03| kenyamanan

14 4 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Hospital
2024, Bangkok-Thailand

21.45

.

Aku memandang adikku yang terbaring di atas ranjang rumah sakit.wajahnya terdapat beberapa goresan,kepala dan tangan kiri nya di perban,gips di lehernya,dan beberapa selang menancap di tubuhnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan gun?."

Hening..

"Apakah gun yang menjadi alasan mu berbaring di sini?."

walaupunku tau aku tidak akan mendapatkan jawaban apapun aku tetap bertanya.

entah apakah zoo mendengar atau tidak.

Tapi aku pastikan aku akan berusaha untuk mengungkap segalahnya untukmu.
termasuk memenuhi permintaan mu.

Karana kau adalah satu satunya yang aku miliki.

***

Home
22.35

.

Aku baru saja pulang setelah menjenguk Zoo, memastikan keadaannya yang masih tak sadarkan diri.

Nenekku sedang berlutut di depan patung Buddha kecil yang diletakkan di atas rak kayu. Di balik punggungnya yang membungkuk, kulihat tangan tuanya terkatup erat, seperti menggenggam harapan terakhir yang hampir sirna. Air matanya mengalir deras, seolah setiap tetesnya membawa beban doa yang tak terucap.

“Saya mohon pada-Mu,” suaranya parau, nyaris tak terdengar di sela isak tangis. “Zoo adalah anak yang baik…” Ia menarik napas panjang, tapi suaranya justru pecah semakin pilu. “Dia tidak seharusnya seperti ini... Saya mohon, biarkan dia bangun... Sebagai gantinya, ambil nyawa saya saja.”

Kata-kata itu menghantam dadaku seperti tamparan. Apa? Menyerahkan nyawa nenek demi Zoo?

Aku tahu, nenek sangat menyayangi Zoo. Tapi menyaksikan dia rela mengorbankan dirinya terasa seperti membakar logika dan emosiku sekaligus.

“Tck!” Desahan marah keluar tanpa kusadari. Langkahku cepat menghampirinya. Kutarik lengannya perlahan dari belakang, membalik tubuh rentanya hingga menghadapku.

“Nenek! Berhenti mengatakan hal seperti itu!” suaraku naik, menggema di ruangan kecil ini.

Namun, nenek membalas dengan suara yang lebih lantang, nyaris seperti petir di malam yang sunyi. “Lalu kau ingin nenek bagaimana?! Membiarkan adikmu mati begitu saja?!” Air matanya terus mengalir, tapi kini penuh amarah dan putus asa.

THE BLIND HEART'S REDEMPTION [OFFGUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang