01| Awal

20 3 0
                                    

2024,Bangkok-Thailand

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2024,Bangkok-Thailand

8 jam sebelumnya...

Setelah selesai bekerja Aku langsung tiba di depan gedung mewah tempat berlangsungnya acara pernikahan adiku.
Memarkirkan motor ku.Menghampiri kedua orang berjas hitam yang sedang berjaga di depan pintu.

Langkahku terhenti di depan pintu, bukan karena keinginanku, melainkan oleh dua pria berjubah hitam. Mereka menghadangku seolah aku seorang pengganggu, bukan seorang tamu.

“Maaf, Anda tidak boleh masuk,” ujar salah satu dari mereka, tatapannya mengiris kepercayaan diriku.

“kenapa?” tanyaku, setengah bingung, setengah kesal. “Aku juga tamu.”

Tatapan mereka turun dari kepalaku hingga ke sepatuku, lalu kembali ke wajahku, penuh keraguan. “Kami menyambut tamu, tapi tampaknya Anda datang untuk menimbulkan masalah.”

Aku menatap pakaian yang kukenakan. Kaos putih polos, jaket hitam lusuh, celana kargo, sneakers yang sudah kusam, dan helm di kepalaku. Sederhana, bahkan jauh dari kata pantas untuk sebuah pernikahan. Dalam diam, aku paham mengapa mereka memandangku seperti ini.

Dan karena itu lah Mereka memandang ku dengan tatapan untuk seorang
Pembuat masalah..membuatku berdecih.mereka tidak tau siapa aku?

Aku melepaskan helm yang bertengger manis di kepaku,menunjuk wajah ku lalu beralih menunjuk poster besar yang terdapat gambar wajah zoo dan wanita yang akan menjadi istri nya,di belakang salah satu pria itu. agar mereka bisa mengetahui siapa aku sebenarnya.

Ketika mereka akhirnya menyadari, ekspresi terkejut muncul di wajah mereka. “Oh… benar,” ucap mereka, disertai tawa canggung.

Aku mendesah keras, mencemooh dalam hati. Siapa yang mempekerjakan orang-orang bodoh seperti mereka?

“Sebenarnya, aku tidak ingin datang.” Suaraku dingin saat aku menepuk helm di tanganku, sebelum melemparkannya ke salah satu dari mereka. “Simpan itu untukku.”

Ini bukan tempat yang ingin kutempati malam ini. Jika aku bisa memilih, aku akan lebih senang menghabiskan waktu bekerja hingga larut malam, menyibukkan diri dengan hal-hal kecil yang tidak memerlukan rasa.

Tapi kenyataannya, aku tidak bisa memilih. Dia adalah adikku, dan itu memberiku kewajiban untuk datang.

Namun, kewajiban ini seperti beban yang semakin berat dengan setiap langkahku mendekati pintu masuk.

Aku melangkah masuk, melewati tatapan tajam para tamu yang duduk di aula mewah ini. Pakaian mereka, berkilau dan elegan, membingkai ruangan dengan kemegahan yang hampir terasa asing bagiku. Sementara itu, aku hadir dengan kaus polos dan jaket hitam—cermin dari jiwa yang tak ingin dibatasi oleh formalitas. Bagi mereka, mungkin aku hanyalah keanehan, sebuah noda yang merusak kesempurnaan acara ini.

THE BLIND HEART'S REDEMPTION [OFFGUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang