Karisa baru saja mendarat di halaman rumahnya dengan motor kesayangannya. Angin malam yang sejuk menerpa wajahnya, bikin dia ngerasa bebas. Gengnya pasti udah nunggu di pinggir jalan buat merayakan kemenangan balapan tadi. Tapi, sepertinya semua rencananya bakal hancur berantakan.Belum juga turun dari motor, helmet full face yang dia pakai udah terbuka, dan tanpa aba-aba, Maya, si ibu tercinta, sudah menunggu di depan pintu dengan tatapan tajam. Karisa ngerasa jantungnya berdegup kencang.
“Aduh, ini dia…” gumamnya pelan.
"Karisa!!" suara Maya membuat Karisa tersentak. "Siapa suruh ambil mangga tetangga? Bilangnya mau belajar ke rumah raisa temen kamu! eh, malah curi-curi buah di sana!"
Semua orang yang awalnya ngumpul di situ perlahan mundur, meringis sambil geleng-geleng. Seolah mereka bisa ngerasain sakitnya jeweran Maya.
“Mamaa lepasin dulu dong, isa malu diliatin mereka!” Karisa merengek mencoba melepaskan telinganya sambil turun dari motor.
Maya menghela napas, wajahnya campur aduk antara marah dan khawatir. "Kalau sampai papamu tau abis kamu isa" Maya nyerocos, sambil geleng-geleng.
Sifat keras kepala Karisa sudah jadi legendaris di keluarga. Kalo semua orang disuruh ngikutin aturan, Karisa malah anggap itu tantangan.
"Ya udah maafin isa mama, jangan kasih tau papa ya Ma" Karisa cemberut.
“Ya udah, masuk!” Maya bilang, sambil menggeret tangan Karisa, seakan-akan dia masih anak kecil. “sebelum kamu kena marah sama papa, masuk ke kamar dan belajar! Tapi mandi dulu, kamu bau kecut.”
“Woi, kalian pulang aja! Kapan kapan aja kita ngerayainnya” teriak Karisa ke salah satu temannya yang ada di situ.
“Yoi, siap! Tante saya pulang dulu ya” jawab temannya dengan semangat, sambil menyalimi Maya, mama Karisa.
Sesampainya di dalam rumah, Karisa duduk di meja makan, berusaha untuk bersikap baik. Maya ngeliatin dengan mata yang seolah bisa membaca pikiran anaknya. Dia tahu betul betapa nakalnya Karisa, tapi Maya juga paham, di balik semua itu, Karisa punya mimpi besar.
"Karisa, kamu tahu nggak sih, hidup ini bukan cuma tentang kebebasan dan kesenangan?" Maya mulai membuka pembicaraan. "Kamu harus ingat, tanggung jawab itu penting."
“Iya, Ma, aku tahu,” Karisa menjawab, tapi dalam hati dia berpikir, Bosen deh dengerin ceramahnya. Dia pengen bilang bahwa hidup itu tentang merasakan setiap momen, terutama saat balapan dengan teman-teman.
Tapi, di saat yang sama, ada sesuatu dalam dirinya yang merasa tertekan. Dia ingin menjadi pelukis, siapa sangka? walaupun se trouble makernya Karisa, ia ingin menjadi pelukis. Cita cita itu memang sedari Karisa kecil, Karisa suka melukis Karena dengan melukis, karisa bisa mencurahkan hatinya di dalam lukisan tersebut, tapi apa yang harus dilakukannya untuk mencapainya? Pertanyaan ini terus menghantui Karisa, sementara Maya melanjutkan pembicaraan tentang sekolah dan kehidupan sehari-hari.
Setelah makan malam, Karisa langsung kabur ke kamarnya. Dia ambil ponsel dan scroll media sosial, ngeliatin foto-foto balapan dan video temannya yang bikin dia tersenyum tipis.
“Besok gue buat masalah apalagi ya haha” pikirnya sambil terkekeh kecil. “Nggak bisa terus-terusan begini. Gue harus buktiin kalo gue bukan cuma pembuat masalah.”
Dengan semangat membara, Karisa tertidur, bermimpi menjadi pelukis yang sudah dikenal didunia ini dan karya nya di pajang di museum yang selalu dia inginkan. Dia tahu, tantangan di depannya masih panjang, tetapi dia siap menghadapinya, seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Mimpi.
RomanceDORR pasti penasaran sama kisah ini kan?? Jawab penasaran aja pliss hehehe :> yuk! Langsung cuss bacaa. "Aduh, ini dia..." gumamnya pelan. "Karisa!!" suara Maya membuat Karisa tersentak. "Siapa suruh ambil mangga tetangga? Bilangnya mau belajar ke r...