket seperti biasanya lagi.
Sekarang waktu makan malam, maid yang sedang menyiapkan semuanya. Setelah semua beres, Nevan dan keluarganya makan malam seperti biasanya.
"Daddy, Nevan ngga mau makan sayurnya, ngga enak," dengan ekspresi yang menatap aneh pada sayuran diatas piringnya.
"Makan saja sayang. Atau kamu ingin dihukum, hm?" Si sulung memang menyeramkan. Hanya dengan mengucapkan kalimat itu Nevan langsung menuruti memakan sayuran yang ada di piringnya.
Reno si kulkas berjalan, irit bicara. Tapi sekalinya bicara tak bisa dibantah oleh siapa pun. Sekali pun itu Daddynya.
"Baby akan tidur bersamaku." Ucapan mutlak itu berasal dari Remi.
"Baby tidur bersama kakak ya."
"Iya kak Rem, Nevan bobonya sama kakak. Tapi nanti Nevan mau nonton film dulu boleh kak? Sebentar aja kok, ngga lama juga ngga papa." Dengan nada memohon dan juga wajah yang memelas. Membuat Remi tidak tahan untuk tidak merjang Nevan dengan kecupan.
"Udah kak, kasian Nevannya capek ketawa terus."
"Iya Dad."
"Yaudah baby cium Daddy dulu dong." Ucap Jac memberi perintah
Cup!
Cup!
Terakhir Nevan mengecup Jac dibibir sang Daddy, tetapi bukan hanya sekedar kecupan. Jac malah melumat bibir anaknya itu dengan lembut.
"Ngh, mhh. Dadd-"
Tiba-tiba lengan Nevan ditarik membuat si empunya duduk dipangkuan si sulung.
Dengan nafas terengah-engah, Nevan mencoba menormalkan pernapasannya kembali.
"Sekarang giliranku," Reno dengan terburu-buru mencium Nevan yang masih mengatur napasnya.
Cup!
"Mm, nhh. Abangh, tunggu," tangan Nevan menahan bibir Reno yang ingin menciumnya kembali.
"Biarin aku napas dulu, sebentar."
"Hm."
Lagi, kali ini Nevan yang mendekatkan bibirnya pada Reno. Dengan melumat bibir Abangnya yang terasa tidak profesional. Nevan memejamkan matanya menikmati lidah sang Abang bermain dengan lidahnya. Permainan Reno memang membuat Nevan terbuai.
Nevan kehabisan napas, lalu Reno pun menyadari itu.
Berpindah pangkuan, sekarang Nevan duduk diatas Ryan. "Baby, abang juga mau."
Cup!
Ryan hanya mengecup lama bibir Nevan. Kasihan melihat Nevan yang terlihat kewalahan.
Dilanjut dengan Vano yang juga hanya mengecup lama bibir Nevan.
Cup!
"Sudah kan, terbagi semua?" Remi bertanya pada semuanya. Mereka hanya mengangguk sebagai jawaban.
Remi membawa Ryan ke kamarnya, dengan Nevan yang digendong Remi ala koala.
Remi menuju walk in closet, berganti baju juga sekalian membawa baju piyama bergambar beruang yang lucu untuk dipakai Nevan.
"Kak, gambar beruangnya imut." Nevan memang suka beruang jadilah banyak baju Nevan yang bergambar beruang.
"Iya imut kayak kamu," jawab Remi sambil mencolek hidung Nevan.
"Iyalah, aku gitu loohh.." Nevan menjawab dengan nada yang menyombongkan dirinya itu.
Selesai mengganti bajunya dan juga baju Nevan, Remi menuju ke kasur king size miliknya.
"Baby, sini sayang," panggil Remi pada Nevan, sambil menepuk pahanya mengkode Nevan agar duduk dipangkuannya.
Nevan duduk dipangkuan Remi dengan posisi berhadapan. Remi memandangi wajah Nevan yang menurutnya begitu sempurna.
Remi melingkarkan tangannya pada pinggang Nevan yang terasa pas dipelukkannya. Sambil sesekali mengecup leher putih Nevan.
"Nnggh, kak geli."
"Kakh, nhh, stoph ka-" Nevan mendesah. Tangan Remi mengelus punggung mulus Nevan.
Nevan memeluk Remi erat, tidak kuat dengan rangsangan yang Remi berikan padanya.
"Sayang kamu begitu indah, sempurna di mata kakak. Kamu milik kakak, hanya milik kakak Nevan."
Cup!
Remi memancarkan nafsu di matanya. Tangan Remi mengelus paha Nevan dengan sensual, sampai Remi mengelus sesuatu dibalik celana Nevan yang menggembung.
"Ah, ngh. Kakh mmh, stoph plishh. Jangan dielus, udah aku capek kak." Nevan memohon pada Remi.
Tangan Remi malah mengocok kepunyaan Nevan, dengan tempo yang tadinya lambat malah semakin cepat temponya.
"Angh, kakh stop. Mmhh, jangan itu sakit kak."
"Sakit? Mau udahan aja?" Tanya Remi tapi tidak sesuai dengan gerakan tangannya yang malah semakin cepat.
Nevan sudah hampir sampai batasnya, tapi Nevan kecewa ketika tangan kakaknya tiba-tiba berhenti. Padahal Nevan akan sampai mengeluarkan sesuatu.
"Ngh, kak kenapa berhenti? Ini sakit kak, tolong bantu Nevan, ah. Angh, tolong bantu Nevan kak," tangan Nevan meraih tangan kakanya.
Remi terlihat tersenyum. Itu bukan tersenyum melainkan bersmrik, Remi yang melihat adiknya yang meminta langsung melanjutkan kembali apa yang Dia lakukan sebelumnya.
"Sayang, apa masih sakit, hm? Kalau sakit kita udahan aja ya, jangan dilanjut."
"Ngg- ngga, jangan berhenti kak. Ini enakh, mm..
Aahh, kak mau pipis, mmh, mau ke kamar mandi dulu bentar mau pipis dulu ngga kuat." Nevan bicara tanpa jeda, tapi Remi yang mendengar ucapan Nevan malah gencar menggerakkan tangannya."Keluarkan saja sayang, ngga papa, hm." Remi memberi arahan pada Nevan.
"Aah, kakakh, nnghhh.. angh mmh.." Badan Nevan menggelinjang hebat saat pelepasannya. Nevan memeluk sangat erat pada Remi.
"Hey, baby bangun sayang."
"Hm, abang. Cuman mimpi?" Heran Nevan, mimpi apa tadi itu?
Aneh
Kok nagih?
Menuangkan imajinasi sendiri
KAMU SEDANG MEMBACA
Alur Tak Jelas
Sonstiges[Brothership Story] Keegoisan satu keluarga yang mengekang seorang anak, dan menjadikan Nevan tak tahu menahu tentang dunia luar. Untuk menjaga kepolosan anak itu sifat gila dan posesif setiap anggota keluarga mampu membuatnya menjadi anak penurut...